Ads

Sunday, June 28, 2015

Game Di Indonesia

Game Di Indonesia


30 Days of SaMer (Sahur Gamer) Episode 12: Mari Main Spelunky

Posted: 28 Jun 2015 09:55 AM PDT

Akhirnya saya ganti baju! Meskipun mengenakan pakaian yang berbeda, tapi di episode ini saya hanya sendirian saja. Daripada bingung mau mengobrol tentang apa, jadinya untuk hari ini saya akan menemani santap sahur kamu dengan sesi bermain Spelunky!

Kenapa Spelunky menjadi game yang kami pilih? Tidak ada alasan khusus selain fakta bahwa Spelunky bisa diselesaikan (baca: susah dan penuh kematian) dalam durasi yang sesuai dengan standar acara ini. Tapi selain alasan tersebut, Spelunky memang game berkualitas dan perlu kamu cek keunikannya melalui video di atas.

Jadi, jangan buang waktu lagi, segera tonton video di atas sambil menikmati santap sahur kamu. Ingat, episode baru akan siap setiap pukul 12 malam selama bulan Ramadan. Supaya tidak ketinggalan, klik tombol subscribe di atas ya.

The post 30 Days of SaMer (Sahur Gamer) Episode 12: Mari Main Spelunky appeared first on Tech in Asia Indonesia.

[Artistalk] Pengalaman Berseni dari Matahari Sampai Sinergi – Wawancara dengan Rico Gangga dari Sinergi Studio

Posted: 28 Jun 2015 06:00 AM PDT

Minggu ini saya mewawancarai salah satu artis senior di industri game Indonesia. Orang yang saya maksud adalah Rico Gangga, seorang pria dengan pengalaman bekerja di industri game semenjak eranya Matahari Studios hingga kini tergabung di Sinergi Studio.

Penasaran dengan kisah senior yang satu ini? Jangan buang waktu lagi, ikuti saja obrolan singkat saya dengan Rico di bawah ini.

Rico Gangga | Side Art 1


Rico Gangga | Wide Art 1


Rico Gangga | Side Art 2

Halo Rico, bisa cerita sedikit tentang siapa kamu ke para pembaca?

Helu, salam kenal. Nama saya Rico Gangga, tapi semenjak di Matahari Studios lebih sering dipanggil Ocir ato Ocyro (pembacaan terbalik), dan panggilan tersebut masih bertahan sampai sekarang. Selain berkarya ilustrasi, saya juga merupakan penikmat hal-hal yang bersifat sejarah, militer, dan hal lainnya di “luar” sisi manusia (meski kurang peminat, ternyata masih ada juga teman mengobrol untuk berdiskusi soal ini). :)

Selain itu saya juga bisa dibilang sebagai penikmat film-film absurd, misteri, konspirasi, dan militer dengan segala latar belakng dan keindahannya.

Rico Gangga | Story Board

Bisa cerita bagaimana kamu bisa jadi seorang ilustrator profesional?

Berawal dari kesukaan saya dengan komik-komik Barat ketika masih kecil, hingga memaksa orang tua membelikan komik-komik tersebut meski belum bisa membaca tapi kagum akan gambar-gambarnya menjadikan alasan bahwa suatu saat nanti saya mau menjadi ilustrator yang handal. Meyakinkan orang tua akan pilihan saya untuk menjadi ilustrator profesional jelas bukan hal yang mudah.

Kalau dibilang hobi, memang benar adanya. Saya jadi ingat masa sekolah di mana tak ada satu pun buku pelajaran dan tembok yang lolos dari corat-coret iseng demi menyalurkan khayalan. Tapi dengan keyakinan dan berusaha berkarya terbaik, saya semakin mantap dengan pilihan berprofesi sebagai ilustrator.

Rico Gangga | Side Art 3

Rico Gangga | Wide Art 2

Rico Gangga | Side Art 4

Bagaimana kamu bisa terjun ke industri game?

Di saat Tugas Akhir masa kuliah, ketika saya sedang masa galau-galaunya berpikir tentang kehidupan pascakuliah nanti sebagai lulusan Seni Murni (lukis), hadir Matahari Studios di kampus STISI Bandung untuk presentasi sekalian rekrutmen artis baru. Dari iseng-iseng mencoba ikut tes mereka, ternyata saya diterima!

Wow! Ini bagai mimpi yang sudah lama terpendam akhirnya bisa terwujud. Setelah sekian lama tergabung dengan Matahari Studios, pandangan saya tentang industri game pun semakin terbuka. Di sini juga pengalaman saya dalam membuat game dan mengekspresikan diri lewat aset visual bisa terwujud.

Rico Gangga | Wide Art 3

Boleh tahu game apa saja yang pernah kamu kerjakan, dan apa yang paling berkesan sejauh ini?

Di Matahari Studios, saya mengerjakan judul-judul seperti Magi Nation (NDS) sebagai artis untuk background, Jump Gate (PC) sebagai artis untuk gambar konsep dan tekstur, game Dino Duel dan sekuelnya (arcade) mengerjakan aset dalam game, dan Willie Wheel sebagai artis untuk gambar konsep, aset dalam game, dan desain kabinet arcade.

Setelah Matahari Studios tutup, saya sempat bergabung sebentar dengan Matahari Leisure. Kemudian saya sempat juga kerja di M_Star mengerjakan Bloop, sebuah game berbasis fitur sosial di Facebook. Dari situ saya bergabung di TheMobileGamer (TMG) mengerjakan berbagai game mobile sampai studio tersebut tutup. Hingga terkini saya aktif bersama Sinergi Studio.

Tentang game yang paling berkesan, menurut saya semua proyek mempunyai proses dan karakter pembuatan yang berbeda-beda dengan segala keunikannya sendiri. Jadi, ibarat karya lukisan, saya menganggap setiap game seperti anak sendiri yang wajib kita anggap sebagai kreasi yang terbaik.

Rico Gangga | Animate 1

Rico Gangga | Animate 2

Rico Gangga | Arcade Cabinet

Willie Wheel dari Matahari Studios

Rico Gangga | Side Art 5

Bagaimana pandangan kamu tentang industri video game di Indonesia sekarang? Dan apa harapan kamu ke depannya?

Industri game di Indonesia menurut saya tetap menjadi industri yang berpotensial. Seiring berjalannya waktu, semakin marak juga pertumbuhan studio game di sini. Acara-acara yang diadakan forum-forum berkaitan dengan perkembangan game lokal pun semakin sering diadakan. Tidak lupa juga makin banyak studio lokal yang mampu berprestasi di kancah internasional, membuktikan bahwa kita sedang tumbuh dan berkembang.

Harapan pribadi saya, selain mampu eksis sebagai salah satu bisnis yang maju, pengembangan game juga bisa dijadikan sebagai wahana pembuktian diri bagi ilustrator yang berminat dengan dunia game melalui karya-karyanya. Layaknya seorang seniman dengan masterpiece mereka. :)

Rico Gangga | Wide Art 4

Selain video game, biasanya kamu mengerjakan ilustrasi untuk media apa lagi?

Komik dan film, inilah dua media yang sangat mempengaruhi proses kreasi saya hingga saat ini. Di komik dan film saya banyak belajar tentang dasar-dasar ilustrasi baik tentang anatomi, perspektif, kamera, narasi cerita, dan sebagainya.

Kebetulan saat kuliah saya aktif sebagai ilustrator komik-komik indie, dan saat ini lebih aktif dengan komik strip. Sedangkan di media video, hingga sekarang saya masih aktif sebagai ilustrator untuk story board. Meski pekerjaan saya masih terbatas untuk TV, saya tetap memimpikan suatu saat bisa merasakan bekerja sebagai artis story board untuk film layar lebar. :)

Oh iya, saya juga aktif sebagai ilustrator media cetak seperti majalah, buku pendidikan, dan lain-lain. Baik dengan teknik ilustrasi manual maupun digital.

Rico Gangga | SIde Art 6

Rico Gangga | Comic

Rico Gangga | Side Art 7

Rico Gangga | Side Art 8

Biasanya apa yang menjadi inspirasi kamu dalam mengerjakan karya-karyamu?

Inspirasi, menurut saya, bisa datang kapan saja, di mana saja, dan dalam bentuk apapun. Oleh karena itu, sketchbook sangatlah penting bagi saya. Di saat tiba-tiba mendapat ide, segera saya tuangkan dalam bentuk sketsa. Stimulus-stimulus tersebut berasal dari lingkungan sekitar kemudian digabung dengan imajinasi yang mengacu ke tujuan akhir ilustrasinya.

Punya ilustrator favorit?

Untuk artis favorit, ada beberapa yang mempengaruhi saya dalam proses berkreasi. Mulai dari Mike Azevedo, Kim Jung Gi, Direk Kingnok, Claire Hummel, Christopher Stevens, dan Andy Brase dengan teknik arsirnya yang menawan.


Rico Gangga | Wide Art 5


Demikianlah wawancara singkat saya dengan Rico Gangga dari Sinergi Studio. Jika kamu penasaran ingin tahu lebih banyak mengenai Rico dan karya-karyanya, kunjungi langsung tautan di bawah ini. Sampai jumpa minggu depan.

Facebook: Rico Gangga

Instagram: Rico Gangga

[Artistalk] adalah artikel mingguan di Tech in Asia yang membahas mengenai para artis 2D ataupun artis 3D dari Indonesia yang bekerja di bidang video game. Jika kamu punya kritik atau saran untuk artikel ini, silahkan hubungi fahmi@techinasia.com atau melalui @fahmitsu
P.S. Jika kamu tertarik untuk mengetahui tentang behind the scene pengembangan game lokal selain dari sudut pandang artist, cek juga seri artikel Devtalk di Tech in Asia ID

Rico Gangga | Side Art 9

The post [Artistalk] Pengalaman Berseni dari Matahari Sampai Sinergi – Wawancara dengan Rico Gangga dari Sinergi Studio appeared first on Tech in Asia Indonesia.

[Kenal Komunitas] Liberal Familia – Keluarga Pump It Up Asal Bandung yang Penuh Prestasi

Posted: 28 Jun 2015 01:58 AM PDT

Pernahkah kamu main ke sebuah pusat game arcade yang sering tersedia di berbagai mal? Jika ya, mungkin kamu pernah melihat atau memainkan sebuah game yang berjudul Pump It Up. Pump It Up yang biasa disingkat dengan PIU atau Pump adalah sebuah game dance yang memiliki total 5-10 panel yang bisa diinjak.

Di Bandung, terdapat sebuah komunitas pemain Pump It Up yang kabarnya merupakan komunitas pertama dari game tersebut di kotanya. Komunitas ini adalah Liberal Familia, yang tak hanya memiliki segudang prestasi, akan tetapi juga menonjolkan sisi kekeluargaan juga. Bagaimana sepak terjang mereka? Mari simak di Kenal Komunitas kali ini!

Berawal dari Sekadar Memenuhi Syarat Mengikuti Kompetisi

Pump It Up | Photo

Komunitas Liberal Familia (LiFa) awalnya didirikan oleh Ershin Awamu, Kimi Kimrun, dan Lakstyo Hadi di Bandung pada tanggal 20 Mei 2007. LiFa sebenarnya didirikan untuk memenuhi syarat keikutsertakan para anggotanya agar bisa mengikuti kompetisi nasional Pump It Up bernama Indonesian Pump Festival (IPF) pada tahun 2007. Hal ini karena peserta IPF harus mewakili sebuah klub Pump It Up.

Seiring berjalannya waktu, LiFa pun berkembang dan memiliki visi dan misi komunitas. Singkatnya, visi dari LiFa adalah membuat sebuah komunitas yang memiliki hubungan erat sesama anggotanya.

Seperti yang dikatakan oleh Ershin Awamu, pendiri LiFa yang biasa dipanggil Awam ini,”(LiFa adalah) Sebuah komunitas pemain Pump It Up yang berusaha untuk membentuk ikatan kuat antar member-nya dikarenakan kesamaan hobi, visi, dan misi, dengan tidak memandang skill, tingkat edukasi, maupun tingkat sosial tiap member.”

Mungkin karena visi itulah, komunitas ini memakai embel-embel “familia” pada nama mereka, yang artinya LiFa tidak hanya sekadar komunitas saja, namun juga menjadi keluarga bagi para anggotanya. Jika diperhatikan, tidak ada kata-kata “menjadi komunitas Pump It Up terbaik di Indonesia/dunia” ya, tapi jangan pikir mereka tidak berprestasi. Ada banyak prestasi mereka yang akan saya jabarkan nanti.

Menghentakkan Kaki Bersama Hingga Mengadakan Kompetisi

Liberal Familia | Photo

Ditanya tentang mengapa menyukai game Pump It Up, Awam menjawab,”Saya suka game Pump It Up karena game ini termasuk di game arcade yang mengharuskan kita gerak. Sekaligus olahraga kardio juga kan yah, hehe. Yang bikin game ini beda dari berbagai game sejenis adalah letak sensornya yang (waktu itu) saya rasa unik, diagonal. Dari segi lagu, game ini juga menurut saya lebih unggul untuk ‘dance‘. Lagu-lagunya lebih hip-hop, sementara game sejenis yang lain saya rasa terlalu dance-groove (ajep-ajep).”

Untuk kegiatannya sendiri, pada umumnya adalah untuk meningkatkan keterampilan para anggotanya. Di antaranya adalah workshop dance, latihan rutin, mini event bulanan, dan evaluasi rutin bulanan sembari rekreasi ke tempat-tempat menarik di Bandung.

Ada juga lomba tahunan bernama Simplymatic yang bisa diikuti oleh para Pumper (sebutan untuk pemain Pump It Up) seluruh Indonesia. Simplymatic diadakan oleh LiFa dan klub-klub Pump It Up lain yang ada di Bandung. Para anggota LiFa juga secara aktif mengikuti kompetisi-kompetisi yang ada baik itu tingkat nasional maupun internasional. Terdapat pula acara gathering antarklub yang mempertemukan LiFa dengan klub-klub Pump It Up lain.

Dalam mengadakan kegiatan, tidak jarang LiFa bekerja sama dengan berbagai Game Center yang ada, tentunya yang menyediakan Pump It Up di tempat mereka. Di sini para anggota LiFa bisa mendapatkan promo atau paket tertentu sesuai dengan kesepakatan. Sebagai gantinya, LiFa akan membawa nama Game Center tersebut ke kompetisi-kompetisi yang mereka ikuti.

Segudang Prestasi yang Terlalu Banyak untuk Ditulis di Sini

Liberal Familia | Photo 2

Seperti yang telah dijelaskan di atas, sudah banyak prestasi yang diraih oleh komunitas ini. Tak hanya nasional, tetapi juga internasional. Berikut adalah prestasi-prestasi tersebut:

  • Juara 1 IPF 2014 Goes to Korea Kategori Speed
  • Juara 4 Nasional International Pump Festival 2014 Kategori Freestyle
  • Juara 9 Internasional International Pump Festival 2014 Kategori Freestyle
  • Juara 1 Nasional International Pump Festival 2014 Kategori Speed
  • Juara 5 Internasional International Pump Festival 2014 Kategori Speed
  • Juara 1 IPF 2012 Goes to Korea Kategori Speed
  • Juara 2 IPF 2011 Kategori Freestyle
  • Top 10 IPF 2007 Kategori Freestyle

Ini baru prestasi tingkat nasional dan internasional, belum lagi raihan di tingkat regional atau kota, yang tidak mungkin disebutkan satu per satu di sini. Cukup banyak bukan?

Walaupun dengan prestasi segudang, tentunya setiap organisasi memiliki permasalahan sendiri-sendiri, termasuk LiFa. Seperti yang diungkapkan oleh Awam, “Well, namanya komunitas gaming, tentu orangnya tidak akan bertahan lama. Ada yang datang dan ada yang pergi. Agak sedih saja kalau ternyata ada member baru yang hanya aktif beberapa minggu/bulan, trus menghilang haha.”

Namun tentunya di balik masalah itu, banyak hal menyenangkan yang ia dapatkan. Awam melanjutkan, “Sukanya banyak. Tidak akan terhitung banyaknya. Saya dapat banyak teman dari banyak kota. Saya punya adik-adik yang bisa meneruskan mimpi saya. Saya bisa punya piala yang bisa dibanggakan. Saya belajar bagaimana mengatur organisasi, saya belajar bagaimana memahami individu lain dan belajar mendukung mereka sesuai dengan kelebihan masing-masing.”

Industri Game di Mata Awam

Pump It Up | Photo 2

Berdirinya LiFa tentunya tidak lepas dari perkembangan game Pump It Up itu sendiri. Dibandingkan dengan negara-negara lain, Indonesia termasuk negara pertama yang kedatangan game ini dari Korea Selatan yaitu tahun 2002. Jika dibandingkan, Jepang saja baru kedatangan Pump It Up pada tahun 2015.

Di lingkungan arcade pada umumnya (di luar Pump It Up), kemampuan pemain-pemain Indonesia juga diperhitungkan oleh negara-negara lain, seperti yang diungkapkan oleh Awam, “Untuk skill, kalau ada kompetisi arcade internasional, perwakilan Indonesia banyak yang ditakuti. Di kompetisi Street Basketball global, perwakilan Indonesia menyandang gelar juara 1 (minimal) 3 tahun berturut-turut (saya lupa detail tahunnya), sampai-sampai rumornya dibuatlah kebijakan baru bahwa perwakilan tidak boleh sama dengan perwakilan tahun sebelumnya. Sayangnya, bisa disimpulkan bahwa keunggulan Indonesia masih dalam ruang lingkup konsumsi.”

Memang untuk segi produksi, belum banyak developer game Indonesia yang berkutat di bidang mesin arcade. Namun, bukan berarti tidak ada. Logika Interaktif yang dipimpin oleh Bullitt Sesariza adalah salah satu produsen mesin arcade dari Indonesia. Produk mereka, A-Box, ditujukan untuk menjadi magnet bagi pengunjung di acara-acara perusahaan.

Untuk industri game Indonesia pada umumnya sendiri, Awam juga memiliki pandangan, “Sebetulnya sudah cukup berkembang ya. Banyak game lokal membanjiri Google Play Store, meski kalau menurut saya, kualitas grafisnya masih bisa ditingkatkan lagi. Mayoritas kualias grafis dari game lokal ini terkesan asal jadi.”

Liberal Familia | Photo 3

“Memang ada game lokal yang dikemas secara serius dengan grafik sudah superbagus, contohnya DreadOut. Tapi tetap saja, game lokal berkualitas seperti ini seakan-akan ‘tenggelam’ oleh banyaknya game lokal yang seperti saya bahas di awal, asal jadi,” lanjut lelaki yang pernah menjadi salah satu kontributor ketika Tech In Asia Games masih bernama Gamesaku ini.

Passion masyarakat Indonesia, terutama yang melek IT, sudah bisa dibanggakan. Sudah bisa diacungi jempol. Indonesia sedang menggeliat bangun dari yang sebatas konsumen, sekarang sudah coba-coba untuk jadi produsen. Hanya saja, dari proses ‘bangun’ ini… daripada sekelompok-sekelompok kecil yang membuat aplikasi seadanya untuk meraup laba dari iklan (atau laba lain), menurut saya alangkah lebih baiknya kalau orang-orang seperti ini dikumpulkan dan membuat game dengan kualitas yang lebih baik lagi dari sisi UI, grafik, dan gameplay,” ungkapnya.

Tentunya kita semua berharap yang sama dengan Awam, di mana industri game Indonesia terus berkembang dengan baik. Hal menarik justru datang dari industri mesin arcade, yang belum banyak memiliki produsen. Melihat komunitas-komunitas game arcade yang masih berkembang, industri arcade bisa jadi ladang tersendiri yang belum banyak digarap.

Bagi kamu yang ingin bergabung dengan komunitas Liberal Familia, kamu bisa cari tahu lebih lanjut tentang komunitas ini pada tautan-tautan yang ada di bawah. Kamu juga bisa mendatangi acara latihan mereka yang sering diadakan di Game Master cabang Istana Plaza, Bandung.

Facebook Page: Liberal Familia

Twitter: @LiFa_Bandung

The post [Kenal Komunitas] Liberal Familia – Keluarga Pump It Up Asal Bandung yang Penuh Prestasi appeared first on Tech in Asia Indonesia.

No comments:

Post a Comment

Sponsor

Latest Game News

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Sponsor

pasang iklan baris gratis