Ads

Sunday, May 24, 2015

Game Di Indonesia

Game Di Indonesia


[Artistalk] Layaknya “Ibu Kos” Yang Mengayomi Studio Game – Wawancara Dengan Estu Galih Dari Agate Jogja

Posted: 24 May 2015 10:57 AM PDT

Ada pepatah yang mengatakan di balik seorang pria sukses, ada wanita hebat yang berdiri di belakangnya. Mungkin saja pepatah ini berlaku untuk studio Agate Jogja yang tentunya berlokasi di kota Yogyakarta. Studio ini memiliki seorang wanita yang berperan sebagai artis merangkap desainer game merangkap produser dan peran-peran penting lainnya. Orang yang saya maksud adalah Estu Galih Nur Pratiwi.

Kira-kira bagaimana kisahnya seorang Estu Galih bisa menjadi salah satu roda utama di Agate Jogja? Langsung saja ikuti wawancara dengan dirinya di bawah ini.

Estu Galih | Side Art 1

Estu Galih | Wide Art 1


Estu Galih | Side Art 2

Halo Estu, bisa cerita sedikit tentang siapa kamu ke para pembaca?

Halo, saya Estu Galih Nur Pratiwi, sekarang jabatannya jadi “ibu kos” di Agate Jogja. Saya diajak bergabung menjadi co-founder Agate Jogja bersama Om UB (Frida Dwi, co-founder dari Agate Jogja, ya dia lelaki). Awalnya saya berperan sebagai lead artist di tim, tapi sekarang saya lebih sering berperan sebagai produser merangkap admin.

Nah, Kenapa sekarang jadi “ibu kos”? Karena kadang kalau ada kebutuhan gambar, desain game, air minum habis, atau kru pada kelaparan … biasanya saya yang dipanggil. Selain itu saya juga bertugas menagih pekerjaan-pekerjaan yang belum kelar supaya tepat dengan tenggat waktunya, hehehe.

Estu Galih | Wide Art 2

Bisa cerita bagaimana kamu bisa jadi seorang ilustrator profesional?

Saya mulai menggambar dari SMP, waktu itu gara-gara sering baca manga. Lalu saat SMA sampai kuliah saya sempat berhenti karena waktu itu ada isu yang bilang kalau menggambar itu haram. Tapi saat akhir masa kuliah, saya berhasil move-on dari isu itu dan kembali menggambar. Kemudian saat saya lulus kuliah, kebetulan ada lowongan di Agate Jogja. Nah, di sini lumayan digembleng kemampuan menggambar saya. Mulai dari dimaki-maki klien sampai dipuji ada semua. :D

Estu Galih | Wide Art new

Bagaimana kamu bisa terjun ke industri game?

Kebetulan saya memang suka main game, dan waktu itu ada lowongan di Agate Jogja. Jujur saat itu saya tidak tahu sama sekali seperti apa bentuknya industri game dan bagaimana tanggung jawab serta perasaan menjadi seorang artis game. Alhamdulillah, senior saya baik dari Agate Jogja, Agate Bandung, atau teman-teman yang lebih dulu terjun ke industri game selalu kasih masukan. :D

Boleh tahu game apa saja yang pernah kamu kerjakan, dan apa yang paling berkesan sejauh ini?

Sebagai artis ada Play With Gaboo, AnimaCard, dan Cheesechaser. Sedangkan sebagai desainer game ada Kuis Galau dan Geograpiea. Selebihnya dari klien yang saya tidak bisa sebut namanya. >.<

Estu Galih | Side Art 3

Estu Galih | Wide Art 3

Estu Galih | Side Art 4

Bagaimana pandangan kamu tentang industri video game di Indonesia sekarang? Dan apa harapan kamu ke depannya?

Perkembangannya bagus, banyak kesempatan yang mulai disadari orang-orang muda untuk berkarir di industri game. Pemerintah pun sudah mulai masuk untuk mendukung industrinya. Selain itu mulai banyak developer lokal yang karyanya diakui dan sukses di luar. Tidak lupa juga game dengan konten lokal pun semakin ramai di pasaran.

Ke depannya sih berharap pasar Indonesia yang menguasai ya orang Indonesia sendiri. Karena banyak dari kita masih lebih melirik ke luar daripada menggarap di ladang sendiri.

Estu Galih | Wide Art 4

Selain video game, biasanya kamu mengerjakan ilustrasi untuk media apa lagi?

Ada komik yang belum diterbitkan serta gambar untuk video musik salah satu grup musik di Indonesia.

Biasanya apa yang menjadi inspirasi kamu dalam mengerjakan karya-karyamu?

Lingkungan, masa lalu, menonton orang lain menggambar, dan tentu saja berkhayal.

Punya ilustrator favorit?

Kalau yang dari luar ada Goro Fujita, Marc Brunet, Ilya Kuvshinov, Sakimichan, dan banyak lagi. Sedangkan untuk yang lokal ada Rudy Siswanto, Luthfi Ibenzani, Rizky Nugraha, Beatrice Nauli, dan masih banyak lagi

Estu Galih | Side Art 5

Estu Galih | Wide Art 5


Estu Galih | Side Art 6

Demikianlah hasil obrolan singkat saya dengan Estu dari Agate Jogja. Jika kamu ada pertanyaan mengenai segmen Artistalk atau Estu kamu bisa langsung sampaikan melalui kolom komentar di bawah. Kalau kamu penasaran dengan detail lebih lanjut mengenai Agate Jogja, simak juga artikel kami tentang Agate Jogja dan juga kehidupan developer game di kota Yogyakarta.

[Artistalk] adalah artikel mingguan di Games in Asia yang membahas mengenai para artis 2D ataupun artis 3D dari Indonesia yang bekerja di bidang video game. Jika kamu punya kritik atau saran untuk artikel ini, silahkan hubungi fahmi@techinasia.com atau melalui @fahmitsu
p.s.: Jika kamu tertarik untuk mengetahui tentang behind the scene pengembangan game lokal selain dari sudut pandang artist, cek juga seri artikel Devtalk di Tech in Asia ID

The post [Artistalk] Layaknya “Ibu Kos” Yang Mengayomi Studio Game – Wawancara Dengan Estu Galih Dari Agate Jogja appeared first on Tech in Asia Indonesia.

DeveloperWeekly #12 – 24 Mei 2015: Kumpulan situs penyedia video klip kualitas tinggi untuk situs Anda

Posted: 24 May 2015 09:30 AM PDT

Developer Weekly merupakan artikel mingguan yang kami buat khusus untuk membahas informasi seputar dunia developer mulai dari berita terkini, artikel tips dan trik, informasi acara atau kompetisi developer, tools dan software terbaru, dan yang tidak kalah penting adalah informasi lowongan pekerjaan di startup-startup teknologi Indonesia. Apabila Anda mempunyai saran yang perlu dimasukkan dalam artikel mingguan ini, silakan mengirim e-mail ke sini.

Menurut analisis Designmodo tren penggunaan video sebagai latar belakang situs akan mengalami puncak pada tahun 2015. Untuk itu kali ini, saya telah merangkum lima situs penyedia video klip berkualitas tinggi (HD dan full-HD) berdurasi pendek yang bisa digunakan secara cuma-cuma pada situs Anda.

Distill

distill-for-creatives

Distill merupakan situs yang menawarkan kurasi video berkualitas tinggi (full-HD) yang bisa digunakan secara cuma-cuma. Rata-rata video berdurasi kurang dari satu menit yang terbagi menjadi berbagai kategori seperti video bangunan, makanan, teknologi, binatang, dan lainnya. Situs ini akan membagikan 10 video gratis setiap 10 hari, jadi Anda bisa mendaftarkan email untuk menerima informasi video terbaru secara berkala.

Pexels

pexels-videos

Pexels menyediakan berbagai video singkat berkualitas tinggi dengan lisensi CC0 atau Creative Common, dimana pengguna bisa menggunakan produk tersebut untuk kebutuhan pribadi maupun komersil. Video yang disediakan oleh Pexel dibagi menjadi beberapa kategori seperti Sky, Night, Rock Industry, dan lainnya.

Mazwai

mazwai-video-site

Mazwai menyediakan video klip berdurasi pendek secara acak tanpa kategori khusus yang bisa digunakan secara gratis dengan lisensi Attribute CC By 3.0. Saat mengunduh video, Anda akan mendapatkan file ekstensi file .Zip yang didalamnya terdiri dua format video yaitu .mp4 dan .webfm untuk memudahkan memuat video ke situs mereka.

Videezy

videezy-video-community

Situs yang didukung oleh komunitas ini menyediakan berbagai video banyak koleksi video klip berkualitas HD. Semua video yang disediakan berada di bawah lisensi Creative Commons. Videezy membagi video klip berdasarkan kategori seperti Nature, Airplane, Urban, Ocean, dan lainnya.

Splashbase

splashbase-video-directory

Splashbase merupakan direktori tempat mencari video klip dari berbagai sumber situs penyedia video klip gratis. Anda bisa melakukan pencarian video menggunakan kata kunci yang di inginkan seperti video binatang, bangunan, dan lainnya. Video-video yang disediakan sebagian besar berada dalam lisensi Creative Commons.

The post DeveloperWeekly #12 – 24 Mei 2015: Kumpulan situs penyedia video klip kualitas tinggi untuk situs Anda appeared first on Tech in Asia Indonesia.

Review Assassin’s Creed Chronicles: China – Seni Membunuh

Posted: 23 May 2015 11:23 PM PDT

Bereksperimen dengan sebuah properti intelektual yang sudah cukup populer jelas merupakan suatu hal yang riskan, apalagi jika kita tengah membicarakan soal properti intelektual yang bernilai jutaan dolar. Tapi eksperimen-eksperimen ini jelas tetap diperlukan, entah dengan alasan mengurangi kejenuhan pasar, ataupun untuk mencoba peruntungan tersendiri. Hal inilah yang belum lama ini dilakukan oleh Ubisoft kepada salah satu seri paling populer mereka, Assassin’s Creed.

Pertama kali direncanakan sebagai salah satu bagian Season Pass dari Assassin’s Creed Unity, Assassin’s Creed Chronicles malah muncul sebagai seri mini tersendiri. Berbeda dengan seri utama Assassin’s Creed yang memiliki grafis 3D dan dunia yang cukup bebas untuk dijelajahi, seri Assassin’s Creed Chronicles hadir dengan grafis unik dan gameplay platformer 2,5D yang menantang.

Assassin's Creed Chronicles: China | Side Screenshot 1

Assassin's Creed Chronicles: China | Wide Screenshot 1

Assassin's Creed Chronicles: China | Side Screenshot 2

Seri ini terbagi ke tiga game, yaitu China, India, dan Russia yang masing-masing memiliki gaya gambar unik sesuai dengan cerita dan latar game. Karakter yang diperkenalkan pun merupakan para Assassin yang sebelumnya sempat muncul di animasi pendek atau komik Assassin’s Creed.

Pada kesempatan ini saya akan membahas tentang Assassin’s Creed Chronicles: China. Game pertama dari seri Assassin’s Creed Chronicles ini memiliki grafis unik layaknya lukisan-lukisan klasik dari negeri tersebut. Di sini kamu akan berperan sebagai Shao Jun, seorang Assassin wanita yang sempat muncul di animasi Assassin’s Creed Embers untuk meminta dilatih oleh Master Assassin favorit dari seri ini, Ezio Auditore Da Firenze.

Kira-kira bagaimanakah sepak terjang Shao Jun yang melanjutkan kisah balas dendamnya dari animasi pendek ke sebuah game dengan gameplay yang melawan arus umum seri Assassin’s Creed? Temukan jawabannya di bawah.

Assassin's Creed Chronicles: China | Wide Screenshot 2

Lebih Dari Dua Dimensi

Mendeskripsikan Assassin’s Creed Chronicles: China sebagai game bergrafis 2,5D saya rasa merupakan definisi yang tepat. Kamu akan disajikan dengan gameplay layaknya sebuah platformer 2D, namun dengan model karakter dan lingkungan 3D. Hal ini memberikan efek dinamis tersendiri yang mirip seperti efek yang terdapat di game fighting 2D seperti Street Fighter IV.

Untuk urusan gameplay sendiri, ada satu game yang langsung terbesit di pikiran saya ketika memainkan Assassin’s Creed Chronicles, yaitu Mark of the Ninja. Game indie besutan Klei Entertainment tersebut memiliki gaya bermain yang mengizinkan kamu untuk beraksi sebagai ninja yang mengendap-endap dalam sebuah dunia 2D yang digambar dengan indah. Hal itulah yang juga akan kamu lakukan dalam Assassin’s Creed Chronicles.

Sebagai Shao Jun, kamu harus berhadapan dengan para pasukan Templar yang berkeliaran menjaga level. Di setiap poin, kamu bisa memilih mau melewati para penjaga dengan cara mengendap-endap tanpa ketahuan sama sekali layaknya bayangan, mengendap-endap sambil membunuhi para penghadang layaknya yang biasa dilakukan pembunuh, atau bermain cukup brutal dengan menghadapi para musuh dengan menggunakan pedangmu.

 

Assassin's Creed Chronicles: China | Side Screenshot 3

Assassin's Creed Chronicles: China | Wide Screenshot 3

Assassin's Creed Chronicles: China | Side Screenshot 4

Meskipun diberikan sedikit kebebasan, tidak bisa dipungkiri game ini jelas lebih mengharapkan kamu untuk beraksi secara diam-diam. Hal ini ditunjukkan dari betapa rentannya Shao Jun terhadap serangan musuh. Bermain dengan cara brutal tidak saja memberikan poin akhir setiap level yang lebih rendah, tapi juga merupakan pengalaman yang amat sulit untuk dilakukan.

Untungnya game ini memberikan cukup banyak variasi bagaimana kamu melewati tantangan yang ada. Level telah didesain dengan sedemikian rupa hingga pengalaman bermain kamu dijamin akan cukup unik dan bervariasi. Mau mengendap-endap dengan cara bergelantungan di pinggir tembok, mengumpet di lorong-lorong gelap dan gorden, atau bahkan dengan cara memanjat atap sekalipun. Meskipun harus diakui setelah beberapa jam bermain, kebebasan yang diberikan ini semakin terasa seperti kebebasan semu, tapi tetap saja ini merupakan elemen gameplay menarik yang terdapat di Assassin’s Creed Chronicles: China.

Assassin's Creed Chronicles: China | Wide Screenshot 4

Menari Dengan Pedang

Satu hal yang cukup membuat saya terkejut adalah bagusnya gameplay pertarungan yang ada di Assassin’s Creed Chronicles: China. Biasanya seri utama Assassin’s Creed memiliki gameplay pertarungan yang cukup membosankan, meskipun hal ini telah diperbaiki di Assassin’s Creed Unity (yang ironisnya mengalami penurunan di hal lain selain pertarungan). Dalam Assassin’s Creed Chronicles: China, kamu tidak bisa seenaknya saja menunggu waktu untuk melakukan konter. Timing yang tepat untuk menyerang, bertahan, dan berpindah posisi harus kamu perhatikan dengan baik di sini.

Assassin's Creed Chronicles: China | Wide Screenshot 5

Gerakan-gerakan yang bisa Shao Jun lakukan di sini terdiri dari menyerang cepat, menyerang kuat (namun lebih lambat), menangkis, menghindar dari panah, dan masih banyak lagi. Mencoba menyerang dengan membabi buta dijamin akan membuat karaktermu mati dalam hitungan detik. Tidak hanya timing yang tepat, jenis serangan yang kamu lancarkan pun harus disesuaikan dengan musuh yang sedang dilawan. Ada penjaga yang membawa perlengkapan seadanya, ada yang membawa tombak, ada yang membawa panah, tameng, dan lain-lain. Tidak semua musuh bisa diperlakukan dengan cara yang sama.

Sayangnya elemen gameplay berkualitas ini sering kali tertutup oleh fakta bahwa kamu lebih dipaksa untuk melakukan aksi mengendap-endap daripada bertarung langsung. Meskipun kamu tidak bertarung asal-asalan, menantang musuh secara langsung kemungkinan akan berakhir dengan kematian Shao Jun. Daya serang yang dimiliki musuh sangatlah besar, sedangkan daya tahan yang dimiliki Shao Jun sangatlah kecil.

Assassin's Creed Chronicles: China | Side Screenshot 5

Assassin's Creed Chronicles: China | Wide Screenshot 6

Assassin's Creed Chronicles: China | Side Screenshot 6

Lukisan Eksperimental

Dari pertama kali game ini diumumkan, satu hal paling menarik yang langsung terlihat adalah arahan visual yang dimiliki. Assassin’s Creed Chronicles: China menyajikan kamu dengan sebuah petualangan layaknya lukisan tradisional dari negeri Cina. Kualitas grafis yang unik ini mengingatkan saya dengan berbagai game Ubisoft lainnya yang dibuat menggunakan engine UbiArt seperti Child of Light, Valiant Hearts, dan Rayman Legends walaupun Assassin’s Creed Chronicles: China tidak dibuat menggunakan UbiArt melainkan dengan menggunakan Unreal Engine 3.

Indahnya kualitas grafis dalam Assassin’s Creed Chronicles: China cukup sulit diungkapkan dengan kata-kata. Animasi yang dimiliki Shao Jun ketika berakrobat atau bertarung, dipadu dengan gaya goresan kuas digital dengan palet warna menarik membuat pengalaman bermain game ini begitu berkesan. Gaya lukisan yang digunakan untuk menyampaikan cerita pun juga dibuat dengan keren meskipun tampak simpel. Yang jelas, memainkan Assassin’s Creed Chronicles: China membuat saya sangat sering menekan tombol untuk menyimpan screenshot demi mengabadikan keindahan yang ada.

Assassin's Creed Chronicles: China | Side Screenshot 7
Assassin's Creed Chronicles: China | Side Screenshot 8

Hanya satu hal yang cukup mengganggu grafis super indah ini yaitu ramainya antarmuka (user interface) yang ada di layar. Sebetulnya tampilan antarmuka ini tidaklah terlalu buruk, tapi jika dibandingkan dengan indahnya visual dalam game, rasanya sedikit tidak seimbang saja. Ramainya antarmuka ini juga sangat mengganggu ketika saya ingin mengambil screenshot dari game yang tampak seperti lukisan hidup ini.

Assassin's Creed Chronicles: China | Wide Screenshot 7

Kesimpulan

Tidak banyak lagi yang bisa saya katakan mengenai Assassin’s Creed Chronicles: China. Meskipun memiliki beberapa kekurangan minor dan cerita yang kurang menarik untuk diikuti, tapi melihat dari harga yang ditawarkan untuk pengalaman yang disajikan, Assassin’s Creed Chronicles: China jelas merupakan sebuah game dengan kualitas di atas rata-rata. Bagi saya eksperimen yang dilakukan oleh Ubisoft ini sangatlah menarik dan perlu lebih sering lagi dilakukan.

Hanya dengan uang kurang lebih Rp100.000 saja, kamu akan disajikan dengan sebuah game yang memiliki gameplay menarik, grafis luar biasa, dan waktu bermain lumayan lama yang terbentang di dua belas level dengan berbagai objektif sampingan yang membuatnya menarik untuk dimainkan lebih dari sekali. Sekarang saya jelas sangat berharap Ubisoft mau bereksperimen dengan lebih unik dan lebih sering lagi melalui seri Assassin’s Creed.

PlayStation Store (Asia): Assassin’s Creed Chronicles: China, Rp104.000

PlayStation Store (US): Assassin’s Creed Chronicles: China, $9,99 (sekitar Rp132.000)

Xbox Store: Assassin’s Creed Chronicles: China, $9,99 (sekitar Rp132.000)

The post Review Assassin’s Creed Chronicles: China – Seni Membunuh appeared first on Tech in Asia Indonesia.

4 Game Mobile Dengan Lokalisasi Bahasa Indonesia

Posted: 23 May 2015 09:25 PM PDT

Bahasa adalah salah satu kendala yang mungkin membuat kamu (terutama yang berusia muda) kesulitan menikmati game mobile yang ada di luar sana. Untungnya belakangan ini, sejumlah penerbit game telah memberikan solusi berupa lokalisasi konten agar kita semua bisa menikmati game mereka dengan bahasa yang mudah kita cerna.

Sekedar informasi, ada dua tipe lokalisasi game yang saya kenali, yaitu terjemahan konteks isi bahasa dan konversi total bahasa meliputi judul game beserta seluruh isinya. Sejauh ini tipe lokalisasi pertama adalah hal yang sudah cukup sering kita jumpai, sedangkan untuk tipe kedua, tidak banyak distributor game yang melakoninya. Jadi untuk sekedar menambah wawasan kamu, berikut ini adalah daftar game mobile dengan judul dan isi permainannya disesuaikan supaya lebih mudah diterima di Indonesia.


Petualang Besar

Petualang besar | screenshot

Siapa yang tidak mengenal anggota bajak laut bertopi jerami seperti Luffy, Zoro, Sanji, dan kawan-kawan? Saya yakin siapapun yang menggemari anime pastinya hafal dengan karakter One Piece rekaan mangaka Eiichiro Oda ini. Bandai Namco sendiri selaku pemegang lisensi One Piece, telah mengadaptasikan anime tersebut ke dalam sejumlah game yang sayangnya sebagian besar hanya beredar di wilayah Jepang dan negara tertentu saja.

Keberadaan game resmi One Piece yang sangat terbatas tadi rupanya dimanfaatkan beberapa penerbit game untuk menyadur anime tersebut ke dalam versi mereka sendiri. Salah satunya adalah Gumptech asal Taiwan, yang merilis King of Pirate atau dikenal juga sebagai Sailing World di kawasan Amerika dan sekitarnya.

Petualang Besar sendiri merupakan versi bahasa Indonesia dari King of Pirate yang khusus dihadirkan untuk wilayah Indonesia. Terlepas apakah lisensi One Piece yang dimilikinya resmi atau tidak, RPG mobile ini diklaim telah sukses di kawasan negara Asia seperti Taiwan dan Thailand. Permainan yang disajikannya juga terbilang simpel untuk ukuran game mobile. Saat ini, versi Android Petualang Besar telah ditarik dari peredaran, sehingga kamu hanya bisa menikmati versi iOS yang bisa diunduh secara gratis di App Store.


Jagoan Jones

Jagoan Jones | screenshot

Korea Selatan merupakan negara penghasil game yang selalu menjadi top hit di kawasan Asia, contoh salah satunya adalah Buff Knight persembahan dari developer Indie Buff Studio. Game runner berpadu elemen RPG yang kemudian mendunia pada Oktober 2014 ini, kemudian peredarannya ditarik dari wilayah Indonesia tanpa ada sebab yang jelas. Sehingga sempat menjadi salah satu kekecewaan kita saat membuatkan daftar RPG minimalis tahun lalu.

Setelah beberapa bulan menghilang, rupanya kasus ditariknya Buff Knight tadi untuk memberikan jalur distribusi kepada Hexaus, yang akhirnya menghadirkan game ini kembali dengan judul Jagoan Jones. 

Dalam game ini kamu masih bermain sebagai sang kesatria pelari yang berupaya menyelamatkan putri dari cengkeraman sang naga jahat. Dari sisi permainan pun juga masih sama, kamu akan berlari sambil mengatur momentum yang tepat untuk mengeluarkan petir, sambil mengatur upgrade dari segenap atribut yang kamu miliki.

Hexaus Hadirkan Buff Knight Yang Hilang Dengan Judul Baru

Buff Knight: RPG RunnerSpin-off Endless Run Bergaya Retro


Running Man

Running Man | screenshot

Masih dari penerbit Hexaus, distributor game berbahasa Indonesia ini juga menghadirkan versi terjemahan dari game adaptasi acara TV terpopuler di Korea Selatan, yakni Running Man (런닝맨). Game bergenre endless runner ini memiliki gameplay dan arahan visual yang sangat mirip dengan Subway Surfer, hanya saja kamu bermain sebagai aktor dan aktris peserta dari reality show tersebut.

Objektif game ini terbilang sangat simpel, bahkan anak-anak pun saya yakin dengan mudah bisa memainkannya. Di sini karakter pilihanmu akan berlari menghindari kejaran peserta lain yang berupaya merobek stiker nama di bagian punggungmu. Selain itu kamu juga perlu melakukan hal yang sama terhadap peserta yang kamu temui di depanmu, karena bila tidak mereka lah yang akan merobek stikermu.

Saya tidak tahu apakah lisensi game ini akan berlangsung selama-lamanya, atau hanya untuk beberapa waktu saja. Namun yang jelas, kamu yang menggemari acara TV dari Korea tersebut tentunya akan senang melihat artis idolamu meramaikan adaptasi game Running Man.

Situs HexausRunning Man, Gratis


Ayo Lari

Ayo Lari | Screenshot 02

Ayo Lari merupakan versi Indonesia dari game TongCheng PaoPao alias Running City yang berasal dari negara Cina. Game ini bisa dibilang merupakan pesaing LINE Cookie Run karena memiliki gameplay serta konsep yang bisa dibilang mirip di sejumlah aspek permainan. Mulai dari efek penggunaan kostum, mekanisme bonus fever, dan lain-lain.

Sama halnya seperti LINE Cookie Run, di sini kamu juga diberikan dua tombol khusus untuk melompat serta meluncur guna menghindari objek berbahaya yang ada di depan mata. Sepanjang aksimu, kamu perlu mengumpulkan bermacam koin dan bintang yang berfungsi untuk mengaktifkan level bonus (atau yang biasa dikenal dengan istilah Fever!) di tengah-tengah permainan.

Saat saya kemarin menjajal game ini, terus terang Ayo Lari memiliki potensi sebagai game endless run yang bisa menjadi alternatif menggantikan posisi LINE Cookie Run di Indonesia. Namun untuk benar-benar mencuri perhatian gamer agar beralih ke game ini, sepertinya perlu sedikit pembenahan beberapa bagian terjemahan yang saya rasa masih kurang.

Ayo Lari – Pesaing Cookie Run Asal Negara Cina Ini Sekarang Hadir Dengan Konten Berbahasa Indonesia


Itu saja? Jangan khawatir, kamu juga bisa membantu saya melengkapi daftar kumpulan tersebut melalui kolom komentar di bawah ini atau mention saya langsung via Twitter @The_Discomafia. Bila game tersebut sesuai dengan konten yang saya himpun, artikel ini akan saya update sebagai informasi yang berguna bagi kita ke depannya nanti.

The post 4 Game Mobile Dengan Lokalisasi Bahasa Indonesia appeared first on Tech in Asia Indonesia.

Campus Visit Maranatha: Meneropong prospek startup game di tanah air

Posted: 23 May 2015 08:01 PM PDT

Pada Jumat (22/5) kemarin, Tech in Asia kembali mengunjungi Universitas Maranatha, Bandung sebagai bagian dari helatan Tech in Asia Campus Visit. Pada kesempatan sebelumnya di kampus yang sama, kami menghadirkan Yohan Totting untuk berbagi pengalamannya seputar dunia startup di Maranatha. Kali ini, giliran Muhammad Ajie Santika, selaku Founder Tinker Games berbagi pengalamannya mengenai industri game di tanah air kepada puluhan mahasiswa yang hadir siang itu.

Di awal presentasi, Aji menuturkan bila saat ini, penggunaan internet mobile 70 persen di antaranya berasal dari pengunduhan game atau aplikasi. Kondisi ini juga menunjukkan tingginya peluang industri game di Indonesia, dan diperkuat dengan pertumbuhan sebesar 20 sampai 30 persen per tahun. Besarnya peluang industri ini mendorong bermunculannya studio game di Indonesia. Ajie menambahkan, saat ini, sudah ada lebih dari 1.000 game yang berasal dari 400 studio game asal Indonesia, termasuk Tinker Games.

Didirikan sejak Juli 2012 silam, Tinker Games memiliki visi ingin berkiprah di dunia global, mulai dari Asia, Eropa, sampai Amerika Serikat dan menjadi industri game berkualitas asal Indonesia. Beberapa prestasi yang berhasil diraih oleh Tinker Games adalah Bandung TOP 20 Creative Products, ikut serta dalam EuroGames Expo London dan Mobile Games Asia HongKong.

Berawal dari kecanduan bermain game

Sejak kecil, Ajie sangat gemar bermain game hingga tak terkira sudah berapa banyak uang yang ia keluarkan untuk hobinya ini. Dari sana, Arie terpikir untuk membuat bisnis yang sesuai dengan apa yang disukainya. Pria lulusan Manajemen ITB ini sebelumnya pernah mencoba bisnis kafe dan bidang kuliner lainnya, tetapi kemudian memutuskan beralih ke bisnis game karena melihat besarnya peluang pada industri game. "Saya melihat bila fenomena bermain game kini sudah menjamur ke semua kalangan, termasuk orang tua." jelasnya. Kondisi inilah yang membuatnya makin mantap menjalankan startup di ranah game.

Memasukkan elemen budaya lokal

Salah satu visi Tinker Games adalah menjadi studio game berkualitas asal Indonesia dengan menggabungkan unsur budaya di dalamnya. Salah satu game-nya, INHeritage menggunakan Kota Bandung, Jakarta, Bogor, Sukabumi, dan Garut sebagai setting tempat dalam permainannya. Game lainnya yang juga memasukkan elemen budaya lokal adalah Filosofi Kopi. Game ini diadaptasi dari sebuah film Indonesia dengan judul yang sama.

Tiga tips memulai startup

Tak ketinggalan, Ajie juga berbagi beberapa tips dan trik dalam memulai startup, khususnya di ranah game. Berikut adalah tiga tips tersebut:

1. Bangun tim yang solid

Menurut Ajie, tim yang solid merupakan modal utama dalam memulai startup, hal ini diperlukan untuk membangun fondasi yang kuat secara internal. "Upayakan komunikasi yang baik antar tim dengan saling mendukung dan melengkapi satu sama lain. Berikan seluruh bagian dari tim untuk mendapatkan dan menjalankan peran," jelasnya.

2. Jangan langsung berpikir kompleks

Tips kedua dari Ajie sebelum memulai startup studio game, adalah dengan membuat game sederhana terlebih dahulu. "Setelah berhasil membuat game dari ide-ide sederhana, Anda tetap harus terus belajar sehingga bisa berkembang membuat game yang lebih baik dari sebelumnya," tambahnya

3. Lupakan kesenangan diri sendiri

Terakhir, Ajie mengatakan bila game yang berhasil adalah game banyak disukai oleh orang lain. "Yang akan memainkannya adalah orang-orang di luar sana,” ujarnya. Memuaskan keinginan sendiri dalam membuat game hanya akan membuat game tersebut sulit untuk dipasarkan.

Baca juga: Campus Visit Universitas Widyatama: Teknologi dan kemudahan jual beli properti


Bagi Anda mahasiswa yang tertarik dengan Campus Visit dan ingin menjadi bagian dari komunitas ini, kami mempersilakan Anda untuk bergabung ke dalam grup Facebook Tech in Asia – Campus Visit. Dalam grup ini, Anda akan bertemu dengan mahasiswa lainnya yang berjiwa entrepreneur dan dapat saling berbagi informasi yang menarik dan berguna.

(Diedit oleh Pradipta Nugrahanto)

The post Campus Visit Maranatha: Meneropong prospek startup game di tanah air appeared first on Tech in Asia Indonesia.

No comments:

Post a Comment

Sponsor

Latest Game News

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Sponsor

pasang iklan baris gratis