Game Di Indonesia |
- Review Shiftlings – Seru, Tapi Sebaiknya Kamu Bermain Bersama Teman
- Rangkuman Berita Game Hari Ini – 23 Maret 2015
- Masa Closed Beta Zenonia S Akan Segera Dimulai Khusus Untuk Pengguna Android
- [Updated] Review Tales from the Borderlands – Membuat Saya Makin Cinta dengan Borderlands
- Inkle Mengajakmu Kembali Mengarungi Dunia Fantasi Lewat Kehadiran Sorcery! 3
- Kreator Senran Kagura Mengumumkan Valkyrie Drive Sebagai Sebuah Proyek Tiga IP
- [Devtalk] Bagaimana Sebuah Studio Game Indie Mencoba Mencari Jalur Kembali Ke Impian Mereka
- [Wajib Main] Slingshot Braves – Alternatif Monster Strike Yang Jauh Lebih Seru
Review Shiftlings – Seru, Tapi Sebaiknya Kamu Bermain Bersama Teman Posted: 23 Mar 2015 06:02 AM PDT Untuk beberapa kalimat ke depan saya akan meminta kamu untuk benar-benar berkonsentrasi. Siap? Oke. Bayangkan ada dua orang alien yang menggunakan baju pelindung luar angkasa. Kedua baju ini dihubungkan dengan sebuah selang panjang sehingga mereka berbagi udara yang sama. Salah satu dari mereka kemudian meminum minuman paling bersoda yang pernah ada dan kentut di dalam baju pelindung mereka sampai membesar menjadi bola raksasa. Masih bersama saya? Kemudian secara bergantian kedua alien ini dapat memindahkan kentut ini. Ketika gas kentut berada di sebuah alien, ia akan membengkak seperti bola, tidak dapat melompat tapi dapat menarik rekannya yang kecil. Rekannya yang satu lagi dapat melompat dan melakukan berbagai hal lain, namun tidak bisa mengangkat atau menginjak sesuatu yang terlalu berat. Dengan menggunakan kemampuan memindahkan kentut ini, keduanya harus mengerjakan tugas demi tugas dan menyelesaikan sebuah level. Jika kamu belum menggaruk kepala kamu maka kemungkinan besar kamu mengerti apa yang saya bicarakan. Dan ada kemungkinan besar juga kamu telah memainkan game serupa di masa lampau. Kamu tidak akan mengendalikan kedua karakter ini secara sekaligus dengan controller kamu. Untuk memindahkan gas kentut kamu harus menekan sebuah tombol, dan untuk mengubah karakter mana yang aktif kamu harus menekan tombol lainnya. Pada prakteknya kontrol seperti ini benar-benar membuat frustrasi di awal-awal permainan. Tiga jam berlalu dan saya masih mengalami hal yang sama. Kesalahan mungkin terletak di diri saya namun saya harus katakan bahwa sering kali kegagalan terjadi karena kontrol yang sedikit sulit ini. Level awal berlalu dengan cukup mudah, kamu biasanya cukup melompati platform, menekan tombol, dan menjangkau tempat-tempat tinggi dengan cara memantul kepada teman kamu yang sedang menggembung. Namun melewati level 8 atau 9, game ini mulai menunjukkan wajah aslinya yang tidak selucu grafis dan karakternya. Memainkan sebuah level yang terlihat singkat dan sederhana bisa memakan waktu sampai 30 menit lebih. Puzzle dan berbagai tantangan baru terus bermunculan dan dipadu dengan gameplay yang tidak memberikan kamu ampun akan cukup membuat kesulitan. Saya sebut tidak memberi kamu ampun karena tidak jarang kamu harus mengulang level dari awal hanya karena kamu terjatuh di titik terakhir. Di saat seperti ini kamu akan mudah sekali menyalahkan kontrol yang sulit. Bayangkan saja di sebuah level, karakter yang tidak menggembung harus terus memantul di atas yang sedang menggembung sambil berjalan. Untuk melakukan ini kamu harus berpindah karakter dan menggerakkanya setiap satu kali pantulan. Saya butuh sekitar 15 menit sendiri untuk terbiasa dengan berpindah karakter setiap satu detik dan memajukannya ketempat yang kamu mau. Tapi mungkin saya terlalu menyalahkan kontrolnya karena saya bermain sendiri. Dengan menggunakan controller kedua maka teman kamu akan mengendalikan sang alien yang satu lagi. Dengan begini masalah dasar yang kamu temui dengan bermain sendiri akan terpecahkan dan game menjadi lebih hidup. Ini karena kamu harus secara aktif berkoordinasi dengan teman kamu. Terkadang ketika saya coba, kita berdua akan terdiam sebentar untuk memikirkan sampai salah satu tiba-tiba bersuara dengan ide bodoh yang ternyata tidak bisa dilakukan. Harus di akui Shiftlings cukup seru untuk dimainkan bersama. Selain co-op multiplayer kamu juga bisa menggunakan fitur online. Saya mencobanya beberapa kali tapi hanya sedikit sekali yang bisa diajak bermain. Dan mengingat ini adalah pemain dari seluruh dunia, kamu mungkin kesulitan untuk berkomunikasi dengan mereka yang ujung-ujungnya membuat game ini lebih susah dari yang seharusnya. Jika kamu mencari sebuah puzzle yang sulit maka saya rasa Shiftlings adalah game yang tidak akan mengecewakan. Level dirancang dengan pintar dan kamu akan membutuhkan waktu untuk memikirkan cara untuk mendapatkan 3 minuman soda yang tersebar di seluruh level. Terkadang minuman soda ini terletak di tempat-tempat yang saya bahkan tidak bisa bayangkan bagaimana cara mendapatkannya. Selain yang saya sudah jelaskan di atas, tidak ada lagi yang ditawarkan Shiftlings melalui 50 levelnya. Game ini menggabungkan antara physic puzzle, platformer, dengan kemampuan timing kamu. Jika itu terdengar seperti kesenangan bagi kamu maka Shiftlings adalah game yang kamu cari. Pastikan saja kamu juga mempunyai rekan untuk bermain, karena ada saatnya kamu ingin membanting controller ketika kamu bermain sendiri. Steam Link: Shiftlings, Rp. 182.000 PlayStation Store Link: Shiftlings, $14.99 (sekitar Rp. 195.000) Xbox Marketplace Link: Shiftlings, $14.99 (sekitar Rp. 195.000) Post Review Shiftlings – Seru, Tapi Sebaiknya Kamu Bermain Bersama Teman muncul terlebih dahulu di Games in Asia Indonesia. |
Rangkuman Berita Game Hari Ini – 23 Maret 2015 Posted: 23 Mar 2015 04:30 AM PDT PlayStation Denmark Membagikan Bloodborne Secara Gratis Bagi Mereka Yang Ikut Mendonorkan DarahKevin Sutanto - PlayStation Denmark bersama organisasi GivBlod membuat sebuah program menarik bagi orang-orang yang mendonorkan darah mereka. Untuk setiap pendonor darah, mereka diberikan pilihan untuk mengambil salah satu dari beberapa pilihan game PlayStation dan salah satunya adalah Bloodborne yang baru saja rilis untuk PS4. Jika dipikirkan, memang cocok juga ya untuk menyambungkan acara donor darah dengan Bloodborne yang juga bertema soal darah. Ada juga undian yang bisa diikuti para pendonor darah untuk mendapatkan sebuah PS4 versi Bloodborne. Perlu diingat bahwa program ini hanya berlaku bagi mereka yang tinggal di Denmark saja … [TGS 2014] Sony Japan Studio Mendemokan Beberapa Fitur Baru Yang Akan Muncul Di Bloodborne Day One Patch Untuk Bloodborne Akan Berukuran Sekitar 2,69 GBKevin Sutanto - Besok adalah tanggal rilis dari Bloodborne dan patut diketahui bahwa akan ada day one patch sebesar 2,69 GB begitu game buatan From Software ini rilis. Update ini akan memberikan Bloodborne kemampuan untuk bermain online, tambahan Chalice Dungeon, serta perbaikan bug dan performa dalam game. Selain itu ada laporan juga bahwa akan ada sedikit perbaikan di dalam teks game. Oh iya, bagi yang tidak mau diganggu pemain lainnya, ada pilihan untuk bermain secara offline begitu permainan pertama kali dimulai. Untuk Mencegah Kamu Mati, Mari Pelajari Skema Kendali Bloodborne Lewat Video Berdarah Ini! Video Terbaru Did You Know Gaming? Memberimu Pengetahuan Menarik Di Balik Kesuksesan HALORisky Maulana – HALO bisa dibilang merupakan acuan bagi genre FPS bertema sci-fi untuk terus berimprovisasi dan memuaskan jutaan pemain di luar sana. Namun dibalik kesuksesan franchise milik Microsoft tersebut, tahukah kamu bahwa HALO juga memiliki rentetan sejarah unik yang patut untuk diketahui oleh para penggemarnya. Apa saja sejarah unik tersebut? Silakan saja lihat bagian kedua dari video Did You Know Gaming edisi HALO di atas tadi. Ubisoft Akan Merilis Driver: Speedboat Paradise Untuk iOS Dan Android Bulan DepanRisky Maulana – Masih ingat dengan spin-off game open-world Driver yang pernah dibahas Glenn di bulan Januari kemarin? Jika jawaban kamu iya, maka bersiaplah untuk memecah ombak aliran sungai bulan depan karena Driver: Speedboat Paradise akan dirilis oleh Ubisoft pada pertengahan bulan April nanti. Preview Driver: Speedboat Paradise – Game Racing Dari Ubisoft Dengan Bonus Wanita Cantik Senang Membantai Zombi? Kamu Bisa Coba Little Frights Yang Sedang Gratis Hari IniGlenn Prasetya - Sesuai dengan judul di atas, kalau kamu memang suka membantai zombi, Little Frights dengan tugas utama membantai zombi bisa kamu mainkan dengan gratis dari harga awal Rp. 12.000. Kamu akan berperan seorang diri dalam sebuah dunia yang berbentuk seperti bola. Bertahan selama mungkin dari segerombol zombi akan menjadi sajian utama dalam memainkan Little Frights. Kalau kamu tertarik, langsung saja unduh melalui tautan di bawah ini. Apple App Store Link: Little Frights, Gratis Game Idle Clicker Tap Heroes Baru Saja Mendapatkan UpdateGlenn Prasetya - Perbaikan grafis untuk hero dalam game, kecepatan dan kekuatan untuk tap ditambah, kemampuan idle di proses background adalah beberapa hal yang diperbaiki di update terbaru Tap Heroes. Dengan perbaikan tersebut diharapkan kamu semakin betah memainkan game ini. Belum tahu apa itu Tap Heroes? Klik tautan di bawah ini. Tap Heroes! – Idle Clicker Dengan Sedikit Bumbu Baru Apple App Store Link: Tap Heroes - Idle RPG Action, Gratis Apple App Store Link: Tap Heroes - Idle RPG Action, Rp. 12000 Google Play Store Link: Tap Heroes, Rp. 12.000 Google Play Store Link: Tap Heroes, Gratis Post Rangkuman Berita Game Hari Ini – 23 Maret 2015 muncul terlebih dahulu di Games in Asia Indonesia. |
Masa Closed Beta Zenonia S Akan Segera Dimulai Khusus Untuk Pengguna Android Posted: 23 Mar 2015 03:37 AM PDT Tujuh tahun bukanlah waktu yang singkat bagi serial game Zenonia agar dikenal sebagai game hack-and-slash dengan iterasi yang selalu ditunggu atau mungkin malah dikritik oleh para penggemarnya. Setelah dua tahun lalu Zenonia 5 muncul sebagai game yang cukup berhasil berkat segelintir inovasi yang diusungnya, kini Gamevil tengah bersiap untuk memulai sesi closed beta dari Zenonia Online yang kini berganti nama menjadi Zenonia S (judul sementara). Lewat pemberitahuan yang kami terima melalui email, Zenonia S akan menjalani periode closed beta secara terbatas pada 26 hingga 29 Maret 2015. Sesi beta tersebut memberikan kesempatan bagi para pengguna Android, untuk berpartisipasi dan menyampaikan feedback mereka atas iterasi keenam Zenonia, yang kemungkinan besar akan dirilis pada Juni 2015 mendatang. Dalam Zenonia S, kamu akan bertualang mengarungi dunia paralel, di mana karakter dari kelima serial Zenonia sebelumnya hadir untuk menyelamatkan umat manusia dari malapetaka. Ini artinya kamu berkesempatan untuk bernostalgia kembali dengan segelintir karakter yang pernah kamu mainkan dari Zenonia lainnya seperti Regret, Lu, Morpice, dan lain sebagainya. Sejauh ini informasi yang kami ketahui seputar Zenonia S adalah implementasi fitur online, agar pemain bisa menjajal beragam fitur sosial yang diusungnya. Yup, selain menyelesaikan misi secara bersama-sama dalam mode Campaign, nantinya kamu juga bisa bersaing menghadapi pemain lainnya di mode PvP, dan bertarung menyelesaikan raid bersama-sama secara real time. Sesi closed beta dari Zenonia S ini nantinya akan tersedia dalam versi bahasa Inggris dan bahasa Korea. Bila kamu berminat, kamu bisa bergabung bersama grup Google yang saya tautkan melalui link di bawah ini. Website Link: Zenonia S Closed Beta Post Masa Closed Beta Zenonia S Akan Segera Dimulai Khusus Untuk Pengguna Android muncul terlebih dahulu di Games in Asia Indonesia. |
[Updated] Review Tales from the Borderlands – Membuat Saya Makin Cinta dengan Borderlands Posted: 23 Mar 2015 03:08 AM PDT Sejak mengetahui Telltale akan merilis Tales from the Borderlands, saya sudah tidak sabar untuk segera memainkannya. Game yang sejatinya adalah game shooter penuh aksi tembak-tembakan brutal ini tiba-tiba beralih sementara ke genre adventure. Sebagai salah satu pecinta seri Borderlands, saya tidak terlalu merasa khawatir dengan perubahan drastis genre tersebut. Sebab, sudah bukan rahasia lagi kalau game yang dikeluarkan oleh Telltale selalu berkelas karena cerita yang disuguhkan memiliki standar cerita yang ratusan kali lipat lebih bagus daripada cerita sinetron ABG Indonesia. Setelah sekitar seminggu yang lalu Fahmi memberi review Game of Thrones – A Telltale Game Series, kini saatnya saya membahas Tales from the Borderlands. Hitung-hitung supaya kamu semua tidak terlampau galau menanti episode kedua dari game Game of Thrones tersebut. Saya memainkan Tales from the Borderlands di hari pertama peluncurannya (11 Desember 2014) di platform iOS menggunakan iPad, bagi yang tidak memiliki iPad kamu juga bisa memainkan game ini di PC, Mac, PlayStation 3, PlayStation 4, Xbox One, Xbox 360, dan PS Vita. Hampir semua platform game masa kini mendapatkan jatah untuk memainkan Tales from the Borderlands. Impresif sekali bukan? Jangan habiskan stok rasa senangmu terlebih dahulu, sebab akan banyak hal-hal yang luar biasa yang akan kamu baca lagi melalui review ini.
Apple App Store Link: Tales from the Borderlands, Rp. 59000 Google Play Store Link: Tales from the Borderlands, Rp. 65.324 Steam Link: Tales from the Borderlands, Rp. 127.499 PlayStation Store US (PlayStation 4): Tales from the Borderlands, $19.98 (sekitar Rp. 600.000) PlayStation Store US (PlayStation 3): Tales from the Borderlands (+Season Pass), $19.98 (sekitar Rp. 250.000) Xbox Marketplace (Xbox 360): Tales from the Borderlands (+Season Pass), $19.98 (sekitar Rp. 250.000) Xbox Marketplace (Xbox One): Tales from the Borderlands (+Season Pass), $19.98 (sekitar Rp. 250.000) Episode 1: Zer0 SumCerita di Tales from the Borderlands mengambil setting setelah kematian Handsome Jack di Borderlands 2. Saya hanya akan ceritakan garis besar awal ceritanya saja, jadi kamu tidak perlu khawatir akan menemukan spoiler di review ini. Di awal cerita digambarkan aktivitas di perusahaan manufaktur Hyperion tetap berjalan seperti biasa sepeninggalan Handsome Jack. Ada seorang karyawan Hyperion (ya, kamu sama sekali tidak memainkan seorang Vault Hunter) yang bernama Rhys yang sedang berbahagia karena jabatannya akan dipromosikan namun secara tak disangka ia malah di mutasi ke divisi office boy. Karena tidak terima, Rhys terbang ke Pandora untuk mengubah nasibnya tragisnya tersebut. Sedangkal itukah ceritanya? Tentu tidak, karena seiring berjalannya waktu kamu akan menemukan hal-hal yang teramat sangat menarik yang sayangnya tidak bisa saya ungkapkan di sini karena bisa membuat para pembenci spoiler langsung mengutuki saya pada kolom komentar di bawah. Pertanyaan selanjutnya adalah mengapa Rhys memutuskan ke Pandora dan apa yang akan ia lakukan di planet utama seri Borderlands tersebut? Temukan sendiri jawabannya dengan cara memainkan sendiri game ini ya, dan saya jamin kamu tidak akan menyesal begitu mendengar jawabannya :). SETIAP GAMER Dapat Menikmati Cerita yang DisajikanBeralih ke kesan saya selama memainkan Tales from the Borderlands, saya melihat bahwa keunggulan game ini adalah bisa dinikmati oleh semua gamer baik yang mengikuti jalan cerita Borderlands Series sejak awal maupun gamer yang tidak mengikuti jalan cerita seri Borderlands sama sekali. Yah, mungkin pemahaman ceritanya tidak akan sedalam orang yang mengikuti cerita seri Borderlands, tetapi saya yakin ceritanya akan tetap seru bagi kalian. Paling tidak kalian akan sangat terpuaskan dengan berbagai macam adegan-adegan yang membuat penasaran di game ini. Dua Karakter Untuk Satu Jalan CeritaAdegan-adegan yang ditampilkan Tales from the Borderlands tampak membuat penasaran karena Telltale begitu pintar dalam melakukan pemotongan adegan. Kamu bisa memainkan dua tokoh protagonis utama. Selain memainkan Rhys, kamu juga akan memainkan seorang wanita bernama Fiona. Kamu akan disuguhkan adegan antara kejadian yang menimpa Rhys dengan Fiona secara bergantian. Adegan antara keduanya sering kali berbeda tempat, namun dalam waktu yang sama dan hebatnya saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya.Hal tersebut membuat saya semakin berdecak kagum kepada seluruh anggota Telltale yang terlibat dalam pengembangan Tales from the Borderlands. Yang membuat Tales from the Borderlands semakin menarik adalah interface pemilihan dialog yang disuguhkan antara Rhys dan Fiona juga tampak berbeda. Interface pemilihan dialog dari Rhys nampak sangat Hyperion sekali dengan mengandalkan gaya digital modern sedangkan interface pemilihan dialog dari Fiona lebih ke arah gaya koboi. Keduanya tentu sama-sama sangat enak sekali untuk dipandang. Tidak hanya dari interface, namun cara bermain dari dua karakter tersebut juga dibedakan. Jika kamu memakai Rhys, ketika kamu sedang dalam tahap eksplorasi bebas kamu tidak hanya dapat melakukan ‘lihat’ atau ‘action‘ saja, namun kamu juga diberi sebuah skill scanning melalui mata robot sebelah kanannya yang artinya kamu bisa melihat detail-detail tersembunyi dari sebuah benda yang tidak bisa diteliti hanya dengan mata telanjang. Hal tersebut menjadikan eksplorasi kamu di Tales from the Borderlands menjadi lebih panjang dan lebih mendetail dibandingkan eksplorasi-eksplorasi yang ada di game Telltale lainnya seperti The Wolf Among Us atau The Walking Dead. Berbeda dengan skill dari Rhys, jika kamu sedang memainkan Fiona maka kamu akan diberi interface tambahan yaitu interface yang menginfokan jumlah uang yang kamu miiki. Uang yang kamu miliki bisa kamu gunakan untuk mempengaruhi jalan cerita di game. Salah satu contohnya untuk menyogok seseorang melakukan sesuatu. Fiona bisa mengumpulkan uang dari adegan-adegan khusus atau ketika sedang memasuki tahap eksplorasi. QTE yang Setia Menemani KamuSeperti game Borderlands yang sudah-sudah, kamu pun juga akan lumayan sering menikmati aksi-aksi QTE. QTE yang disajikan hampir semuanya tergolong standar, seperti swipe ke arah tertentu atau menekan tombol secara tepat. Namun ada QTE yang sangat berkesan di hati saya yaitu saat salah satu karakter kita harus merakit robot, coba saja mainkan sendiri dan kamu akan tahu perasaan yang saya maksud :) Sangat Baik dari Segi PresentasiDunia Borderlands yang ditampilkan oleh di Tales from the Borderlands juga layak diacungi jempol. Dunia Pandora sangat terasa sama seperti seri-seri Borderlands sebelumnya. Pun desain karakter beserta gaya coretan khas Borderlands juga ditampilkan dengan sempurna di sini (yah walau pun sebenarnya tidak terlalu mengejutkan mengingat tampilan Borderlands dan game dari Telltale tergolong mirip). Menariknya lagi, interface menu yang biasa kamu jumpai di Borderlands akan kamu jumpai secara persis pula di Tales from the Borderlands ini. Baik menu dasar game, menu saat karakter kamu mengakses inventory, bahkan menu saat karakter kamu mengakses map pun didesain sangat persis sehingga saya dapat menilai bahwa Tales from the Borderlands sama sekali tidak merusak franchise Borderlands. Dibagi Dalam Lima EpisodeTales from the Borderlands dibanderol dengan harga Rp. 60.000 per episode. Untuk episode pertama ini memiliki playtime antara dua setengah sampai tiga jam. Total akan terdapat lima episode yang bisa kamu nikmati dan episode pertama ini bagi saya merupakan langkah yang sangat baik yang bisa membuat para player semakin penasaran dengan episode-episode berikutnya. Oh ya, Telltale juga menyediakan Season Pass episode dua sampai lima dengan harga Rp. 169.000 yang artinya kamu bisa hemat hingga kurang lebih Rp. 80.000 jika kamu membeli Season Pass dibandingkan jika kamu membeli episodenya satu per satu. KesimpulanJika ditarik kesimpulan saya sangat puas sekali dengan apa yang disajikan oleh Tales from the Borderlands episode satu ini . Saya semakin mencintai franchise Borderlands dan tidak sabar menunggu episode dua yang entah kapan akan dirilis, dan pastinya begitu rilis saya akan langsung memainkannya di hari pertama. Sssttt … sedikit rahasia, saya beberapa kali berhasil dibuat kaget alias jantung hampir copot oleh beberapa adegan yang ada di Tales from the Borderlands :P. Episode 2: Atlas MuggedDi episode kedua ini, entah mengapa saya merasa durasinya lebih singkat dibandingkan episode pertamanya. Lebih dipertegas lagi, klimaks dari episode kedua ini tidak terasa menggelegar seperti episode pendahulunya tersebut. Tapi hal tersebut sama sekali tidak menyurutkan kualitas dari plot twist yang sudah dirancang oleh Telltale. Kamu masih akan menemukan berbagai macam hal-hal yang menjijikkan, menegangkan, menakjubkan, dan mengesalkan. Emosi-emosi tersebut masih dicampur adukkan dengan standar level yang tinggi oleh Telltale, sehingga emosi kekecewaan sama sekali tidak saya rasakan ketika memainkan episode kedua ini. Hal lain yang masih dipertahankan adalah alur cerita yang maju mundur namun digarap secara rapi, sangat membuat saya terkesan. Biasanya cerita yang maju mundur akan membuat kita kebingungan setengah mati, namun Telltale bisa menyampaikan cerita maju mundur tersebut secara jelas walaupun tentunya memiliki banyak sisipan misteri di dalam alur maju mundur tersebut. Hal ‘masih’ lainnya adalah Telltale tetap membawa karakter-karakter di seri Borderlands sebelumnya ke dalam petualangan Rhys dan Fiona ini. Karakter-karakter baru yang diperkenalkan pun memiliki ciri khas yang kuat dan tidak kalah menarik dengan karakter-karakter lama. “Kamu akan menemukan berbagai macam hal menjijikkan, menegangkan, menakjubkan, dan mengesalkan”Tidak terdapat lompatan grafis di episode kedua ini. Detail karakter dan efek-efek game sudah terlihat cukup bagus, sama seperti episode pertamanya. Sayangnya ada beberapa adegan yang patah-patah karena efek debu pasir yang terlalu berlebihan (hampir menyelimuti seluruh layar) sehingga iPad yang saya pakai untuk bermain tidak kuat untuk memprosesnya (saya belum mencoba di platform lain, namun feeling saya mengatakan kamu pasti juga akan mengalami drop rate fps di adegan tersebut). Untungnya adegan yang sangat mengganggu kenyamanan tersebut sangatlah singkat, sisa adegan yang kamu temui akan berjalan dengan gerakan yang halus sehingga setiap aksi yang diperagakan tiap karakter baik protagonis maupun antagonis sangatlah menghibur. Jadi, apakah episode kedua ini banyak menjawab pertanyaan-pertanyaan yang menggantung di benak kamu setelah menamatkan episode pertama? Tentu saja saya tidak akan menjawabnya, silakan mainkan sendiri ya episode kedua ini, yang pasti kamu pasti puas walaupun bagi saya episode pertama bisa dikatakan unggul tipis. Skor untuk episode kedua ini? 4 dari 5. Episode 3 sampai 5 masih belum memiliki tanggal rilis dan akan segera kami tambahkan ulasannya begitu rilis di sini.Post [Updated] Review Tales from the Borderlands – Membuat Saya Makin Cinta dengan Borderlands muncul terlebih dahulu di Games in Asia Indonesia. |
Inkle Mengajakmu Kembali Mengarungi Dunia Fantasi Lewat Kehadiran Sorcery! 3 Posted: 23 Mar 2015 01:13 AM PDT Inkle yang dikenal lewat game dengan unsur naratifnya yang menarik, baru-baru ini mengumumkan akan merilis seri ketiga dari gamebook Sorcery! karya Steve Jackson yang cukup populer di tahun 1983. Melalui sebuah email, developer yang tahun lalu sukses mengadaptasikan novel Around The World In 80 Days ke dalam game ini mengumumkan akan merilis Sorcery! 3 untuk iOS dan Android, secara bersamaan pada bulan April nanti. Dalam Sorcery! 3, kamu kembali menjelajahi dunia kuno Titan untuk mencari tahu keberadaan artefak Crown Of Kings yang dicuri penyihir jahat dari negeri Analand. Di bagian buku ketiga yang berjudul The Seven Serpents ini, kamu akan bertualang di negeri Baklands untuk mengalahkan tujuh ekor ular yang merupakan kaki tangan penyihir jahat Analand. Sekedar informasi tambahan, game ini merupakan bagian ketiga dari empat rangkaian petualangan gamebook Sorcery! yang dipublikasikan tahun 1983 silam. Sama seperti Sorcery! 2, kamu dapat melompati bagian cerita dari seri Sorcery! sebelumnya dan langsung bertualang sebagai hero Analander dari dua kelas karakter yang disediakan. Dengan pemilihan karakter ini kamu nantinya akan bertualang, bertarung, dan menyelesaikan beragam quest yang diberikan. Selain itu, di sini aspek percabangan cerita juga masih diperhatikan oleh Inkle, sehingga apapun keputusan yang kamu pilih nantinya juga bisa disimpan untuk dilanjutkan pada chapter Sorcery! berikutnya. Untuk seri kali ini, Inkle berfokus pada petualangan open-world yang non-linear dan jauh lebih luas lagi dari Sorcery! sebelumnya. Bukan hanya itu saja, mereka nantinya juga menyertakan siklus perubahan siang dan malam, serta gambaran tangan dari ilustrator John Blance yang terlibat dalam penggambaran buku Sorcery! di tahun 1983 silam. Saat tulisan ini dipublikasikan, sayangnya Inkle belum membeberkan kepastian tanggal rilis Sorcery! 3. Namun tenang saja game ini paling lambat akan hadir bulan depan sehingga kamu yang mungkin sudah pernah menyelesaikan dua bagian Sorcery! sebelumnya tidak akan menunggu dalam waktu berbulan-bulan. Post Inkle Mengajakmu Kembali Mengarungi Dunia Fantasi Lewat Kehadiran Sorcery! 3 muncul terlebih dahulu di Games in Asia Indonesia. |
Kreator Senran Kagura Mengumumkan Valkyrie Drive Sebagai Sebuah Proyek Tiga IP Posted: 22 Mar 2015 11:55 PM PDT Marvelous mengumumkan sebuah proyek berjudul Valkyrie Drive yang terdiri dari kumpulan tiga IP berbeda media yaitu animasi, game PS Vita, dan social game. Ketiga IP tersebut telah diumumkan lewat acara AnimeJapan dan berikut adalah sedikit detailnya. Valkyrie Drive: Mermaid (TV Anime)Anime yang diproduksi oleh ARMS ini akan memiliki karakter yang didesain oleh Hiraku Kaneko (Queen’s Blade). Valkyrie Drive: Mermaid akan memiliki setting di Mermaid, salah satu pulau buatan di mana akan ada banyak ‘pertarungan seksi’ dilakukan di sana. Jadwal tayang anime ini masih belum diumumkan, tapi pastinya banyak fanservice bermunculan saat kamu menontonnya. Valkyrie Drive: Bhikkuni (PS Vita Game)Game yang dirilis oleh Marvelous dan dikembangkan oleh Meteorite ini masih dipimpin oleh sang “Exploding Breasts Producer”, yakni Kenichiro Takaki (Senran Kagura). Tanggal rilis serta detail lainnya masih belum diberikan oleh pihak Marvelous. Valkyrie Drive: Siren (Social Game)Merupakan sebuah game free-to-play dengan elemen microtransaction di dalamnya dan juga memiliki cerita yang berhubungan dengan seri anime maupun game PS Vita dari Valkyrie Drive. Detail lebih lanjut juga masih belum dibeberkan pihak Marvelous. Valkyrie Drive secara keseluruhan bercerita tentang sebuah virus yang bisa mengubah wanita dan/atau perempuan remaja menjadi sebuah senjata. Selain itu, ada juga perempuan lainnya yang bisa menggunakan senjata tersebut. Jadi, secara garis besar kamu akan menyaksikan pertempuran antar pengguna senjata yang bisa ‘mengguncang’ dunia ini dalam seri Valkyrie Drive. Mungkin lebih mudahnya kalau kamu melihat trailer yang ada di akhir artikel ini. Nah, karena game ini buatan Kenichiro Takaki, seharusnya kamu tidak kaget kalau kamu akan menemukan banyak sekali fanservice (dan yuri-isme) dalam Valkyrie Drive. Saya sendiri tidak yakin kalau game PS Vita dari Valkyrie Drive akan bisa menembus ke region luar Jepang, tapi XSEED Games telah terbukti berhasil membawa Akiba’s Trip: Undead & Undressed serta seri Senran Kagura yang lumayan memuat elemen fanservice di dalamnya ke luar Jepang. Jadi kemungkinan Valkyrie Drive bisa dirilis di luar Jepang bisa saja terjadi. Situs Resmi: Valkyrie Drive Sumber Video: Kagayaki Mirai Post Kreator Senran Kagura Mengumumkan Valkyrie Drive Sebagai Sebuah Proyek Tiga IP muncul terlebih dahulu di Games in Asia Indonesia. |
[Devtalk] Bagaimana Sebuah Studio Game Indie Mencoba Mencari Jalur Kembali Ke Impian Mereka Posted: 22 Mar 2015 10:14 PM PDT Seperti biasanya, hari-hari saya selalu dipenuhi dengan aktivitas duduk di depan komputer, membuka berbagai situs di internet, baik yang penting untuk pekerjaan maupun tidak. Tapi ada yang berbeda dari aktivitas ini selama beberapa minggu terakhir, laman Facebook saya yang biasanya dipenuhi curhatan-curhatan tidak penting serta orang-orang yang mengunggah gambar peliharaan atau gambar sadis, tiba-tiba saja berubah jadi penuh warna dan visual menarik, serta dipenuhi dengan hashtag yang sangat membuat saya penasaran bertuliskan #mojikenCamp. Sebagian dari kamu mungkin belum pernah mendengar apa atau siapa itu Mojiken. Mojiken adalah sekelompok pemuda-pemudi asal Surabaya yang berkumpul bersama sebagai sebuah tim developer game. Mereka sebelumnya pernah mengembangkan game berjudul Vamp’s Revenge dan Ninjakira Combo Showdown, bahkan salah satu game dari mereka pernah juga dibajak oleh seorang misterius yang tidak bertanggung jawab di Apple App Store. Untuk mengenal Mojiken Studio lebih jauh, kamu bisa membaca pembahasan mendetail tentang mereka di situs saudara kami, Tech in Asia Indonesia. Kembali ke pemandangan yang saya lihat di beranda Facebook, dalam setiap post berlabelkan #mojikenCamp yang diunggah oleh anggota tim Mojiken, saya disajikan dengan berbagai screenshot menarik dari game yang nampak seru dan tentunya terlihat memiliki aspek visual yang spesial. Lebih uniknya lagi, beberapa teaser game juga menyebutkan bahwa game yang bersangkutan dibuat bekerja sama dengan musisi-musisi indie lokal. Terakhir kali (dan pertama kali) saya melihat kerja sama antara developer lokal dengan musisi indie lokal adalah ketika tim Digital Happiness mengumumkan daftar lagu yang ada di OST DreadOut. Kontan saja proyek dari Mojiken Studio ini semakin membuat saya penasaran. Semua Orang Belajar Semua HalSaya pun mencoba bertanya langsung kepada Eka Pramudita Muharam, seorang artis 2D sekaligus salah satu pendiri Mojiken. Menurut Eka, Mojiken Camp ini adalah sebuah program internal berupa semacam workshop intensif yang diikuti oleh seluruh anggota Mojiken. Melalui program ini diharapkan seluruh anggota Mojiken dapat membuat game dari awal hingga selesai, tidak terbatas oleh posisi mereka entah sebagai artis, programmer, ataupun komposer. Beberapa hal yang dipelajari antara lain adalah tentang bagaimana membuat game menggunakan tools seperti Construct 2, bagaimana membuat aset piksel, animasi, bahkan sampai urusan marketing game sekalipun. Ke depannya tidak menutup kemungkinan Mojiken Camp ini akan menyertakan materi tentang membuat musik game juga. Seluruh game yang dikembangkan melalui Mojiken Camp ini nantinya akan dikompilasikan jadi satu dalam sebuah proyek eksperimental. Game yang telah dikembangkan akan dirilis setiap akhir minggu dan disebarkan secara gratis melalui situs itch.io. Untuk minggu pertama, game yang dirilis adalah game buatan Eka sendiri berjudul Ultra Space Battle Brawl yang merupakan sebuah game multiplayer kompetitif dengan gameplay simpel, tapi sangat seru dimainkan dan nampak begitu terpoles. Bagi kamu yang telah menjajal langsung Ultra Space Battle Brawl, kamu mungkin merasa dasar dari game ini terasa seperti game klasik Pong namun dengan nuansa orisinal. Hal ini diakui Eka memang merupakan bagian dari program Mojiken Camp. Tim Mojiken diminta untuk mengembangkan sebuah game yang berwujud “kloning dari game klasik”, namun dengan memberikan polesan dan karakteristik tersendiri yang bisa membuatnya terlihat dan terasa berbeda dari game versi aslinya. Sebuah Ide Yang Muncul Dari KeprihatinanSaat ditanya alasan serta dari mana munculnya ide untuk mengadakan Mojiken Camp, Eka mengatakan bahwa ini semua lahir dari keprihatinannya terhadap kondisi Mojiken saat itu. Eka mengakui bahwa sekarang Mojiken dapat bertahan hidup berkat berbagai proyek bersifat outsourcing yang datang dari luar. Beberapa proyek tersebut ada yang berhasil, dan ada juga yang gagal. Tidak jarang juga proyek yang mereka terima terasa menyimpang terlalu jauh dari video game seperti membuat animasi infografis, komik, karikatur, ilustrasi lepas, dan lain sebagainya. Hal-hal tersebut membuat Mojiken cukup krisis identitas dan terasa kehilangan arah, bahkan sampai menimbulkan pertanyaan internal apakah Mojiken masih pantas disebut sebagai studio game? Selain itu, kondisi ini semakin diperparah dengan fakta bahwa komposisi talenta di Mojiken sangatlah tidak seimbang, dengan tim saat ini memiliki satu komposer, dua programmer, dan enam orang artis. Ketidak seimbangan ini jugalah yang membuat tim selalu terbentur alasan klasik, “tanpa programmer kita tidak akan bisa membuat game“. Mengerjakan proyek-proyek dari luar memang terbukti bisa membantu Mojiken untuk bertahan hidup, namun di sisi lain hubungan antara personel semakin renggang karena setiap orang sibuk dengan pekerjaannya sendiri. Keadaan ini jelas berlawanan arah dengan apa yang menjadi visi dan misi awal ketika Mojiken didirikan, dan jelas bisa membuat masa depan studio menjadi semakin tidak jelas Dari situlah Eka memutuskan untuk berbicara dengan seluruh teman-teman satu tim tentang keadaan Mojiken, dan juga membahas konsekuensinya jika apa yang dilakukan sekarang ini tetap dilanjutkan. Ketika itu akhirnya seluruh tim sepakat untuk menghentikan dulu arus masuk proyek-proyek dari luar dan mencoba mengingat kembali tujuan awal ketika Mojiken Studio didirikan, apa mimpi-mimpi dari tim, dan menganalisa apa yang dimiliki tim untuk mewujudkan mimpi tersebut. Dari pembicaraan itu, tim Mojiken mulai merancang program intensif Mojiken Camp. Berbagai aktivitas dilakukan bersama, mulai dari menyusun silabus materi-materi yang ingin dipelajari, mengumpulkan tutorial-tutorial yang tersebar di internet, mengadakan sesi menonton bersama film-film dokumenter serta video-video yang berhubungan dengan pengembangan game seperti Extra Credit, Indie Game The Movie, Indie Your Face, Game Loading, Us and the Game Industry, dan lain-lain. Dengannya diharapkan anggota tim Mojiken dapat semakin mendalami semangat indie dan juga mempelajari apa yang dilakukan developer indie lainnya dalam mengatur studio dan memproduksi game.
Berkembang BersamaSalah satu game yang dihasilkan dari Mojiken Camp berjudul She Who Was Once Lost cukup menarik perhatian saya. Dalam teaser berwujud poster dengan ilustrasi penuh warna ini, terlihat bahwa She Who Was Once Lost merupakan game yang dikembangkan berkolaborasi dengan band indie asal Surabaya, Pathetic Experience. Kontan saya semakin penasaran dengan detail tentang kolaborasi ini. Menurut Eka, keputusan ini juga lahir dari keprihatinan, bedanya tentu keprihatinan yang satu ini lebih ke tentang kancah musik indie lokal di Surabaya. Berbeda dengan beberapa tahun yang lalu, kini acara-acara musik indie sudah tidak sesering dan seramai kala itu. Tidak jelas apa yang membuat kesurutan ini terjadi, mungkin hanya karena musik indie sudah tidak happening lagi, tapi yang jelas karya-karya dari para musisi indie ini sangatlah berkualitas dan sayang jika dibiarkan hanya terdengar di beberapa kalangan kecil saja.
Untuk sementara ini dari berbagai proyek Mojiken Camp, sudah ada dua game yang dikonfirmasi akan berkolaborasi dengan musisi indie Surabaya. Yang pertama adalah She Who Was Once Lost buatan Brigitta Rena yang bekerja sama dengan Pathetic Experience, duo gitaris yang memainkan musik yang mereka sebut sebagai post-nusantara. Sedangkan yang kedua adalah Microcosmos: Heavens Below buatan Elwin Lysander yang bekerja sama dengan band post-rock Surabaya, Robot. Menurut Eka masih ada satu lagi game yang berkolaborasi dengan musisi lokal, tapi saat ini Mojiken masih tengah menghubungi band yang bersangkutan sehingga belum ada konfirmasi apapun yang bisa diumumkan. Eka juga menjelaskan bahwa kolaborasi yang mereka lakukan ini hanya bersifat cross-promotion. Dengan kerja sama ini diharapkan nama band yang bersangkutan bisa semakin dikenal para gamer yang memainkan game dari Mojiken, dan nama Mojiken sendiri bisa dikenal oleh para penikmat musik dari musisi yang bersangkutan. Jika kamu penasaran dengan berbagai game yang dihasilkan dari aktivitas Mojiken Camp ini, kamu bisa pantau update langsung dari masing-masing developer melalui hashtag Mojiken Camp di Facebook. Kamu juga bisa mengunjungi laman itch.io dari Mojiken yang setiap minggunya akan tersedia game baru hasil dari Mojiken Camp ini. Setiap game bisa kamu unduh secara gratis, tapi kalau kamu bersedia membayar menggunakan layanan seperti PayPal, kamu juga bisa melakukannya. Untuk sekarang, kita lihat saja ke mana proyek eksperimental ambisius ini akan membawa Mojiken ke depannya. Yang jelas, perjalanan masih sangat panjang untuk para pemuda-pemudi dari kota pahlawan ini. Post [Devtalk] Bagaimana Sebuah Studio Game Indie Mencoba Mencari Jalur Kembali Ke Impian Mereka muncul terlebih dahulu di Games in Asia Indonesia. |
[Wajib Main] Slingshot Braves – Alternatif Monster Strike Yang Jauh Lebih Seru Posted: 22 Mar 2015 09:31 PM PDT Beberapa waktu lalu saya sempat menuliskan artikel yang menyinggung penerbit asal Jepang COLOPL beserta rilisan game terbarunya berjudul Rumble City. Developer sekaligus penerbit game yang juga dikenal lewat Quiz RPG: The World of Mystic Myz ini memang memiliki beragam judul game menarik yang sayangnya sebagian besar hanya tersedia di negara Jepang saja. Untungnya, game Slingshot Braves yang saya ulas kali ini masuk sebagai pengecualian game rilisan COLOPL sehingga saya merasa perlu mengulas kenapa game ini sayang untuk kamu lewatkan. Sekedar informasi buat kamu, Slingshot Braves terlebih dahulu rilis di Jepang pada Maret 2014 lalu dan langsung mendapatkan versi Internasionalnya sebulan kemudian. Slingshot Braves sendiri bisa dibilang merupakan jawaban COLOPL untuk menyaingi kesuksesan Monster Strike buatan Mixi yang luar biasa populer di Jepang. Berhubung Monster Strike yang konon telah diunduh 20 juta pemain di seluruh dunia tersebut tidak tersedia di negara kita, Slingshot Braves akhirnya mengisi kekosongan game tersebut dengan permainan physics based strategy berpadu RPG yang menarik untuk dimainkan. Dalam Slingshot Braves kamu bermain sebagai kesatria dari anggota guild khusus yang menggunakan perlengkapan sling (alias tali katapel) untuk bertempur. Dengan perlengkapan itulah kamu akan menghadapi “pertempuran gundu” secara turn-based, di mana kamu cukup mengarahkan serangan jagoanmu agar mengenai setiap lawan yang kamu hadapi. Sama seperti game dengan kontrol yang mengandalkan daya tarik katapel seperti Angry Birds dan Slingshot Racer, kamu hanya perlu menarik ujung tali yang terdapat di belakang karaktermu, untuk kemudian melepaskannya sesuai arah indikator yang dituju. Di arena pertempuran, kamu juga bisa memanfaatkan tembok pembatas yang ada di sekitar untuk memantulkan seranganmu agar mengenai beberapa musuh sekaligus. Lawan yang terkena serangan dari belakang, akan mendapat damage yang lebih besar dibandingkan saat mereka terkena serangan dari depan, begitu pula kamu ketika diserang musuh saat giliran mereka tiba. Dalam game ini seranganmu terbagi dalam tiga tipe persenjataan yang digunakan oleh karaktermu. Kamu bisa menggunakan pedang standar yang membuat seranganmu memantul dari satu musuh ke musuh lainnya. Kamu juga bisa menggunakan pedang tombak yang akan membuat seranganmu menembus barisan musuh, sehingga senjata ini cocok untuk menghadapi musuh yang bergerombol. Dan yang terakhir, kamu bisa memakai palu warhammer yang menimbulkan serangan shockwave untuk melukai musuh di sekitarnya. Ketiga tipe senjata tersebut mewakili elemen yang berbeda-beda dan kamu juga bisa memperkuat atribut senjatamu melalui opsi crafting yang disediakan. Selain tipe senjata yang menentukan jenis seranganmu seperti apa, kamu juga bisa memilih serangan spesial yang disediakan sesuai jenis senjata di tanganmu. Kemampuan spesial ini hanya bisa digunakan apabila kamu telah mengisi meteran skill kamu hingga penuh. Keberadaan serangan spesial ini sangat membantu pertempuran yang sangat sulit sekalipun, sehingga kamu perlu memanfaatkan kemampuan ini hanya di saat-saat genting saja. Hal lainnya yang membuat permainan Slingshot Braves terkesan sangat menarik adalah fitur real-time coop multiplayer yang bisa kamu mainkan lewat internet dan local wifi. Dengan fitur ini kamu bisa menjalani misi event raid bersama pemain lain di luar sana, dan bahu membahu menyelesaikan pertempuran melawan bos yang sangat menantang. Dengan gabungan fitur yang saya jelaskan tadi, permainan Slingshot Braves terkesan begitu seru, meski saya juga tidak menampik kesan yang mengutamakan grinding di setiap waktu. Oh ya satu lagi, CLOPL juga membekali Slingshot Braves dengan fitur screen rotation yang membuatmu bebas mengatur tampilan layar permainan, baik itu landscape maupun portrait. Dengan fitur ini kamu akan cukup terbantu dalam menentukan sudut pantulan/lontaran yang pas dan sesuai strategimu. Terlepas dari serunya gameplay Slingshot Braves, sayangnya harus diakui saya sedikit kecewa dengan pembagian data yang diimplementasikan COLOPL. Agar besaran file game ini terlihat kecil di Play Store, developer tersebut membagi jumlah file yang harus kamu download dalam game ini, dan kamu baru bisa mengunduhnya ketika loading level tertentu berlangsung. Tentunya hal tersebut bukanlah masalah apabila kamu sedang tersambung dengan internet yang lumayan kencang dan memiliki jumlah kuota yang tak terbatas. Namun jika kamu bermain dengan paket data internet yang terbatas, maka bersiaplah untuk menjalani waktu loading yang cukup lama, hingga memakan waktu 10 hingga 15 menit (tergantung dari kecepatan internetmu). Dari segi visual, Slingshot Braves memiliki grafis anime yang lumayan solid, dan membuat saya teringat dengan judul JRPG terkenal seperti Grandia, Legend Of Legaia, dan lain sebagainya. Presentasi grafis Slingshot Braves yang masuk kategori di atas rata-rata tadi, juga diperkokoh dengan aspek suara dan musik yang lumayan mumpuni, sehingga menjadi nilai tambah bagi Slingshot Braves. Sebagai game free-to-play yang mengusung monetisasi IAP, Slingshot Braves mematok harga pembelian IAP berupa gem dengan kisaran harga termurah Rp. 12.000 (untuk 1 butir gem) hingga yang paling mahal sebesar Rp. 639.000. Gem sendiri merupakan mata uang untuk membeli perlengkapan karakter yang diacak menggunakan sistem gacha seharga lima gem untuk sekali pembelian. Bagi ukuran kantong kita, pembelian tersebut bisa dibilang mahal dan boros mengingat kualitas equipment yang kita dapatkan akan selalu diacak oleh komputer. Beruntung kita juga disediakan alternatif untuk memperoleh gem tersebut lewat penyelesaian achievement, daily login, dan event, sehingga membeli gem bukanlah suatu keharusan buat kamu untuk mendapatkan equipment terbaru. Sebagai penutup, Slingshot Braves merupakan rekomendasi game mobile terbaik yang bisa saya berikan untuk daftar wajib main minggu ini. Meskipun jelas-jelas terinspirasi dengan Monster Strike, namun Slingshot Braves memiliki keunikan tersendiri yang membuatnya lebih seru dibandingkan game buatan Mixi tersebut. Selamat bermain! Apple App Store Link: SLINGSHOT BRAVES, Gratis Google Play Store Link: SLINGSHOT BRAVES, Gratis Post [Wajib Main] Slingshot Braves – Alternatif Monster Strike Yang Jauh Lebih Seru muncul terlebih dahulu di Games in Asia Indonesia. |
You are subscribed to email updates from Games in Asia Indonesia To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
Google Inc., 1600 Amphitheatre Parkway, Mountain View, CA 94043, United States |
No comments:
Post a Comment