Game Di Indonesia |
- 5 Teknologi yang Sedang Dikembangkan NASA untuk Berangkat Ke Mars
- Dashy Crashy – Endless Run Bertema “Ugal-Ugalan di Jalan Tol” Buatan Mantan Karyawan SEGA
- Impresi Fatal Frame: Maiden of Black Water – Mencekam tapi Tidak Seram
- Rangkuman Berita Game Hari Ini – 26 Oktober 2015
- Situs E-commerce B2C Asal Cina, JD Resmi Beroperasi di Indonesia
- Open Jongla, Mungkinkan Chatting ke Semua Teman Tanpa Mengunduh Aplikasi
- Mari Bergabung Menjadi Bagian dari Tim Tech in Asia Indonesia!
- Review Afterpulse – Shooter Multiplayer Keren yang Tenggelam oleh IAP dan Pay-to-Win
- Tanya Apa Saja kepada Tim Editorial Tech in Asia Besok (27/10)!
- Impresi Peta Baru LINE Get Rich: Battlefield – Dadu itu Merah Jendral!
- Berawal dari Kompetisi, Masuk Inkubator, dan Memperoleh Investasi; Inilah Kisah Aplikasi Transportasi Apaja
- [Update] Kumpulan Co-working Space di Bali yang Bisa Kamu Kunjungi!
- [Update] Supercell Mengadakan Konferensi Clash of Clans Terbesar di Dunia Minggu Ini!
- Kumpulan Aplikasi Emulator Android Terbaik untuk PC
- 8 Wanita di Bawah Usia 30 Tahun yang Menentukan Masa Depan Startup Teknologi di Indonesia
5 Teknologi yang Sedang Dikembangkan NASA untuk Berangkat Ke Mars Posted: 26 Oct 2015 06:34 PM PDT Sudah nonton film The Martian? Dalam film keren yang mendapatkan rating tinggi ini, dikisahkan manusia sudah bisa hidup menjelajah di Mars. Namun, bagaimana dengan kenyataannya? Ternyata, NASA memang sedang mengembangkan beberapa teknologi untuk ke Mars! Berikut adalah lima teknologi canggih yang membantu kita pergi ke sana. Roket-roket raksasaSpace Shuttle NASA memang sudah tidak beroperasi dan dipensiunkan tahun 2011 lalu. Namun, penggantinya akan segera diluncurkan pada tahun 2018. Roket ini disebut sebagai Space Launch System (SLS). Saat diluncurkan nanti, roket ini mampu membawa 70 metrik ton perlengkapan ke orbit. Untuk membawa beban sebesar itu, tentu kendaraannya harus berukuran besar pula. Tak tanggung-tanggung, NASA menjadikan pesawat ini sebagai kendaraan terbesar yang pernah dibuat manusia dengan tinggi 116 m atau hampir sama dengan tinggi Monas (137 m)! Setelah mencapai orbit, roket ini bisa diisi ulang dengan bantuan wahana lainnya, dan mampu mengangkat beban hingga 130 metrik ton serta mengantar kita ke Mars. Tenaga pendorong bertenaga suryaMeski memiliki kemampuan untuk mengangkat roket seberat 70 metrik ton ke angkasa, penggunaan hidrogen dan oksigen cair sebagai bahan bakar seperti yang selama ini digunakan NASA rasanya akan kurang efisien. Apalagi untuk perjalanan jauh ke Mars. Bukan itu saja, tangki yang dibutuhkan untuk membawanya juga besar dan merepotkan. Sebagai alternatifnya, NASA memutuskan untuk menggunakan tenaga surya. Baca juga: Kumpulan Aplikasi Android untuk Jelajah Ruang Angkasa Secara Virtual Teknologi yang disebut Solar Electric Propulsion (SEP) akan mendorong pesawat dengan melepaskan ion ke belakang dengan bantuan elektron dan gas xenon. Elektron yang didapat dari tenaga surya akan mengubah gas xenon ke bentuk plasma, yang kemudian dilepaskan dengan kecepatan tinggi. Berbeda dengan tenaga bahan bakar yang mampu memberikan dorongan dengan akselerasi tinggi, kecepatan SEP bertambah perlahan-lahan karena proses pengubahan bentuk dari tenaga surya ke dorongan ion tidak sebentar. Namun, seiring berjalannya waktu, kecepatannya bisa mencapai maksimal 321.000 km/jam! Teknologi SEP sendiri saat ini sudah ada, namun dorongannya masih belum cukup kuat untuk membawa beban sebesar yang ditargetkan. Deep Space HabitatSetelah sampai di Mars, hal yang juga mesti dipikirkan tentunya adalah tempat tinggal para penjelajah selama di sana. Untuk itu, NASA mengembangkan teknologi yang disebut sebagai Deep Space Habitat. Teknologi ini berbentuk ruangan-ruangan yang dikirimkan secara terpisah (modular), untuk kemudian diturunkan dan dirakit satu persatu di Mars. Habitat buatan ini bisa menampung hingga maksimal 4 orang, dengan lama tinggal 60 hingga 500 hari. Deep Space Habitat ini terdiri dari beberapa bagian. Bagian terbesar adalah modul peralatan, yang bisa mencakup 22 persen dari luas pesawat. Di bagian dalamnya terdapat mesin panel kontrol, mesin navigasi, mesin komunikasi, dan lainnya. Bagian terbesar kedua adalah ruangan misi dan operasi, tempat para staf melakukan misinya seperti penelitian atau perbaikan peralatan. Sementara bagian sisanya adalah ruangan untuk aktivitas grup dan aktivitas pribadi, termasuk kamar tidur, kamar mandi, dan ruang pribadi. Selain digunakan untuk ke Mars, teknologi ini juga akan direncanakan untuk dipakai menjelajah asteroid yang berada tak jauh dari Bumi. Pakaian ruang angkasa yang tipis dan fleksibelSelama di Mars, para astronot tentunya tidak hanya diam duduk di Habitat, melainkan juga berjalan-jalan ke luar dan menjelajah sang planet merah untuk mencari dan mengambil data. Namun sayangnya, kondisi di Mars tidak bersahabat. Karena itu para astronot membutuhkan pakaian yang tidak hanya kuat, tapi juga fleksibel. Baca juga: Offworld Trading Company – Rasakan Pengalaman Berbisnis di Planet Mars Pakaian ruang angkasa yang kita miliki saat ini masih dianggap terlalu besar dan tidak praktis, menyulitkan astronot saat bergerak khususnya pada bagian tangan. Pakaian astronot masa depan terbuat dari bahan yang tipis namun kuat menahan radiasi dari Mars. Pakaian ini juga terintegrasi dengan teknologi augmented reality dan bio-monitor untuk memudahkan astronot saat bergerak. Canggihnya lagi, pakaian ini dirancang untuk dibuat menggunakan self-healing material, yang berarti pakaian tersebut bisa menyambung sendiri seandainya tergores, seperti layaknya kulit manusia! Komunikasi via laserKarena jaraknya yang hampir mencapai 55 juta kilometer (bagi yang tidak terbayang, jarak ini sekitar 400 juta kali perjalanan bolak-balik Jakarta-Bandung), koneksi internet di Mars pun sangat terbatas. Padahal ini diperlukan untuk keperluan komunikasi. Saat ini, robot-robot NASA di Mars mampu mengirim dan menerima data dengan kecepatan 250 kbps, yang berarti masih lebih lambat dibanding kecepatan internet di Indonesia. Dengan kecepatan seperti ini, untuk bermain game online semacam DOTA pun tidak tenang karena heronya susah digerakkan. Begitu pula dengan NASA yang kesulitan menggerakan robot-robotnya untuk tindakan yang membutuhkan respon cepat. Karena itu, mereka bertekad meningkatkan kecepatan koneksi di Mars hingga 1 Gbps. Solusinya? Menggunakan laser. Pengujian komunikasi via laser sudah pada tahun 2013 dalam program Lunar Atmosphere and Dust Environment Explorer (LADEE). Hasilnya, kecepatan unggah maupun unduh baru mencapai 77Mbps. Ini tentu masih jauh dari target yang diharapkan, namun NASA sedang mengarah ke sana. Bagaimana, terinspirasi setelah melihat teknologi-teknologi NASA ini? Mungkin kamu bisa menciptakan teknologi serupa dan membangun startup di ranah ini! (Diedit oleh Pradipta Nugrahanto; sumber gambar NASA) The post 5 Teknologi yang Sedang Dikembangkan NASA untuk Berangkat Ke Mars appeared first on Tech in Asia Indonesia. |
Dashy Crashy – Endless Run Bertema “Ugal-Ugalan di Jalan Tol” Buatan Mantan Karyawan SEGA Posted: 26 Oct 2015 06:07 PM PDT Makin ke sini, tampaknya semakin banyak saja jumlah developer yang menghadirkan game bergrafis minimalis untuk platform mobile. Coba saja kamu lihat beberapa minggu belakangan ini, mulai dari game shooter semacam Shooty Skies, Skatelander, hingga game balap mobil dan dengan grafis retro semacam Horizon Chase. Dashy Crashy sendiri bisa dibilang merupakan kandidat baru dari tren game mobile bergaya minimalis yang saya kelompokkan tadi. Game endless run buatan developer Dumpling Design tersebut menyuguhkan aksi ugal-ugalan mobil di jalan raya yang sekilas mengingatkan saya dengan game klasik berjudul Outrun. Menariknya lagi, Travis Ryan selaku pengarah kreatif Dumpling Design rupanya adalah mantan karyawan SEGA yang sebelumnya terlibat dalam pembuatan sekuel Outrun untuk console SEGA Genesis. Di sini kamu akan mengemudikan sebuah mobil yang melaju kencang di jalanan dan menghindari berbagai arus kendaraan yang ada di sekitar. Sama halnya objektif game endless run lain yang pernah kamu mainkan sebelumnya, tujuanmu bermain Dashy Crashy adalah menempuh jarak terjauh kamu dan memecahkan rekor kamu dari permainan sebelumnya. Dashy Crashy nantinya juga akan menyertakan monetisasi yang sama seperti Crossy Road di mana kamu bisa membuka semua konten game ini hanya dengan bermain dan menonton video iklan. Nantinya kamu bisa mengoleksi lebih dari enam puluh jenis mobil yang akan diperoleh secara acak lewat pembagian mesin gatcha, mulai dari truk, mobil militer, tank, Tamiya, UFO, dan lain sebagainya. Sayangnya untuk saat ini kamu perlu menunggu serunya ugal-ugalan di Dashy Crashy, karena developer Dumpling Design sendiri baru akan merilis game ini bulan November mendatang untuk iOS lebih dahulu, baru menyusul versi Android kemudian.
The post Dashy Crashy – Endless Run Bertema “Ugal-Ugalan di Jalan Tol” Buatan Mantan Karyawan SEGA appeared first on Tech in Asia Indonesia. |
Impresi Fatal Frame: Maiden of Black Water – Mencekam tapi Tidak Seram Posted: 26 Oct 2015 06:06 AM PDT Fatal Frame adalah sebuah judul game yang sudah cukup jarang ditemukan oleh para gamer di luar Jepang. Game horor yang kental budaya Jepang ini terakhir kali dirilis secara internasional pada masa PS2 dahulu dan iterasinya di console Wii tidak pernah sampai pada gamer di luar negeri sakura. Setelah menunggu sekitar enam tahun, akhirnya penggemar di luar Jepang kembali kebagian seri Fatal Frame terbaru, yaitu Fatal Frame: Maiden of Black Water untuk Wii U. Karena versi demonya sudah tersedia di eShop, tanpa pikir panjang saya langsung mencobanya saja. Saya harus jujur, ini adalah Fatal Frame pertama saya karena saya tidak sempat secara langsung mencoba beberapa seri Fatal Frame sebelumnya. Kesan pertama saya waktu memainkan Fatal Frame: Maiden of Black Water adalah ini merupakan game horor dengan pacing paling lambat yang pernah saya mainkan. Pacing yang saya maksud di sini bukan dari unsur cerita, melainkan dari gameplay yang akan kamu mainkan. Gerakan dari Yuri, salah satu karakter dalam game ini, terasa sangat lambat. Entah dari gerakan berlari atau gerakan mengambil barang yang rasanya terlalu didramatisir, semuanya terasa sangat lambat dan kadang membuat diri saya jadi gereget sendiri. Iqbal yang ikut menonton saya bermain bahkan tertidur di tengah permainan saking lambatnya Yuri bergerak. Saya yakin pacing yang lambat ini memang salah satu elemen dari desain permainan, karena saya rasa Koei Tecmo ingin memberikan pengalaman horor yang dipenuhi build-up. Contoh lain adalah ketika kamu membuka pintu, maka Yuri akan membuka pintu tersebut dengan perlahan sambil mengintip. Kita sebagai pemain dipaksa untuk berimajinasi sendiri tentang ada apa di balik pintu tersebut selama beberapa detik sebelum akhirnya kita mengetahui bahwa … tidak ada apa-apa di sana. Oke, mungkin build-up yang dihadirkan terlalu berlebihan sehingga seakan-akan ekspektasi kita sudah terlebih dahulu dipatahkan sebelum melihat hal yang seram-seram. Sebagai seorang psychometer, Yuri diceritakan memiliki kemampuan untuk melihat hal-hal yang tidak bisa dijelaskan dengan logika. Selain melihat para arwah yang gentayangan, Yuri juga memiliki kemampuan shadow reading yang akan berguna untuk menunjukkan ke mana lokasi yang harus ia tuju. Kemampuan ini mengingatkan saya dengan laser penunjuk jalan yang ada di Dead Space dan sangat berguna untuk tipe permainan seperti ini. Bicara soal penunjuk jalan, Fatal Frame: Maiden of Black Water memang sebuah game horor linear yang dibagi dalam beberapa level, namun setiap level juga bisa dieksplorasi dengan agak bebas. Banyak barang tersebar di sudut-sudut jalan dan jangan lupa juga bahwa akan ada banyak hantu di berbagai tempat yang tidak kamu duga. Secara keseluruhan, hal ini mengingatkan saya dengan game horor klasik seperti Resident Evil dan Silent Hill. Lalu, kita masuk ke bagian penggunaan kamera Obscura yang saya rasa sangat pas untuk Wii U. Bagi yang belum tahu, seri Fatal Frame adalah game horor dengan musuh berwujud hantu yang seram. Kamu bisa mengusir hantu-hantu tersebut dengan dengan cara mengambil gambar mereka menggunakan kamera Obscura. Ketika kamu menggunakan kamera Obscura, maka sudut pandang akan berubah ke sudut pandang orang pertama. Kamu nantinya akan “menyerang” hantu yang ada dengan cara mengambil gambar mereka, namun tidak sembarangan gambar saja. Kamu harus membidik kelemahan mereka yang ditandai dengan lingkaran pada layar gamepad Wii U. Semakin banyak lingkaran yang tertangkap, maka damage yang diberikan juga semakin besar. Nah, dengan menggunakan gamepad, kamu akan lebih leluasa dalam mengambil gambar. Orientasi gambar juga bisa disesuaikan sesuka hati dengan memutar gamepad. Jika kelemahan para hantu ada dalam satu garis vertikal, maka kamu cukup memutar gamepad milikmu sembilan puluh derajat dan ambil fotonya. Hanya saja, bersiaplah untuk sering berganti fokus antara layar televisi dengan layar gamepad. Jika tidak biasa seperti yang terjadi pada saya, maka kamu sering kali bingung ketika tengah menghadapi hantu. Ada pula fitur yang disebut Fatal Frame, yaitu ketika kamu berhasil mengambil gambar musuh tepat di waktu sebelum musuh menyerang. Dengan melancarkan Fatal Frame, maka kamu tidak akan menggunakan film sama sekali ketika kamu menangkap gambar hantu. Ya, kamu menggunakan film pada kamera Obscura milikmu sebagai amunisi. Film yang kamu bisa gunakan memiliki tipe dan kekuatan yang berbeda-beda serta bisa langsung diganti di tengah pertarungan. Kamera Obscura yang kamu miliki juga bisa diperkuat dengan upgrade, seperti ketika kamu memperkuat sebuah senjata api. Mulai peningkatan daya serang, peningkatan kecepatan mengisi ulang film, atau penambahan lensa yang memberikan efek serangan tertentu bisa diatur dalam kamera kepunyaanmu. Upgrade bisa dilakukan dengan cara menggunakan poin yang dikumpulkan saat kamu mengalahkan hantu, atau ketika kamu berhasil mengambil gambar ketika terjadi “Shutter Chance”. Yang dimaksud dengan “Shutter Chance” di sini adalah ketika ada sebuah kejadian seperti flashback atau ketika hantu tertentu muncul di layar dalam waktu sekejap. Jika kamu berhasil menangkap momen tersebut, maka kamu akan mendapatkan poin besar yang berguna untuk melakukan upgrade atau untuk membeli barang. Sebuah mekanisme baru bernama “Wetness Meter” juga diperkenalkan dalam Fatal Frame: Maiden of Black Water. Semakin tinggi “Wetness Meter”, maka akan semakin basah juga sang karakter yang kamu kendalikan. “Kebasahan” dalam Fatal Frame: Maiden of Black Water bisa memberikan efek tertentu yang bisa menguntungkan serta merugikan. ![]() Memotret perempuan cantik adanya di dalam game tetangga Semakin basah karaktermu, maka daya serangan menggunakan kamera Obscura akan meningkat, namun jumlah hantu yang muncul juga akan semakin tinggi serta serangan mereka juga ikut menguat. Sayangnya, saya gagal fokus dalam permainan. Kebasahan ini malah membuat saya memperhatikan pakaian Yuri yang mulai sedikit terlihat transparan. Yah, anggap saja ini efek yang menguntungkan. Atmosfer yang dihadirkan dalam Fatal Frame: Maiden of Black Water juga terhitung cukup mencekam. Lingkungan yang digambarkan terlihat gelap, dingin, dan minim pencahayaan jelas sangat memberikan perasaan tidak nyaman ketika dilalui. Lalu, hal tersebut diperkuat lagi dengan kemunculan arwah dalam beberapa detik di tempat-tempat tertentu … atau di belakangmu. Saya tidak heran bila atmosfer dalam game DreadOut juga diinspirasi oleh seri yang satu ini. Namun, entah mengapa semua hal ini tidak terlalu mengerikan, setidaknya bagi saya. Momen-momen sureal yang membuat bulu kuduk berdiri memang sempat saya lihat, tapi rasanya belum cukup seram. Mungkin ini karena saya baru mencoba dua episode yang ada dalam demo Fatal Frame: Maiden of Black Water, atau karena saya terlalu fokus pada Yuri yang penampilannya didesain sangat menarik (Koei Tecmo tahu cara mendesain karakter yang menarik mata). Siapa tahu ada hal mengerikan yang menanti begitu saya memutuskan untuk memainkan game ini lebih lanjut … suatu saat nanti. Nintendo eShop Link: Fatal Frame: Maiden of Black Water, $49.99 (Sekitar Rp680.000) The post Impresi Fatal Frame: Maiden of Black Water – Mencekam tapi Tidak Seram appeared first on Tech in Asia Indonesia. |
Rangkuman Berita Game Hari Ini – 26 Oktober 2015 Posted: 26 Oct 2015 05:00 AM PDT Mari Bernostalgia dengan Game Klasik Road Rash Lewat Video Ulasan RetroAhoy Berikut IniRisky Maulana – Jika kamu bertanya kepada saya, franchise game klasik apa yang sekiranya layak untuk dibangkitkan kembali di era modern? Maka Road Rash akan menjadi menjadi satu di antara sekian banyak game klasik yang secara spontan terucap langsung dari mulut saya. Bagaimana tidak? Dengan tema balap motor jalanannya yang jarang kita jumpai dalam game modern, Road Rash menjadi serial game klasik yang kelak kebangkitannya akan mengejutkan banyak pihak, tak terkecuali mereka yang bernostalgia setelah melihat video buatan channel Ahoy di atas. Gameloft Ikut Meramaikan Game Bertema Penembak Tinju Lewat Sniper FuryRisky Maulana – Game terbaru Gameloft ini kemungkinan besar akan menjadi pesaing serial game sniper keluaran Glu yang baru-baru ini merilis game bertema serupa, Sniper X With Jason Statham. Meski tidak dilengkapi aktor film laga ternama seperti pesaingnya, setidaknya dengan jaminan nama Gameloft saja, Sniper Fury tampaknya akan menjadi sesuatu yang menarik untuk kita mainkan di akhir 2015 nanti. Pasang Kostum Menyeramkanmu di Instagram dan Menangkan 10.000 Token di Minion Rush
Iqbal Kurniawan – Memeriahkan perayaan Halloween yang akan dirayakan pada akhir Oktober ini, Gameloft mengadakan kontes kostum Halloween terunik untuk game Minion Rush. Kamu bisa ikut serta dengan melakukan follow pada akun instagram milik Gameloft, lalu mengunggah foto dirimu yang sedang mengenakan kostum seram dengan menuliskan hashtag #MinionRushMash. Kontes berlangsung hingga tanggal 30 Oktober nanti. Preview Despicable Me: Minion Rush – Endless Runner dengan Karakter Imut Kontes Jetpack Joyride x Back to the Future Berhadiah Figure Eksklusif dari Halfbrick StudioIqbal Kurniawan – Tidak hanya memasukkan unsur film Back to the Future ke dalam Jetpack Joyride, kini Halfbrick menyelenggarakan kontes berhadiah figure dan berbagai merchandise ekslusif dari film sci-fi tersebut. Kamu cukup menuju tautan di bawah dan menuliskan jawaban dari pertanyaan, “Bila kamu memiliki mobil DeLorean sendiri, kamu ingin pergi ke mana dan masa apa?” pada kolom komentar. Kontes berakhir besok tanggal 26 Oktober malam hari. Facebook Page: Halfbrick Studio The post Rangkuman Berita Game Hari Ini – 26 Oktober 2015 appeared first on Tech in Asia Indonesia. |
Situs E-commerce B2C Asal Cina, JD Resmi Beroperasi di Indonesia Posted: 26 Oct 2015 04:47 AM PDT Indonesia bisa dibilang merupakan raksasa yang tertidur. Negara dengan jumlah penduduk lebih dari 250 juta ini berhasil menarik minat banyak perusahaan teknologi dari luar. Salah satunya adalah JD, raksasa e-commerce asal Cina yang kini resmi beroperasi di Indonesia. Hal ini bisa dilihat langsung dari alamat domain JD.id yang menggunakan bahasa Indonesia. Situs JD memiliki desain yang menarik, mengingatkan saya pada situs MatahariMall. Akan tetapi, produk yang ditawarkan JD Indonesia kini baru sebatas produk teknologi saja. Layaknya sebuah mal yang terdiri dari beberapa lantai, situs JD terdiri dari 7 lantai. Mulai dari lantai khusus smartphone, kemudian laptop, perangkat router, aksesori, hingga TV. Lalu bagaimana dengan harga produk-produk yang ditawarkan? ![]() JD atas, MatahariMall bawah. Saya coba membandingkan harga Playstation 4 dari JD dengan MatahariMall. Dari gambar di atas, bisa dilihat bahwa harga Playstation 4 di JD lebih murah beberapa ratus ribu. Akan tetapi bukan berarti semua produk di JD lebih murah dibandingkan MatahariMall. Mengingat kedua situs tersebut merupakan e-commerce B2C, yang artinya barang-barang yang dijual berasal dari distributor atau supplier besar. Dari segi pembayaran, JD mendukung pembayaran di tempat atau COD, ATM transfer, dan kartu kredit. Sedangkan dari segi pengiriman, JD belum menyediakan informasi yang detail. Dalam situs hanya tertulis bahwa JD akan mengembalikan uang pembeli secara penuh apabila barang tidak dikirim. Tidak ingin kehilangan akal, saya mencoba menghubungi layanan konsumen. Pihak JD mengungkapkan bahwa perusahaan ini menggunakan layanan pengiriman JET, layanan logistik baru di tanah air. Membahas sedikit tentang JD. Perusahaan yang dibentuk tahun 2004 ini bisa dibilang sekelas dengan Alibaba, dan sudah melakukan penawaran saham ke publik (IPO) sebesar $1,78 triliun (Rp24,41 kuadriliun) pada bulan Mei 2014 lalu. Dengan masuk ke Indonesia, JD akan bersaing dengan MatahariMall, Lazada, dan MAPeMall milik Mitra Adi Perkasa. (Diedit oleh Lina Noviandari) The post Situs E-commerce B2C Asal Cina, JD Resmi Beroperasi di Indonesia appeared first on Tech in Asia Indonesia. |
Open Jongla, Mungkinkan Chatting ke Semua Teman Tanpa Mengunduh Aplikasi Posted: 26 Oct 2015 04:35 AM PDT Kepopuleran aplikasi chatting ternyata bukan hanya terjadi di Indonesia. Fakta ini dipaparkan Riku Salminen, CEO Jongla, pada konferensi pers hari ini (26/10). Kondisi ini mendorong para penyedia aplikasi chatting kini makin bersaing ketat menghadirkan fitur untuk semakin menarik minat pengguna baru. Salah satunya adalah Jongla, yang memperkenalkan fitur Open Jongla. Fitur ini memungkinkan para pengguna Jongla mengirim pesan kepada seluruh temannya yang belum menggunakan aplikasi ini. Lebih jauh Riku menambahkan:
Ia menambahkan bahwa pengguna non-Jongla akan menerima pesan melalui SMS yang berisi karakter pesan dari pengguna Jongla dengan link yang dapat dibuka di browser apapun. Setelah itu mereka dapat berkomunikasi melalui laman tersebut. Pengaplikasian fitur baru itu diklaim Riku menaikkan jumlah pengguna baru sebesar 25 persen dan menaikkan kuota percakapan aktif Jongla hingga 10 persen per harinya. Meski begitu, Jongla memberlakukan pembatasan kuota sampai 100 pesan per bulan dari setiap chat sebanyak lima kali berbalas pesan dengan non-user. Asia jadi pengguna terbesarTerkait jumlah pengguna, Riku hanya mau membuka bahwa negara dengan pengguna terbanyak adalah Turki yang menyumbang 14 persen, sedangkan Indonesia hanya menyumbang lima persen dari pengguna Jongla di seluruh dunia. Riku juga mengatakan bahwa Jongla tidak menyangka pengguna terbesar dengan total 68 persen berada di Asia. Lalu sisanya tersebar di Amerika Utara sebesar tujuh persen dan Amerika Selatan 14 persen. Sayangnya Riku enggan menyebut jumlah pasti pengguna Jongla di seluruh dunia. Pembaruan yang dilakukan Jongla diharapkan dapat menaikkan lebih dari 1 juta pengguna di Indonesia hingga 2016 mendatang. Meski bersifat "open", Riku memastikan bahwa aplikasi Jongla tetap mengedepankan fitur keamanan. Hemat ruang penyimpanan![]() Riku Salminen, CEO Jongla. Karakter pengguna smartphone di dalam negeri khususnya kalangan muda dinilai Riku senang mencoba berbagai aplikasi baru. Di sisi lain, Jongla juga menawarkan aplikasi chatting dengan ukuran kecil, hanya 1,8 MB saja. Bandingkan dengan aplikasi chatting lain, Line misalnya, yang mencapai ukuran 489 MB – dengan banyaknya pilihan stiker di dalamnya. Selain minim ukuran, Jongla juga menawarkan fitur lainnya, seperti Candy Sound. Fitur tersebut memungkinkan pengguna merekam suara dan mengubahnya menjadi pilihan suara yang menghibur. Meski telah memiliki berbagai fitur, Riku mengatakan akan tetap memperbarui fitur-fitur lainnya hingga awal tahun mendatang. Sebagai tambahan informasi, Jongla merupakan aplikasi dari perusahaan asal Finlandia yang berdiri sejak 2009. Jongla masuk ke Indonesia pada 2014 lalu dengan menggandeng operator telekomunikasi XL. Kemudian demi menambah pengguna, mereka juga menghadirkan stiker tokoh pewayangan, Punakawan. Sedangkan untuk monetisasi, Riku mengatakan bahwa ada tiga cara yang mereka tempuh. Pertama adalah in-app purchase berbagai konten, termasuk stiker. Kedua adalah kategori Shopping yang diisi berbagai vendor produk online layaknya e-commerce. Terakhir adalah Channel dengan menggandeng para media dan vendor lainnya dalam berpromosi sekaligus sebagai portal informasi. Coba unduh aplikasi Jongla melalui: Memang tak bisa dipungkiri, aplikasi chatting kian mendominasi ranah mobile. Namun sampai sekarang masih belum ada penyedia aplikasi chatting yang mengalahkan para pemain raksasa seperti WhatsApp dan Line. (Diedit oleh Pradipta Nugrahanto) The post Open Jongla, Mungkinkan Chatting ke Semua Teman Tanpa Mengunduh Aplikasi appeared first on Tech in Asia Indonesia. |
Mari Bergabung Menjadi Bagian dari Tim Tech in Asia Indonesia! Posted: 26 Oct 2015 04:34 AM PDT Tech in Asia Indonesia adalah komunitas online untuk semua orang yang tertarik dengan ekosistem startup, teknologi, dan game di Asia, khususnya Indonesia. Dengan jumlah tim yang terus bertumbuh, kami berdedikasi menumbuhkan ekosistem startup dan teknologi di negara ini. Kami menyediakan platform bagi pembaca untuk mengemukakan pendapat mereka dan juga mengetahui perkembangan terbaru yang terjadi di industri teknologi Asia, mengembangkan database dan menghubungkan investor dan startup di kawasan ini, serta menyelenggarakan konferensi tahunan di Singapura, Tokyo, dan Jakarta. Bagi kamu yang tertarik menjadi bagian dari tim yang berusaha keras mencapai visi dan misi yang kami usung, kami memberi kesempatan yang luas untuk bergabung. Berikut adalah sejumlah posisi yang tersedia: Business DevelopmentKami memerlukan orang-orang pintar yang berpotensi membawa penghasilan melalui pemasangan iklan online, penjualan tiket konferensi, dan pencarian sponsor bagi Tech in Asia. Sebagai seorang Business Development, kamu harus mengerti bagaimana cara untuk menjalin hubungan baik dan bekerja sama dengan sponsor tanpa harus melakukan kompromi terhadap proses editorial Tech in Asia. Kamu juga harus mempunyai passion terhadap teknologi, dan mampu bekerja dengan baik di bawah tekanan untuk mengejar target penjualan. Selengkapnya bisa kamu lihat di sini. Developer WebDeveloper web akan bertanggung jawab untuk menangani berbagai proyek baru serta meningkatkan kualitas dan performa situs Tech in Asia Indonesia. Proyek dalam hal ini bisa berupa sebuah platform analisis developer game di Indonesia sampai dengan pengumpulan database startup. Developer web juga akan diminta mengerjakan berbagai permintaan terkait penambahan atau perubahan fungsi yang berhubungan dengan situs. Sebagai contoh, menambahkan fitur sorting atau mengubah tampilan (HTML/CSS), serta beragam hal teknis lainnya. Selengkapnya bisa kamu lihat di sini. Social Media StrategistSebagai Social Media Strategist kamu akan mengatur semua media sosial milik Tech in Asia Indonesia, dan di saat yang sama membuat dan mengeksekusi strategi dalam meningkatkan engagement terhadap pengunjung situs melalui media sosial. Kamu akan bekerja sama dengan tim editorial untuk memastikan berita yang kami tulis disebarkan dengan cepat kepada komunitas yang haus akan informasi seputar dunia teknologi, dan juga dengan tim marketing untuk menyebarkan informasi tentang berbagai acara yang kami adakan, termasuk konferensi Tech in Asia. Selengkapnya bisa kamu lihat di sini. Developer AndroidSebagai developer Android kamu akan mengembangkan aplikasi Tech in Asia untuk digunakan jutaan pembaca kami di seluruh dunia. Kamu akan bertanggung jawab dalammemilih teknologi yang akan digunakan untuk pengembangan aplikasi dengan pertimbangan yang dapat dipertanggungjawabkan. Selengkapnya bisa kamu lihat di sini. Kontributor Teknologi, Startup, atau GameSebagai kontributor Tech in Asia Indonesia, kamu memiliki fleksibilitas untuk bekerja sesuai dengan kesibukan kamu. Kamu tidak perlu datang ke kantor kami dan jam kerja kamu pun bisa disesuaikan sesuka hati. Singkatnya, ini merupakan posisi yang sempurna bagi kamu yang suka menulis dan mengikuti dunia startup, teknologi, ataupun game, namun memiliki pekerjaan tetap di tempat lain. Selengkapnya bisa kamu lihat di sini. Tunggu apa lagi? Jangan lewatkan kesempatan untuk bertemu banyak orang, membangun jaringan, belajar tentang dunia startup, teknologi dan entrepreneurship, meningkatkan skill, dan yang lebih penting, ikut berkontribusi mengembangkan ekosistem startup di Indonesia! Untuk lebih lengkapnya kamu bisa mengunjungi halaman karier kami.
The post Mari Bergabung Menjadi Bagian dari Tim Tech in Asia Indonesia! appeared first on Tech in Asia Indonesia. |
Review Afterpulse – Shooter Multiplayer Keren yang Tenggelam oleh IAP dan Pay-to-Win Posted: 26 Oct 2015 03:03 AM PDT Sedikit berbeda dengan kebiasaan Gamevil selama ini, minggu lalu penerbit game mobile asal Korea Selatan tersebut merilis sebuah game shooter multiplayer berjudul Afterpulse. Game yang dikembangkan oleh Digital Legends Entertainment tersebut menyuguhkan aksi tembak-menembak antar prajurit perang layaknya Point Blank atau Counter Strike, namun dengan sudut pandang orang ketiga dan pada platform mobile. Mengingat sejauh ini belum ada game serupa yang benar-benar sukses di perangkat portabel, saya pun penasaran ingin melihat apa yang berbeda pada Afterpulse. Apakah game ini mampu memberikan alternatif yang tidak kalah seru dibandingkan dua FPS terkenal di PC tadi? Simak ulasan saya di bawah ini. Tembak Dulu, Pikir BelakanganDigital Legends Entertainment cukup berhasil menerjemahkan pengalaman bermain game shooter seru di PC ke smartphone atau tablet. Tidak ada cerita latar atau misi khusus di sini, hanya ada aksi tembak-tembakan antar prajurit yang cepat, lancar, dan penuh ketegangan. Saya dituntut untuk terus waspada sepanjang durasi permainan yang berlangsung sekitar lima menit setiap sesinya. Baru terdapat dua mode permainan multiplayer yang disebut Team Deathmatch dan Deathmatch pada versi awal ini. Dua-duanya menghadapkan saya pada misi untuk menumbangkan sebanyak mungkin musuh. Team Deathmatch menempatkan saya ke dalam pertempuran tim 4 vs 4, dan satunya lagi sebagai individu. Tidak ada sistem tim yang mampu merekam nama sesama pemain Afterpulse. Semua pertempuran multiplayer yang saya mainkan sejauh ini ditetapkan sepenuhnya secara acak dengan pemain lain yang kebetulan sedang online. Namun, saya pikir fitur ini bisa ditambahkan oleh Gamevil serta Digital Legends melalui update di masa mendatang. Kontrol Solid pada Perangkat Berlayar SentuhKarena didesain untuk perangkat portabel masa kini, Afterpulse mengandalkan skema kontrol melalui tombol virtual pada layar sentuh. Pergerakan karakter saat bertempur maupun pengendalian tembakannya semua dilakukan melalui tombol, stik analog, maupun simbol virtual yang terdapat pada layar. Saya dapat mengendalikan karakter dengan leluasa melalui stik analog virtual pada sisi kiri layar. Sisi sebelah kanan berisi tombol untuk melempar granat, mengisi ulang senapan, hingga membidik dan menembak. Walau tidak ada kemampuan untuk merunduk atau melompat, saya cukup terpacu dengan tempo permainan yang cepat dan seru khas game shooter multiplayer. Digital Legends Entertaiment juga telah menanamkan dukungan terhadap penggunaan controller eksternal pada Afterpulse. Dengan demikian, bila kamu merasa kurang mantap mengendalikan dengan layar sentuh, kamu bisa memasangkannya dengan controller melalui koneksi bluetooth. Grafis Super Tajam dan Terpoles IndahSalah satu kualitas yang paling menonjol pada Afterpulse adalah ketajaman grafisnya yang mampu disejajarkan dengan game serupa pada PC dan console. Tampilan lingkungan, efek tembakan, maupun ledakan yang terjadi di sepanjang pertempuran terlihat cukup meyakinkan berkat engine khusus yang digunakan developer serta dukungan terhadap kemampuan Metal untuk perangkat iOS. Selain tampilan grafis super wah di sini, efek suara yang disajikan oleh Digital Legends Entertainment juga mampu memberikan kesan realisme kepada game. Saya bisa membedakan senapan mesin, sub-machine gun, atau sniper rifle hanya dari suaranya saja. Langkah kaki musuh yang terdengar mendekat juga membantu saya mengantisipasi kehadiran musuh yang berkeliaran. No Internet, No PlaySebagai game multiplayer online, Afterpulse memiliki ketergantungan seratus persen terhadap koneksi internet. Hal ini disebabkan oleh desain game yang akan menyimpan seluruh progres permainan, perolehan uang, hingga memasangkan dengan pemain lain pada server milik developer. Kualitas jaringan juga menjadi faktor penting untuk kenyamanan dalam bermain. Pertempuran yang kamu jalani di sini didikte oleh kelancaran koneksi internet yang kamu miliki. Jangan harap mendapatkan pertempuran yang mulus, seru, atau memuaskan dengan menggunakan ping rate yang lambat. IAP di Sana-Sini serta Grinding Tiada AkhirSebagai sebuah game free-to-play, Digital Legends Entertainment sama sekali tidak menyertakan tampilan iklan dan hanya mengandalkan penawaran IAP untuk memberikan penghasilan. Desain seperti ini memberikan membebaskan saya dari tampilan iklan yang menyebalkan, namun membuat saya merasa dibatasi di hampir semua sisi. Sebagai permulaan, saya membutuhkan energi setiap kali mengikuti sesi pertempuran di Afterpulse. Senjata yang saya gunakan juga harus diperbaiki selama dengan rentang waktu bervariasi setelah dipakai beberapa kali. Selain itu, ada pula sistem koleksi senjata dan equipment dengan jumlah slot terbatas yang bisa ditambahkan dengan membeli. Karakter saya di Afterpulse dapat dilengkapi dengan berbagai macam peralatan tempur seperti senjata, rompi, celana, aksesoris kepala, hingga senjata sampingan (seperti granat). Semua elemen tersebut memiliki ketangguhan masing-masing yang dapat ditingkatkan dengan digabung atau dibeli. Untuk mendapatkan senjata maupun equipment tingkat tinggi, saya dapat membeli kotak peralatan yang akan memberikan barang secara acak, atau meningkatkan barang yang saya miliki sedikit demi sedikit melalui grinding. Mekanisme ini membuat saya tidak berdaya di hadapan pemain lama yang lebih rajin melakukan grinding, atau bersedia mengeluarkan uang untuk memperoleh equipment langka. Kesimpulan: Harus Bersabar atau Punya Uang BanyakDengan mekanisme IAP ekstensif dengan unsur pay-to-win yang diterapkan oleh Digital Legends Entertainment dan Gamevil pada Afterpulse, saya jadi merasa seperti murid baru yang sedang dipelonco oleh kakak kelas, atau korban bully anak orang kaya. Saya sering kali kalah ketika berduel dengan pemain lain yang memiliki jam terbang maupun kualitas equipment di atas saya. Sebenarnya saya dapat bermain dalam mode Training yang kurang lebih memberikan pengalaman bermain single-player dengan musuh yang lebih seimbang. Namun, perolehan uang yang didapat dari mode ini jauh lebih sedikit daripada mode multiplayer. Kalau kamu adalah penggemar game shooter multiplayer yang cukup sabar, tidak masalah mengalah, serta rajin mengumpulkan reward harian maupun menyelesaikan berbagai objektif di dalam game, maka Afterpulse merupakan alternatif keren yang bisa kamu mainkan di perangkat iOS milikmu sekarang juga. Bila kamu tidak memiliki sifat-sifat yang saya sebutkan tadi, saya sarankan main Modern Combat 5 buatan Gameloft, atau kembali main Point Blank dan Counter Strike di PC saja. The post Review Afterpulse – Shooter Multiplayer Keren yang Tenggelam oleh IAP dan Pay-to-Win appeared first on Tech in Asia Indonesia. |
Tanya Apa Saja kepada Tim Editorial Tech in Asia Besok (27/10)! Posted: 26 Oct 2015 02:08 AM PDT Kali ini, Tech in Asia menghadirkan tamu yang sedikit berbeda dalam sesi AMA (Ask Me Anything). Kami akan mendatangkan tim editorial teknologi dan startup kami sendiri di sesi AMA yang akan dibuka besok Selasa, 27 Oktober 2015. Hingga saat ini, tim editorial kami beranggotakan empat orang. Pradipta Nugrahanto sebagai Editor in Chief, Lina Noviandari sebagai Editor serta Elfa Putri dan Ketut Krisna Wijaya sebagai Writer. Setiap hari mereka berkutat dengan berbagai aktivitas menulis berita seputar teknologi dan ekosistem startup di Indonesia, bahkan Asia. Tidak sedikit berita yang didengar oleh tim editorial kami. Begitu juga dengan banyaknya startup yang mulai bermunculan di Indonesia. Kalau kamu ingin bertanya lebih lanjut mengenai pekerjaan tim editorial kami sehari-hari, jangan lewatkan sesi ini besok, pada hari Selasa tanggal 27 Oktober 2015. Catat juga jamnya, mulai dari pukul 10.00 WIB sampai dengan 22.00 WIB. Tentunya banyak sekali hal yang dapat ditanyakan. Kamu dapat melontarkan pertanyaan mulai dari hal yang berbau teknologi dan startup hingga yang berhubungan dengan pekerjaan seperti:
Selain itu, kamu juga dapat bertanya hal-hal yang bersifat kasual seperti:
Tech in Asia mengajak kamu untuk bertanya apa saja secara langsung kepada tim editorial kami. Untuk dapat mengikuti sesi AMA ini, daftarkan dulu diri kamu di sini ya. Sampai jumpa di sesi AMA besok! (Diedit oleh Pradipta Nugrahanto) The post Tanya Apa Saja kepada Tim Editorial Tech in Asia Besok (27/10)! appeared first on Tech in Asia Indonesia. |
Impresi Peta Baru LINE Get Rich: Battlefield – Dadu itu Merah Jendral! Posted: 26 Oct 2015 01:40 AM PDT Saya mungkin termasuk satu di antara sekian banyak pemain lama Modoo Marble yang puas dengan kemunculan spin-off mobile berjudul LINE Get Rich! Bagaimana tidak? Dengan update peta yang lebih lengkap serta kemampuan bermain secara mobile, tidak mengherankan bila game satu ini menjadi primadona kiriman notifikasi aplikasi LINE di smartphone masing-masing. Di bulan Oktober ini, kembalinya saya ke LINE Get Rich bukan semata-mata karena adanya Haruka, Melody, dan Veranda seperti yang diberitakan Audi beberapa minggu lalu, tapi juga untuk menjajal peta permainan baru bernama Battlefield. Sesuai nama petanya, di sini kamu dibawa ke dalam permainan monopoli bernuansa medan perang dengan aturan gameplay baru yang jauh lebih seru dibandingkan peta LINE Get Rich lainnya. Seperti apa sih serunya? Well, bayangkan sebuah game monopoli di mana pemain berlomba-lomba memperkuat angkatan bersenjata mereka, karena hasil akhirnya bisa jadi markas musuh yang musnah atau justru markasmu lah yang menjadi korban pemain lainnya. Di setiap sudut permainan, masing-masing pemain diberikan benteng yang berfungsi sebagai nyawa dan alat mereka untung menyerang pemain lain. Setiap benteng dan bangunan di peta memiliki tema yang berbeda, mulai dari bergaya medieval, fantasi, futuristik, dan bangunan perang modern. Agar sesuai dengan tema pertempuran, setiap bangunan “monumen” yang kamu buat bentuknya akan menyerupai alat perang dari empat zaman yang ada, mulai dari panah ballista, satelit laser, peluncur misil, roket, dan masih banyak lagi lainnya. Seperti yang sudah saya jelaskan saya tadi, di sini setiap pemain bersaing untuk menjadi angkatan bersenjata terkuat (dan terkaya) di medan perang. Kemenangan di peta ini bisa diraih dengan metode triple monopoly, menguasai empat petak shield, membuat pemain lainnya kehabisan uang (bangkrut), dan menghancurkan benteng lawan. Tentu bukan medan perang namanya bila tidak ada intrik peperangan yang mewarnai serunya permainan peta baru LINE Get Rich kali ini. Apabila ada salah satu pemain menyerang sebuah benteng hingga nyawa mencapai angka nol, maka pemain dengan warna benteng yang sama akan langsung ditendang ke luar permainan, tanpa mempedulikan berapa banyak kekayaan miliknya. Kamu sendiri bisa menyerang musuh secara otomatis dengan cara berhenti di atas benteng dengan warna yang sesuai avatar mereka. Apabila avatar berhenti di atas benteng warnanya sendiri, kamu bisa memilih untuk membeli upgrade supaya bentengmu semakin kuat atau menyerang benteng musuh dengan seluruh kekuatan bangunan yang kamu miliki. Sejauh ini saya sangat puas dengan update peta Battlefield yang ditawarkan oleh Netmarble untuk LINE Get Rich. Dengan aturan permainannya yang hectic, selalu saja ada kemungkinan untuk menang menghadapi pemain lain yang lebih senior, entah itu dengan memanfaatkan momentum lengahnya kubu pemain lain atau bermain cerdik dengan taktik aliansi yang kotor. Apapun strategi yang kamu ambil, saat ini peta Battlefield sedang menjadi favorit dalam setiap quick match permainan LINE Get Rich. Jadi siapkan kartu avatar dan dadu terbaik kamu, dan sampai jumpa di medan perang! The post Impresi Peta Baru LINE Get Rich: Battlefield – Dadu itu Merah Jendral! appeared first on Tech in Asia Indonesia. |
Posted: 26 Oct 2015 01:01 AM PDT Beberapa waktu lalu kami sempat mengulas kumpulan startup yang mengikuti Indigo Incubator 2015, program inkubator startup dari Telkom. Salah satu startup yang masuk dalam daftar tersebut adalah Apaja (dulu Appaja), sebuah aplikasi yang dapat membantu pengguna menemukan cara tercepat dan termurah untuk bepergian di Jakarta. Dengan aplikasi ini, pengguna akan mendapat informasi peta rute, perkiraan waktu dan jarak, harga, serta memungkinkan pengguna untuk saling berbagi informasi. Apaja didirikan oleh Robin Dutheil, pria asal Prancis yang telah menetap di Indonesia sejak tahun 2009. Sebelum memutuskan untuk mendirikan startup, Robin awalnya sempat bekerja di Adways, sebuah perusahaan iklan digital asal Jepang hingga tahun 2014. Selama bekerja di sana, ia bersama rekannya Daisy Darmawati (Co-Founder) memiliki ide untuk membuat aplikasi Apaja. Mereka berdua kemudian mulai mengembangkan aplikasi tersebut saat mengikuti kompetisi hackathon yang diadakan pada konferensi Startup Asia Jakarta 2013 (sekarang sudah berganti nama menjadi Tech in Asia Jakarta). Setahun berselang, pada bulan April 2014 Apaja mendapat penghargaan lagi sebagai juara ketiga dalam kompetisi HackJak. Masuk program inkubator dan memperoleh investasiSetelah itu tidak banyak informasi dan berita yang beredar hingga akhirnya pada bulan Agustus lalu, aplikasi ini berhasil masuk ke dalam program inkubator Indigo Incubator dan memperoleh investasi tahap awal. Robin sendiri tidak mau berbicara banyak tentang investasi yang diterima. Akan tetapi ia mengungkapkan beberapa keuntungan yang ia peroleh setelah masuk program inkubator. Pertama adalah tempat kerja, yang mana sebelumnya mereka bekerja terpisah secara remote sehingga komunikasi kurang baik. Kedua, melakukan perekrutan untuk mempercepat pengembangkan produk dengan dana investasi yang diperoleh. Ketiga adalah koneksi ke sejumlah angel investor. Robin mengatakan bahwa setelah masuk program inkubator, sejumlah angel investor menunjukkan ketertarikannya terhadap Apaja. Hingga saat ini, Apaja terdiri dari empat anggota tim. Robin sebagai Business Development, Daisy sebagai Product Development, Rendy Ariawindana selaku Back End Developer, dan Thomas Rico sebagai Front End Developer. Robin mengungkapkan bahwa traksi dari Apaja saat ini masih tergolong rendah. Hal ini dikarenakan Apaja memiliki pengguna yang spesifik. Selain itu, beberapa fitur baru yang dikembangkan masih kurang cocok dengan pengguna komuter sehari-hari. "Kami memiliki sekitar 9.000 unduhan dengan sekitar 2.000 pengguna aktif," ungkap Robin. "Akhir tahun ini kami akan merilis versi baru dari Apaja, yang lebih lengkap, lebih baik bagi pengguna komuter sehari-hari, dan kami akan mulai melakukan promosi," imbuh Robin kepada Tech in Asia. Kerja sama dengan pemerintahDisinggung mengenai cara melakukan monetisasi. Robin mengatakan bahwa timnya mengembangkan API yang memungkinkan developer mengintegrasikan Apaja ke dalam sistem mereka. Robin sendiri melihat target pasar yang cukup besar dari pengguna transportasi publik di kota-kota besar. Dari hasil analisis yang dilakukan Robin, jumlah populasi di Jabodetabek mencapai 30 juta penduduk dan baru sekitar 27 persen dari populasi tersebut yang menggunakan transportasi publik. Untuk meningkatkan jumlah tersebut, tim Apaja berupaya melakukan kerja sama dengan pemerintah. Robin berharap dengan bantuan pemerintah, mereka bisa meningkatkan angka tersebut hingga 40 persen. Peningkatan angka pengguna transportasi publik ini tentunya bisa mengurangi tingkat kemacetan di Jakarta. Salah satu kerja sama yang telah dilakukan Apaja dengan pemerintah DKI Jakarta adalah membuat rute untuk siswa SD sampai SMA di Jakarta. Para siswa kini bisa mencari rute ke sekolah yang dilalui oleh bus sekolah. Selain itu, mereka juga bisa melihat titik lokasi dari bus sekolah tersebut secara real-time. Hingga saat ini Apaja telah berhasil melacak rute dari 71 bus sekolah dan akan menambah 50 bus sekolah lagi dalam waktu dekat. Apaja sendiri bukan satu-satunya aplikasi transportasi yang memberikan informasi rute perjalanan kepada penggunanya, aplikasi yang juga menawarkan hal yang sama adalah Komutta dan KeMana. (Diedit oleh Lina Noviandari) The post Berawal dari Kompetisi, Masuk Inkubator, dan Memperoleh Investasi; Inilah Kisah Aplikasi Transportasi Apaja appeared first on Tech in Asia Indonesia. |
[Update] Kumpulan Co-working Space di Bali yang Bisa Kamu Kunjungi! Posted: 25 Oct 2015 11:30 PM PDT (Update 26 Oktober 2015: Kami menambahkan Dojo Bali dan Outpost ke dalam daftar, menarik Startup Getaway dari dalam daftar, serta mengubah beberapa informasi dalam artikel.) Bali secara mengejutkan menjadi ekosistem startup baru di Indonesia yang bertumbuh dengan pesat. Ada banyak entrepreneur, orang berbakat di bidang IT, inisiatif acara, dan startup yang berbasis di pulau ini. Seiring pertumbuhan ekosistemnya, banyak bermunculan co-working space di Bali yang bisa membantu memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan startup. Jika kamu mencari tempat yang bagus untuk bekerja, berinteraksi, berkolaborasi, dan belajar di Pulau Dewata ini, berikut adalah delapan co-working space yang bisa menjadi pilihan kamu: Hubud | Ubud![]() Tim Tech in Asia di Hubud Hubud adalah co-working space pertama di Ubud yang didirikan oleh tiga ekspatriat bernama Peter Wall, John Alderson, dan Steve Munroe. Tempat ini didesain dengan konsep tempat terbuka yang dikelilingi taman dan dilengkapi dengan fasilitas seperti internet yang cepat, printer, scanner, mesin foto copy, dan ruang seminar. Bagi yang ingin bekerja di Hubud, diwajibkan untuk mendaftar sebagai member dengan biaya yang berbeda-beda, mulai dari $60 (sekitar Rp800.000) untuk 25 jam kerja per bulan hingga $275 (sekitar Rp3,75 juta) untuk jam kerja tak terbatas selama satu bulan. Hubud beroperasi selama 24 jam setiap harinya, sehingga member bisa datang kapan saja untuk bekerja. Co-working spaceini juga sering mengadakan acara gratis seperti meetup atau diskusi dengan berkolaborasi dengan berbagai komunitas yang bisa diikuti oleh member. Harga: $60 (sekitar Rp800.000) – $275 (sekitar Rp3,75 juta) per bulan Lineup Hub | Seminyak
Kisaran harga untuk member di Lineup Hub berbeda-beda, mulai dari Rp800.000 per bulan untuk paket Basic (yakni hanya bisa mendapatkan akses 5 hari kerja dalam sebulan, serta diskon jika ingin menambah jumlah hari), hingga Rp2,2 juta untuk paket Full-Time (mendapat akses tak terbatas selama sebulan, prioritas lebih menggunakan ruang seminar, menggunakan loker, dan lainnya). Bagi yang tertarik mencoba, kamu juga bisa menggunakan paket harian yakni sebesar Rp 200.000 untuk satu hari. Harga: Rp200.000 paket harian – Rp2,2 juta per bulan The Sanur Space | Sanur
TSS menyediakan empat ruang bagi pelanggan, yakni Main room, Batak room, dapur, serta ruang terbuka berupa taman. Main room biasanya digunakan untuk tempat bekerja yang dilengkapi dengan fasilitas seperti printer, scanner, mesin foto copy, dan white board. Sementara Batak room biasanya digunakan sebagai ruang untuk presentasi, seminar, ataupun rapat. Harga: Rp80.000 paket harian – Rp1,5 juta per bulan Kumpul | Sanur
Tempat kerja yang memiliki bentuk "U" ini memiliki fasilitas yang cukup lengkap. Mulai dari internet, printer, scanner, hingga ruang seminar. Sepertico-working space pada umumnya, Kumpul juga menyediakan air mineral, kopi, dan teh secara cuma-cuma bagi para pengunjung yang bekerja di sana. Kumpul sendiri bisa diakses kapan saja, meski para stafnya bekerja mulai pukul 9 hingga pukul 6 sore. Mengingat tempat ini berada satu atap dengan Rumah Sanur, terkadang ada acara-acara khusus seperti pagelaran musik, puisi, atau workshop yang bisa dinikmati setelah bekerja. Bagi yang ingin bekerja di Kumpul, co-working space ini memiliki tarif yang beragam, mulai dari Rp450.000 hingga Rp2,5 juta. Sedangkan bagi warga negara Indonesia, Kumpul memberikan potongan harga sebesar 50 persen. Potongan harga ini merupakan salah satu upaya Kumpul untuk mendukung komunitas lokal. Harga: Rp450.000 paket mingguan – Rp2,5 juta per bulan WAVE Bali | Kuta
Co-working space yang terletak di Kuta ini menyediakan Wi-Fi, printer, scanner, mesin foto copy, serta air mineral gratis bagi para member. WAVE juga bisa dijadikan tempat untuk mengadakan berbagai acara. Di antara semua co-working space di daftar ini, WAVE termasuk yang paling murah. Member bisa memilih paket mingguan yakni sebesar Rp150.000, paket 2 mingguan Rp300.000, dan paket bulanan sebesar Rp500.000. Harga: Rp50.000 paket harian – Rp500.000 per bulan Dojo Bali | Canggu & Seminyak
Fasilitas lainnya seperti komputer, Skype booth, loker, rak papan selancar, dan kolam renang juga disediakan. Dojo Bali menetapkan harga mulai dari Rp700.000 untuk mingguan hingga Rp2 juta per bulan (untuk akses tak terbatas). Bagi yang hanya ingin mampir, co-working space ini juga menyediakan paket per jam Rp50.000 dan paket harian Rp200.000. Dojo Bali juga akan membuka co-working space di Seminyak dalam beberapa waktu mendatang. Harga: Rp50.000 per jam – Rp2 juta per bulan Outpost | Ubud
Harga: $15 (sekitar Rp200.000) paket harian – $270 (sekitar Rp3,68 juta) per bulan The post [Update] Kumpulan Co-working Space di Bali yang Bisa Kamu Kunjungi! appeared first on Tech in Asia Indonesia. |
[Update] Supercell Mengadakan Konferensi Clash of Clans Terbesar di Dunia Minggu Ini! Posted: 25 Oct 2015 10:05 PM PDT Update – 26 Oktober 2015Konferensi Clash of Clans terbesar pada tahun ini bertajuk ClashCon telah resmi diselenggarakan oleh Supercell pada Sabtu (24/10) kemarin. Nah, bagi kamu yang penasaran seperti apa wujud dari acara tersebut, berikut adalah video ringkasan dari ajang ClashCon yang bertempat di kota Helsinki, Finlandia. Bila kamu tertarik untuk menyaksikan bagian video yang lebih lengkap lagi, kamu bisa melihatnya di sini. Artikel Asli – 22 Oktober 2015Saya pikir saya tak perlu memberikan data statistik yang jelas untuk menyebut Clash of Clans sebagai salah satu game populer dengan angka pengguna terbesar di dunia, termasuk salah satunya di Indonesia. Sebagai game yang sukses menyedot ratusan juta mobile gamer dari seantero negeri, Clash of Clans telah membuat Supercell meraup untung hingga ratusan juta dolar lewat angka penjualan IAP yang tidak sedikit. Wajar jika dengan popularitasnya tadi Supercell lalu terdorong untuk menggelar konferensi besar sekelas BlizzCon atau MineCon, yang kemudian mereka beri nama ClashCon. Sesuai namanya, perhelatan ClashCon ditujukan untuk mewadahi komunitas pemain Clash of Clans yang jumlahnya tersebar dari berbagai negara. Dari apa yang diperlihatkan Supercell dalam situs resminya, saya pikir ClashCon pantas untuk diklaim sebagai ajang konvensi game mobile terbesar yang hanya melibatkan satu judul game saja, yakni Clash of Clans itu sendiri. Dengan banderol tiket seharga 99 Euro (atau sekitar 1,5 juta rupiah), para pengunjung konferensi ini akan disuguhi bermacam acara seru seperti turnamen antar negara, diskusi strategi Clash of Clans, jual beli merchandise, jumpa figur terkenal, cosplay, dan banyak lagi lainnya. Walaupun tak ada gambaran detail bagaimana rupa konvensi ini nantinya, besar kemungkinan acara yang berlangsung di Messukeskus Expo and Convention Centre di kota Helsinki, Finlandia ini akan melibatkan desain panggung yang meriah seperti yang Iqbal laporkan saat mengunjungi Tokyo Game Show 2015 kemarin. Seandainya kamu merupakan penggemar Clash of Clans dan ingin sekali bisa melihat acara ini, jangan khawatir karena Supercell juga akan menyiarkan tayangan livestream ClashCon di situs resmi mereka. Situs web: ClashCon The post [Update] Supercell Mengadakan Konferensi Clash of Clans Terbesar di Dunia Minggu Ini! appeared first on Tech in Asia Indonesia. |
Kumpulan Aplikasi Emulator Android Terbaik untuk PC Posted: 25 Oct 2015 09:54 PM PDT Ingin mencoba menggunakan berbagai aplikasi Android tapi belum memiliki gadget-nya? Atau kamu khawatir aplikasi yang diunduh membuat smartphone kamu bermasalah? Apakah ini berarti kamu tidak bisa menjajal berbagai aplikasi dengan risiko minim? Jangan khawatir, seiring perkembangan teknologi, makin banyak emulator Android yang bisa kamu manfaatkan mulai dari chatting dengan BBM atau Line hingga bermain Clash of Clans dengan layar besar di monitormu! Tentunya, masing-masing emulator memiliki keunggulan. Berikut adalah kumpulan emulator Android terbaik yang ada saat ini: BluestacksBluestacks adalah aplikasi paling terkenal dalam daftar ini. Terdapat dua opsi dalam proses pemasangan Bluestacks, yaitu offline installer dan online installer. Saya pribadi menyarankan untuk melakukan instalasi secara offline agar tidak mengalami masalah pada prosesnya. Kelebihan utama aplikasi ini adalah pengaturannya yang mudah dan interface yang sederhana sehingga mudah digunakan oleh orang awam. Selain itu, terdapat pula pilihan untuk mengatur ukuran layar. Bluestacks juga terintegrasi dengan Google. Hal ini memungkinkan kita masuk log dengan akun Google, kemudian mengunduh aplikasi di Play Store. Kelebihan lainnya adalah minimnya bug dalam aplikasi ini. Namun di sisi lain, aplikasi ini cukup berat dan tidak adanya opsi untuk memberikan "jatah" RAM pada aplikasi Android yang dijalankan, sehingga kurang cocok digunakan pada komputer yang memiliki spesifikasi hardware minim seperti netbook. WindroyeWindroye merupakan aplikasi yang paling ringan dibandingkan dengan pesaing-pesaing lain di daftar ini. Selain ringan, proses instalasi aplikasi ini juga cukup mudah. Sayangnya, bahasa default yang digunakan adalah bahasa Mandarin sehingga saat pertama kali menggunakan aplikasi ini, bahasa yang muncul adalah bahasa Mandarin. Namun dengan sedikit usaha (misalnya melihat tutorial yang ada di internet), kita bisa mengubah pengaturannya ke bahasa Inggris. Baca juga: Cara Bermain Game PlayStation di Android Kesayangan Kamu Kekurangan utamanya dari aplikasi ini adalah kurang stabil. Dibandingkan emulator lain, aplikasi ini sering mengalami crash. Selain itu, support-nya terbilang masih minim. Situs resminya hanya menyediakan sedikit informasi, sementara informasi-informasi lain banyak yang hanya tersedia dalam bahasa Mandarin. Selain itu, sama seperti Bluestacks, pada Windroye kita juga tidak bisa mengatur jumlah RAM yang digunakan. GenymotionBerbeda dengan dua aplikasi sebelumnya, Genymotion memungkinkan kita untuk mengatur penggunaan RAM untuk aplikasi Androidnya, sehingga kita bisa menyesuaikannya dengan kemampuan PC yang kita miliki. Menariknya, kita juga bebas memilih sistem operasi yang akan digunakan, termasuk Kitkat, Lolipop, dan lainnya. Bahkan, kita juga bisa memilih tipe smartphone yang digunakan seperti Samsung Galaxy S3 atau Google Nexus. Genymotion tersedia dalam versi berbayar dan versi gratis. Kelemahan terbesar dari aplikasi ini adalah rumitnya proses instalasi. Tidak seperti aplikasi lainnya, kita harus mengunduh aplikasi dasar kemudian mengunduh lagi ROM yang hendak digunakan. Kelemahan lainnya adalah aplikasi ini tidak terintegrasi dengan Google dan membutuhkan pengetahuan tingkat lanjut untuk bisa mendapatkan akses ke Google Play dan Google Account. Andy Emulator AndroidKemampuan yang dimiliki Andy Emulator Android memungkinkan kita untuk memainkan game terbaru dengan cepat. Aplikasi ini juga stabil dan jarang crash. Selain itu, kita juga bisa mengatur ukuran layar sesuai yang dibutuhkan. Andy Emulator Android banyak digunakan untuk mengetes game dengan grafis mumpuni. Baca juga: 5 sumber untuk belajar pengembangan aplikasi Android Di sisi lain, proses untuk menggunakan Andy cukup rumit. Pertama, sifatnya adalah online installer, sehingga kita akan mengalami masalah bila koneksi kita terputus saat pemasangannya. Kedua, Andy berbasis teknologi virtualisasi sehingga membutuhkan virtual machine seperti VirtualBox dalam proses instalasinya. Andy juga membutuhkan RAM minimal 3GB agar dapat berjalan sempurna. Dari kemampuan dan kebutuhannya, bisa disimpulkan bahwa Andy ditujukan untuk mereka yang telah memiliki pengetahuan emulator tingkat lanjutan. Nox APP PlayerNox App Player menggunakan sistem operasi Android 4.4.2 (kitkat) dan tampilannya menyerupai tablet. Bagusnya, aplikasi ini sudah terintegrasi dengan Google Play Store dan kompatibel dengan Windows 10. Aplikasi ini juga sudah bisa terhubung dengan keyboard, mic, mouse, webcam, bahkan kontoler secara langsung. Selain itu, kita dapat mengatur RAM yang dapat ia gunakan. Hal lain yang jadi kelebihannya adalah tingkat stabilitas yang tinggi dan performa yang baik. Kelemahan terbesarnya adalah sistem instalasinya yang cukup sulit. Nox APP Player hanya tersedia dalam bentuk online installer sehingga kita harus terhubung ke internet dalam proses installasinya. Dari daftar di atas, kita dapat melihat bahwa ada banyak aplikasi gratis yang bisa kita unduh, tinggal apakah kita mau memanfaatkannya atau tidak. Siap berkreasi? (Diedit oleh Pradipta Nugrahanto; sumber gambar: JG Hancock) The post Kumpulan Aplikasi Emulator Android Terbaik untuk PC appeared first on Tech in Asia Indonesia. |
8 Wanita di Bawah Usia 30 Tahun yang Menentukan Masa Depan Startup Teknologi di Indonesia Posted: 25 Oct 2015 07:47 PM PDT Industri teknologi di Indonesia cenderung didominasi oleh kaum pria, terutama ketika kita memperhatikan orang-orang yang menempati jabatan tertinggi dan posisi yang bersifat teknis. Hal ini merupakan fakta yang harus kita terima sekarang ini, sembari menunggu program-program yang mendukung para wanita entrepreneur – seperti misalnya Girls in Tech – bisa mengubah keadaan ini. Akan tetapi, tentunya selalu ada pengecualian. Beberapa dari startup sukses yang tersedia di Indonesia dipimpin oleh perempuan. Contohnya ada Nabilah Alsagoff, co-founder dari sistem pembayaran Doku; Hanifa Ambadar dari Female Daily Network; Aulia Halimatussadiah, Co-Founder dan CTO di platform self publishing Nulisbuku; dan Diajeng Lestari, Co-Founder e-commerce fashion muslim HijUp – nama-nama ini lah yang selalu muncul dalam obrolan mengenai kesuksesan perempuan di ranah entrepreneurship teknologi Indonesia. Lalu, bagaimana dengan generasi berikutnya? Siapakah perempuan berikutnya yang akan mampu mendobrak tatanan masyarakat sekarang ini? Berikut adalah delapan perempuan di bawah usia 30 yang saya yakin akan mampu mengejutkan dunia teknologi di Indonesia. Fransiska Hadiwidjana (Prelo)Fransiska memiliki latar belakang pendidikan IT yang mumpuni setelah berhasil lulus dari Institut Teknologi Bandung dengan predikat memuaskan. Ia juga telah memenangkan beberapa lomba coding, serta terpilih untuk berpartisipasi di program yang diselenggarakan oleh Singularity University selama 10 minggu. Sejak muda ia sudah bercita-cita untuk memimpin perusahaannya sendiri. Kini Fransiska dan timnya tengah mengerjakan Prelo, sebuah platform jual beli mobile. Prelo sendiri merupakan pengembangan dari Kleora. Melieyana Tjioe (Gogonesia)Melieyana mendirikan sendiri Gogonesia, sebuah situs booking paket tur lokal maupun luar negeri. Jalan yang ditempuh Melieyana bersama Gogonesia ini terbilang cukup sulit, karena startup lain seperti Valadoo dan Jajalindo telah terlebih dahulu mencobanya dan gagal. Namun, pariwisata adalah industri yang besar di Indonesia, jika Melieyana bisa menemukan formula yang tepat maka potensinya cukup menjanjikan. Melieyana pernah menekuni bidang keuangan saat ia menjadi pekerja di perusahaan jasa keuangan dari Australia, BlackRock, sebelum akhirnya memutuskan untuk pindah ke bidang entrepreneurship. Stephanie Yoe (CutBroker)Stephanie sudah mempersiapkan dirinya sejak muda untuk terjun ke dunia entrepreneurship. Ia belajar dengan mengambil peran di dalam bisnis keluarga yang bergerak di bidang industri kelapa. Setelah dari bisnis perkebunan, ia belajar mengenai entrepreneurship melalui Peng T. Ong dari Monk's Hill Ventures. Peran pertama yang ia dapatkan adalah di bagian pengembangan bisnis di Blibli– startup e-commerce yang mendapatkan pendanaan dari GDP Ventures. Di waktu senggangnya, Stephanie mengurus usahanya sendiri, CutBroker, yang menyediakan jasa properti dengan menghubungkan orang-orang yang ingin menjual rumah dengan para pembelinya tanpa perlu perantara – layanan ini akan segara diluncurkan dalam waktu dekat. Stephanie adalah Puteri DKI Jakarta 2015 di ajang Miss Universe Indonesia 2015. Meskipun prestasi tersebut tidak banyak berhubungan dengan pekerjaannya sekarang, tapi Stephanie telah membuktikan diri bahwa ia memiliki ambisi dan siap untuk mengalahkan para pesaingnya. Tidak hanya itu, Stephanie juga merupakan seorang duta global untuk Babson College bagi Indonesia. Leonika Sari (Reblood)Leonika Sari adalah seorang coder dengan segudang prestasi dan pencapaian, salah satunya dari ajang Mandiri Young Technopreneur Award, serta dari ajang XL Future Leaders. Salah satu pencapaian yang paling berkesan untuknya adalah ketika ia terpilih untuk mengikuti program bootcamp entrepreneurship di MIT dari 50.000 pelamar – ia juga satu dari sedikit peserta yang mendapatkan uang saku selama program. Ide yang ia kembangkan bersama timnya adalah Reblood, sebuah program ambisius yang bertujuan untuk mendorong donasi darah di Indonesia sebagai negara dengan jumlah pendonor yang masih terbilang rendah. Leonika tinggal di Surabaya yang belum memiliki ekosistem startup yang mendukung, seperti halnya yang tersedia di Jakarta, tapi saya yakin ia dapat memberikan pengaruh hingga melampaui tempat asalnya. Dayu Dara Permata dan Windy Natriavi (Go-Life)Dara dan Windy saling berbagi peran memimpin Go-Life, anak perusahaan Go-Jek. Dengan Go-Life, pengguna dapat memanfaatkan aplikasi transportasi yang sedang naik daun ini sebagai sarana untuk memanggil tukang pijat, tukang manikur maupun tukang bersih-bersih, langsung ke rumahnya. Keduanya pernah bekerja di perusahaan konsultan global McKinsey, yang mempertemukan mereka dengan Nadiem Makarim, Founder Go-Jek. Nadiem telah berhasil meyakinkan keduanya untuk bergabung dan mengembangkan cabang bisnis Go-Jek ke bidang yang lebih luas dengan nama Go-Life. Dara dan Windy cukup vokal dalam mendukung perempuan untuk menjadi memimpin di perusahaan-perusahaan teknologi. Meskipun Go-Life sendiri relatif masih muda, mereka berdua sudah tidak dapat dipandang sebelah mata. Niki Tsuraya Yaumi (Goers)Niki adalah Co-Founder dan COO Goers, sebuah aplikasi hiburan dan gaya hidup yang memberitahukan hal menarik di kota penggunanya. Aplikasi yang baru saja diluncurkan beberapa bulan lalu untuk Android ini menyediakan fitur konektivitas untuk berinteraksi dengan teman. Tapi karena baru, masih cukup sulit untuk menilai perkembangannya dari segi performa. Hal yang jelas terlihat adalah bahwa Niki memiliki semangat juang yang baik. Niki belajar sistem informatika di Institut Teknologi Bandung dan The University of Warwick. Selain itu ia pernah sekilas bekerja di Microsoft dan juga di perusahaan VC kecil – sebelum akhirnya memulai Goers. Dengan segala pengalaman sebagai pemimpin tersebut, Niki memiliki modal yang bagus untuk menggebrak dunia startup. Alice Norin (8wood)Alice Norin merupakan satu dari dua co-founder 8wood, sebuah situs e-commerce fashion. Pekerjaan lain yang dimilikinya adalah sebagai selebriti di Indonesia. Di 8wood, Alice menjabat sebagai Chief Creative Officer (CCO), sesuai dengan kemampuannya melakukan kurasi terhadap fashion dari brand-brand ternama. 8wood belum lama ini telah mendapatkan suntikan dana dari Ideosource, sebuah VC lokal. Meskipun Alice terhitung telah terjun ke dunia entrepreneurship teknologi dari jalur karier sebelumnya yang berbeda, saya tetap memilihnya untuk daftar ini karena ia memiliki pengaruh besar bagi para penggemarnya yang berpotensi menjadi pengguna. Seiring dengan berkembangnya 8wood, Alice dapat memakai ketenarannya untuk mendorong perempuan agar lebih berani terjun ke dunia entrepreneurship. Catatan: Alice Norin akan hadir sebagai pembicara di Tech in Asia Jakarta 2015 yang akan diselenggarakan pada 11 dan 12 November mendatang. (Diterjemahkan oleh Raditya Margi dan diedit oleh Lina Noviandari; sumber gambar) The post 8 Wanita di Bawah Usia 30 Tahun yang Menentukan Masa Depan Startup Teknologi di Indonesia appeared first on Tech in Asia Indonesia. |
You are subscribed to email updates from Tech in Asia Indonesia. To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
Google Inc., 1600 Amphitheatre Parkway, Mountain View, CA 94043, United States |
No comments:
Post a Comment