Game Di Indonesia |
- [Designertalk] Wawancara dengan Studio Lead Game Designer Gameloft Indonesia, Oscar Paskaruniawan
- [Kenal Komunitas] PES-ID – Belum Fan Sejati Bila Tak Bergabung di Sini
- Apa yang Baru di Konferensi Tech in Asia Jakarta 2015? 6 Stage Keren yang Bisa Kamu Kunjungi!
- Startup dengan Ide Menarik Minggu ini – 20 September 2015
- [Hands-On] Mirrors Crossing – Action RPG Seru untuk Asia Timur
- [Hands-On] Renegade Death – Platformer Bullet-Hell dari Enthrean Guadrian yang Cukup Menjanjikan
- [Hands-On] Qubot – Karambol dengan Robot
- [Hands-On] Last City Dome Defense Force – Game Berkualitas Console yang Masih Perlu Dioptimisasi
| [Designertalk] Wawancara dengan Studio Lead Game Designer Gameloft Indonesia, Oscar Paskaruniawan Posted: 20 Sep 2015 07:47 AM PDT Setelah dua minggu lalu kita semua memperoleh berbagai macam ilmu tentang desain game dari Fandry Indrayadi yang merupakan pengarah kreatif di MINTSPHERE, maka minggu ini kita kedatangan tamu baru yang hendak berbagi ilmu tentang desain game. Orang yang bersedia untuk meluangkan waktu demi berbagi pengetahuannya adalah Oscar Paskaruniawan. Oscar berprofesi sebagai studio lead game designer alias pemimpin dari seluruh desainer game yang bekerja di Gameloft Indonesia. Kira-kira apa saja hal yang bisa Oscar ceritakan pada kita? Tanpa basa-basi lagi langsung saja kita masuk ke obrolan saya dengan Oscar. Halo, bisa perkenalkan siapa kamu ke pembaca?
Hola, nama saya Oscar Paskaruniawan, sekarang saya adalah studio lead game designer untuk Gameloft Studio 2 (JO2) Yogyakarta. Hobi saya main Dota sampai bodoh, install dan uninstall game di Play Store, cari-cari giveaway game, cari diskon di Steam, dan mengobrol sama banyak orang … hahaha. Kalau yang hobi musiman sekarang lagi senang belajar bikin low poly scene dengan Blender. Bisa cerita bagaimana kamu bisa memiliki profesimu yang sekarang ini?Sebenarnya dulu saya ingin jadi programmer game, tapi karena kurang banyak riset, saya masuk ke Teknik Informatika yang di kampus saya itu tidak ada penjurusan ke arah video game sama sekali ataupun multimedia. Kebanyakan diarahkan menjadi system analyst untuk aplikasi bisnis besar seperti bank, medis, dan sebagainya. Ditambah lagi saya malas sekali otodidak sendiri saat itu dan gaung developer game lokal juga tidak sekuat sekarang (atau mungkin sayanya saja yang kurang gaul … hahaha). Alhasil, saya sempat sebentar melupakan mimpi saya untuk masuk ke dunia game. ![]() Contoh hasil hobi berkarya low-poly Di tahun 2006, saya sempat membuat startup software house dengan teman, dan sudah punya satu produk tentang digital signage. Tapi ternyata, membuat startup itu tidak semudah yang saya bayangkan. Banyak hal yang baru saya ketahui setelah di lapangan. Dari situ saya sadar keinginan mempunyai produk sendiri tidak sama dengan keinginan mempunyai startup itu sendiri. Setelah itu, sekitar tahun 2009 saya sempat terlunta-lunta di Yogyakarta karena saya sok idealis tidak mau keluar dari Yogyakarta. Hal ini semakin diperparah dengan fakta bahwa kebanyakan lowongan kerja sebagai programmer lebih banyak di Jakarta. Jadi, apapun kerjaannya selama menghasilkan dan tidak harus bikin saya keluar dari Yogyakarta, pasti saya lakoni. Mulai dari happening art, team leader SPG, sampai jadi sales bank pun sudah pernah saya lakoni. Hahaha. Sekitar tahun 2010, Gameloft masuk ke Indonesia. Saya pikir ini salah satu jalan untuk saya kembali mengejar impian saya masuk ke industri game. Pertama saya melamar jadi programmer … dan seperti yang sudah diduga, saya gagal. Hahaha. Dengan hanya modal pengalaman saya menjadi system analyst dan sedikit analisa yang saya ingat saat bermain banyak game, akhirnya saya nekat melamar kembali tapi sebagai desainer game. Setelah melalui tes yang cukup lama (dulu tesnya desainer game di Gameloft berlangsung selama tujuh hari), akhirnya saya diterima dan bisa masuk ke dunia game. Dari situlah perjalanan saya sebagai desainer game dimulai. Game apa aja yang pernah (atau sedang) kamu kerjakan?Kalau di Gameloft:
Kalau di luar Gameloft: Sekarang saya sedang meneruskan GoGaple untuk Facebook dan Android. Bisa dibilang masih tahap beta. Lumayan buat tambah-tambah uang beli game di Steam. Hahaha. Untuk versi Facebook sendiri sudah bisa dimainkan tapi masih tahap pengembangan dan butuh banyak caci maki (baca: feedback). Selain itu ada beberapa game yang bisa dibilang lagi stuck, frozen, abandoned, dan lain sebagainya. Apa saja yang kamu kerjakan sebagai lead game designer di tempatmu?Sehari-harinya saya melayani teman-teman desainer game dalam menyelesaikan semua proyek yang sedang digarap oleh JO2 studio (studio kedua Gameloft di Yogyakarta). Bantuan yang saya berikan lebih ke arah supervisi dan mengkoordinir workflow antara desainer game dengan desainer game yang lainnya ataupun dengan departemen lain. Terkadang saya juga yang memvalidasi semua hal yang berhubungan dengan desain game sebelum semua materi dikirim ke headquarter (HQ) kami di Perancis. ![]() Kantor Gameloft Indonesia dalam wujud low-poly buatan Oscar Karena perubahan dan kecepatan kerja yang sangat cepat di Gameloft, saya juga harus membantu teman-teman desainer game dalam persiapan menghadapi perubahan tersebut. Misalnya ketika kami beranjak dari porting Java ke Creation, atau dari Java ke Android. Tentunya ada banyak perubahan-perubahan yang harus dipersiapkan, mulai dari tool untuk bekerja, alur kerja, dan lain-lain. Biasanya, saya selalu dibantu pelatih desainer game untuk hal ini. Selain itu saya bertanggung jawab dengan alokasi anggota untuk semua proyek yang ada di Gameloft. Dan pastinya harus sekuat tenaga mencari bagaimana caranya semua desainer game di tempat saya bahagia selalu. Hahaha. Singkat cerita, apa pun yang terjadi di departemen desainer game, saya yang pertama kali dikejar. :p Menurut kamu hal paling penting apa yang harus ada dalam sebuah game?Beberapa hal yang menurut saya paling penting di dalam sebuah game antara lain adalah: Goal (tujuan)Goal dari sebuah game itu harus jelas. Player harus tahu apa yang mau mereka capai sebagai goal mereka. Rules (aturan) |
| [Kenal Komunitas] PES-ID – Belum Fan Sejati Bila Tak Bergabung di Sini Posted: 20 Sep 2015 07:21 AM PDT Siapa yang tidak kenal dengan game sepak bola yang satu ini? Pro Evolution Soccer (PES) atau yang dulu dikenal dengan nama Winning Eleven adalah sebuah game legendaris di akhir tahun 90-an dan awal 2000-an. Bisa dibilang melalui inilah game sepak bola mulai merajalela di Indonesia dan muncul di berbagai rental PlayStation. Seiring berjalannya waktu dan teknologi gaming yang semakin maju, maka game simulasi sepak bola pun juga semakin berevolusi. PES tetap menjadi salah satu seri teratas dalam persaingan game sepak bola, dengan pasang dan surut dalam kualitas. Dengan begitu banyak orang yang mengenal dan masih setia terhadap seri buatan Konami ini, tak pelak lagi sebuah komunitas akan terbentuk. Di Indonesia sendiri komunitas itu hadir dalam wadah PES-ID. Bagaimana sejarah PES-ID dan kegiatan mereka? Mari simak hasil wawancara saya dengan pendirinya di sini! Kecintaan Terhadap Game Bertemu Media Sosial
Berawal dari media sosial Twitter, PES-ID terbentuk dan membangun komunitasnya. Tujuannya adalah untuk menjadi wadah bagi para pemain PES di media sosial. PES-ID memang adalah sebuah komunitas yang berbasis online, di mana pada normalnya mereka berdiskusi di dunia maya, tidak secara langsung. Esa Dicky, pendiri dari PES-ID, berbagi ceritanya tentang awal mula komunitas tersebut, “PES-ID ini merupakan sekumpulan orang-orang yang hobi bermain game Pro Evolution Soccer. Kita tidak hanya memandang PES dari sudut pandang ‘gaming', tetapi juga ke arah passion kami yaitu sepak bola.” “Pada awalnya, PES-ID mulai terbentuk melalui media sosial Twitter pada pertengahan tahun 2012. Kala itu masih PES 2012, dan antusiasme penggemar sepak bola terhadap simulasi game sepak bola sangat luar biasa, mulai dari anak-anak, remaja, hingga orang dewasa. Di jam-jam senggang, rental PS pasti penuh dengan gemuruh suara Jon Champion & Jim Beglin. Selain itu, pada tahun tersebut Twitter memang sedang tren,” lanjut Esa. “Melihat antusiasme yang tinggi itu, tiba-tiba muncullah ide untuk membuat suatu akun Twitter di mana para pemain PES bisa saling berdiskusi dan berbagi informasi kapan pun dan di mana pun, maka lahirlah PES-ID. Tujuannya jelas, menjadi wadah bagi para pemain PES di media sosial. Karena dengan media sosial mereka bisa mengaksesnya secara mobile, kapan saja dan di mana saja,” jelasnya. Ditanya mengapa mereka lebih memilih Pro Evolution Soccer dibandingkan game lainnya seperti FIFA, Esa mengatakan loyalitas adalah alasan utama. “Untuk yang satu ini, saya juga tidak bisa menjawab secara pasti. Jika dibandingkan dengan game sebelah, mereka juga merilis game sepak bola yang sama bagusnya. Akan tetapi salah satu alasan kuat yang membuat kami memilih PES adalah soal loyalitas. Kita semua tahu era baru gaming sepak bola di Indonesia dipelopori oleh Konami dengan Winning Eleven-nya, dan kesetiaan tersebut sepertinya terus berlanjut hingga saat ini,” ujarnya. Pernah bermain Winning Eleven di masa kecilmu? Review yang satu ini pasti akan mengundang nostalgia. Ya, saya pun tidak bisa memungkiri sebagai game yang menemani saya sejak kecil, PES memiliki nilai sentimental sendiri dibandingkan game lain. Berkompetisi dan Berdiskusi Secara Online
Sebagai sebuah komunitas online, PES-ID memiliki kegiatan yang berbasis di dunia maya. Komunitas ini aktif berdiskusi soal modding, patching, dan membuat beberapa acara online (seperti #showyourskill; yaitu lomba screenshot PES, turnamen, dan lain-lain). “Para anggota di grup diskusi Facebook biasanya membagikan impresi mereka terhadap patch baru misalnya, atau pengaturan grafis, hardware, apapun yang bisa membuat mereka semakin nyaman dengan PES. Kita dari pihak PES-ID sendiri juga selalu membagikan informasi terakhir soal perkembangan game dari Konami, seperti fitur baru, engine, info turnamen resmi, dan informasi lain seperti yang saat ini sedang kita lakukan untuk PES 2016,” ungkap Esa. “Tidak hanya itu, kita juga turut andil dalam berbagai umpan balik serta wishlist yang tentu saja sangat dibutuhkan developer untuk perkembangan game ke depan. Jadi, kita tidak sekadar bermain saja,” demikian tambahan Esa yang membuktikan bahwa komunitas ini diakui oleh developernya, Konami. “Beberapa bulan lalu, PES-ID diajak bekerja sama dengan salah satu partner dalam menggelar PES League di Indonesia (turnamen resmi di bawah naungan Konami). Salah satu pemain dari Indonesia, Mardira, berhasil mencapai babak Asia-National Final,” jelas Esa. Esa melanjutkan,”Sayangnya, ia harus gugur padahal selangkah lagi ia bisa mewakili Indonesia di PES World Finals di Berlin. Akan tetapi dengan ikut sertanya Indonesia di PES League juga sudah merupakan suatu kebanggaan bagi kita karena tahun-tahun sebelumnya Indonesia tidak pernah diikutsertakan.” Dari sekian banyak kegiatan PES-ID, yang paling berkesan menurut Esa adalah ketika sedang berdiskusi tentang PES edisi terbaru (contohnya tentu saja PES 2016). “Sebagai salah satu admin, saya merasakan kebersamaan yang begitu kuat antar pemain. Antusiasme, hype, komentar-komentar gokil, dan semua perdebatannya merupakan sebuah pencapaian yang tentu saja sangat berkesan bagi seorang administrator. Meskipun kita berbasis online, akan tetapi loyalitas itu tetap terasa dengan terus meningkatnya member request serta follower di media sosial,” ujarnya. “Terlepas dari suka, pasti ada duka yang menyertai. Tidak jarang kericuhan dan perdebatan tak terelakkan akibat salah paham dan perbedaan pendapat. Ketika kita salah sedikit saja dalam menyampaikan informasi, selalu ada respons negatif yang terkadang membuat kita merasa ‘down‘. Tetapi hal tersebut merupakan warna dan bagian dari perjalanan panjang PES-ID sampai saat ini,” tutup Esa mengenai sepak terjangnya di PES-ID. Harapan untuk PES 2016 dan Industri Game Indonesia
Untuk PES 2016 yang baru saja rilis ini, Esa pun memiliki harapan besar, “Sebagai fan PES yang sudah bertahun-tahun memainkan seri ini, harapan saya semoga Konami bisa menjadikan PES 2016 sebuah game sepak bola yang bukan cuma soal menendang bola dan mencetak gol, tetapi juga menjadikan PES 2016 sebuah game yang bisa kita nikmati. We want to enjoy the game. Semoga PES 2016 bisa menjadi penerus yang lebih mantap dari PES 2015 dan menjadi teman dalam mengarungi musim baru 2015/2016.” Akhirnya, saya pun menanyakan bagaimana pendapat sang pendiri PES-ID ini tentang industri game Indonesia secara keseluruhan. Menurutnya, saat ini industri game di Indonesia sudah mulai menapaki level yang lebih jauh. Para developer tidak menjadikan game yang mereka buat sebagai sekadar game yang bisa dimainkan, akan tetapi juga dinikmati oleh berbagai kalangan. “Kalau (dari) apa yang saya lihat, Indonesia kini lebih aktif dalam mengembangkan game berbasis mobile. Sebut saja Touchten lah, yang berbagai game miliknya merupakan hasil gandengan dari beberapa partner, baik lokal maupun internasional,” tuturnya. “Hal ini tentu saja merupakan prestasi membanggakan untuk Indonesia di mata dunia. Intinya ya be creative, negara kita punya banyak programmer dan desainer handal, saatnya berkarya sesuai passion yang kita pilih,” ucapnya menutupi wawancara Kenal Komunitas kali ini. Jangan bilang kamu fan PES jika kamu belum tahu tujuh fakta tentang PES 2016 berikut ini! Jadi, bagi kamu para penggemar Pro Evolution Soccer di luar sana yang masih belum bergabung, langsung saja ikuti tautan yang ada di bawah ini. Informasi terkini dan diskusi hangat mengenai PES akan menanti kamu di sana! Situs Resmi: PES-ID Facebook Group: PES-ID Twitter: @PES_ID Sumber Gambar: PES-ID The post [Kenal Komunitas] PES-ID – Belum Fan Sejati Bila Tak Bergabung di Sini appeared first on Tech in Asia Indonesia. |
| Apa yang Baru di Konferensi Tech in Asia Jakarta 2015? 6 Stage Keren yang Bisa Kamu Kunjungi! Posted: 20 Sep 2015 01:54 AM PDT Konferensi Tech in Asia Jakarta 2015 (sebelumnya dikenal dengan nama Startup Asia Jakarta) selalu menghadirkan hal baru setiap tahunnya. Tapi, di tahun 2015 ini, kami menghadirkan sesuatu yang spesial! Jika di tahun-tahun sebelumnya Tech in Asia Jakarta menghadirkan dua stage yang diisi dengan pembicara-pembicara berpengalaman di dunia teknologi dan startup, kali ini kami ingin memberikan lebih banyak lagi variasi konten bagi para pengunjung Tech in Asia Jakarta 2015. 6 stage dengan berbagai kategori akan dihadirkan dalam gelaran ini! Lalu stage apa saja yang yang akan hadir di Tech in Asia Jakarta 2015? Yuk kita lihat! Main Stage FinTech Stage Mobile Stage Marketing Stage Students Stage Developer Stage Tidak cuma menghadirkan 6 stage saja, Tech in Asia Jakarta 2015 juga akan hadir dengan konsep baru yang lebih menarik! Penasaran? Kamu harus datang dan menjadi bagian dari serunya konferensi Tech in Asia Jakarta 2015 yang akan digelar pada tanggal 11 dan 12 November nanti di Balai Kartini! Dapatkan tiket kamu di tautan berikut: See you in Tech in Asia Jakarta 2015! (Diedit oleh Pradipta Nugrahanto) The post Apa yang Baru di Konferensi Tech in Asia Jakarta 2015? 6 Stage Keren yang Bisa Kamu Kunjungi! appeared first on Tech in Asia Indonesia. |
| Startup dengan Ide Menarik Minggu ini – 20 September 2015 Posted: 19 Sep 2015 10:15 PM PDT Jejaring sosial bisa dibilang merupakan platform internet yang paling populer. Meski hegemoni Facebook atau Twitter seperti tak terkalahkan, banyak jejaring sosial lain yang terus bermunculan berebut "kue". Banyak di antara mereka menargetkan pengguna yang lebih spesifik atau memberikan insentif lebih bagi pengguna, seperti yang dilakukan Woofyz dan Gaption. Dua jejaring sosial tersebut merupakan startup dengan ide menarik yang kami temukan minggu ini. Penasaran dengan ide startup lainnya? Simak daftar berikut. GaptionIde: Jejaring sosial yang "membayar" penggunanya. Pada umumnya, media sosial memperlakukan penggunanya sebagai target iklan. Banyak iklan yang ditampilkan di media sosial tanpa memberi kompensasi apapun kepada pengguna. Gaption ingin mengubah hal tersebut. Startup asal Malaysia ini memungkinkan penggunanya menghasilkan uang dari konten yang mereka tampilkan di jejaring sosial tersebut. Gaption menggunakan teknologi khusus yang bisa melacak konten pengguna yang berkontribusi pada klik iklan. CamplessIde: Situs panduan jual beli sneaker online. Campless menampilkan data lengkap dari sebuah produk sneaker, mulai dari profil produk, nilai beli & jual, dan sebagainya. Startup ini sendiri mengambil data dari situs lelang eBay. Pengguna yang tertarik juga bisa langsung membeli sneaker yang mereka inginkan melalui situs ini, yang nanti akan diarahkan ke situs eBay. WoofyzIde: Jejaring sosial dan marketplace untuk anjing. Pengguna juga bisa membeli berbagai kebutuhan untuk anjingnya, seperti makanan dan aksesori, melalui aplikasi ini. Woofyz juga memungkinkan penggunanya terhubung dengan dokter hewan untuk mengkonsultasikan kesehatan si anjing. ServyIde: Aplikasi yang memungkinkan pengguna mendapat diskon makanan dengan memberi feedback. The post Startup dengan Ide Menarik Minggu ini – 20 September 2015 appeared first on Tech in Asia Indonesia. |
| [Hands-On] Mirrors Crossing – Action RPG Seru untuk Asia Timur Posted: 19 Sep 2015 08:38 PM PDT Perkenalan saya dengan Mirrors Crossing tidak lepas dari campur tangan seorang SPG yang dengan suara manisnya (dan juga kecantikannya … ehem) mengajak saya mampir ke booth milik Magnolia Factory, developer yang sama sekali asing di telinga saya. Namun, ternyata hal itu pula yang membawa saya menemukan salah satu permata di Tokyo Game Show 2015. Mirrors Crossing merupakan game hibrida yang menggabungkan unsur role-playing, action, serta strategi ke dalam satu gameplay. Saya diajak mengendalikan tiga karakter menyusuri dungeon sambil mengalahkan seluruh musuh yang menghadang selama beberapa menit memainkannya. Mekanisme action di Mirrors Crossing terasa sangat pas dimainkan di perangkat mobile. Saya diminta untuk menentukan posisi para hero di bidang tile berukuran 3×3 secara terus-menerus. Posisi ini akan menentukan hero mana yang akan terhindar dari serangan musuh dan hero mana yang harus menerima damage.
Tempo permainan berjalan cepat dan dinamis. Berbagai tipe monster dan serangan datang silih berganti dengan jeda yang singkat membuat saya harus mengambil keputusan cepat. Hal ini membuat keputusan yang saya ambil terkadang bukan merupakan keputusan terbaik untuk menyelamatkan hero. Tidak ketinggalan aksi hero melawan karakter bos yang berlangsung seru. Natur bos yang jauh lebih kuat dibandingkan musuh biasa membuat saya harus menyesuaikan setiap serangan dan mengeluarkan seluruh kemampuan yang dimiliki hero. Benar-benar seru! Dari segi visual, Mirrors Crossing sama sekali tidak mengecawakan saya. Game dikemas dengan grafis bergaya anime yang indah dalam animasi yang terlihat halus. Animasi ini tidak terbatas pada karakter hero saja, tapi termasuk juga monster-monster musuh serta latar belakang.
Saya juga tidak mengalami kendala dengan skema pengendalian game. Cukup dengan swipe dan tap simpel, saya bisa menikmati pertarungan dan petualangan di Mirrors Crossing. Sebenarnya banyak hal yang bisa dieksplorasi di sini, mulai dari peningkatan kemampuan hero, pemilahan item, dan masih banyak lagi. Namun, karena keterbatasan kemampuan berbahasa Jepang saya, maka yang saya mengerti hanyalah gameplay inti ketika sisi action menjadi hal yang utama. Rencananya Mirrors Crossing akan dirilis secara resmi di Jepang tahun 2016 mendatang. Sayangnya Magnolia Factory saat ini baru berencana melakukan lokalisasi ke bahasa Mandarin dan Korea saja. The post [Hands-On] Mirrors Crossing – Action RPG Seru untuk Asia Timur appeared first on Tech in Asia Indonesia. |
| [Hands-On] Renegade Death – Platformer Bullet-Hell dari Enthrean Guadrian yang Cukup Menjanjikan Posted: 19 Sep 2015 08:31 PM PDT Pada kunjungan saya di booth Indonesia Game Studios, saya berkesempatan mencoba salah satu game PC karya developer lokal Enthrean Guardian berjudul Renegade Death. Ini adalah pertama kali saya memainkan Renegade Death, dan harus saya akui kalau saya cukup terkesan dengan game platformer yang satu ini. Renegade Death memiliki karakter utama seorang gadis berambut perak bernama Leina. Saya tertipu oleh tampilannya yang imut dan lucu, karena ternyata ia memiliki kemampuan yang cukup maut dengan senjata sabit yang ia pegang. Walau aksi platformer di sini terbilang cukup standar, namun saya sangat menyukai tampilan latar yang kaya dan sangat terpoles, serta animasi sprite dari Leina yang terlihat mulus. Latar yang menampilkan hutan dengan pepohonan rindang tampak menyatu dengan aksi yang terdapat di bagian depan permainan.
Leina juga memiliki segudang kemampuan untuk menghajar musuh-musuhnya. Ia dapat melakukan serangan kombinasi yang menghasilkan damage berlipat kepada musuh-musuh yang malang. Ia juga cekatan melompat hingga terbang untuk bernavigasi di dunia Renegade Death yang dipenuhi monster. Walau Enthrean Guardian telah membuat proyek Renegade Death sejak tahun 2014 lalu, hingga saat ini game tersebut belum juga kunjung dirilis. Namun, setidaknya versi yang ditampilkan di Tokyo Game Show terlihat sangat menjanjikan. Saya pasti akan memainkannya lagi saat Enthrean Guardian merilis game ini kelak The post [Hands-On] Renegade Death – Platformer Bullet-Hell dari Enthrean Guadrian yang Cukup Menjanjikan appeared first on Tech in Asia Indonesia. |
| [Hands-On] Qubot – Karambol dengan Robot Posted: 19 Sep 2015 08:21 PM PDT Clash of Clans bukanlah game pertama yang menggunakan mekanisme base building, Candy Crush Saga tidak menciptakan genre puzzle match-3. Mereka hanya berhasil menyajikan genre lama dengan formula baru yang mampu merebut hati para penggemar game saat ini. Hal ini juga yang coba dilakukan oleh Qubit Games, sekelompok developer dari Taiwan, dengan game berjudul Qubot. Mereka merancang sebuah game yang mengingatkan saya dengan permainan tradisional biliar atau karambol, namun menggunakan robot. Saya diajak mengendalikan beberapa robot secara bersamaan untuk mengalahkan para musuh. Robot-robot ini bisa meluncur dan memantul layaknya biji karambol setelah saya menarik ke belakang dari arah yang dimaksud.
Tidak hanya sekadar meluncur, setiap robot yang saya kendalikan bisa berubah wujud dan memiliki karakteristik unik. Hal ini semakin membuat gameplay Qubot semakin menantang dan bervariasi. Grafis voxel yang digunakan di sini terbilang cukup menarik. Setiap karakter robot, musuh, hingga latar ditampilkan dalam grafis poligon sederhana ala Minecraft. Namun, hal itu sama sekali tidak mengurangi nilai estetika dari Qubot. Tentunya game ini masih memiliki segudang fitur lain yang tidak sempat saya coba. Sayangnya, entah kapan saya bisa menikmati game ini secara keseluruhan karena Qubit Games baru berencana untuk melakukan perilisan Qubot di pasar Asia Timur saja. The post [Hands-On] Qubot – Karambol dengan Robot appeared first on Tech in Asia Indonesia. |
| [Hands-On] Last City Dome Defense Force – Game Berkualitas Console yang Masih Perlu Dioptimisasi Posted: 19 Sep 2015 08:16 PM PDT Berkeliling di area smartphone pada gelaran Tokyo Game Show 2015 sering kali membawa saya ke kejutan menyenangkan. Salah satunya adalah ketika melihat sebuah game yang memiliki kualitas grafis setara dengan console, tapi dipamerkan di antara booth developer game mobile. Game yang berjudul Last City Dome Defense Force dan mengusung genre action ini bercerita tentang sekelompok penjaga kota futuristis yang berjuang melawan invasi alien. Para jagoan tersebut memiliki kemampuan untuk meluncur pada sebuah alat yang menyerupai sepatu roda serta menggunakan berbagai jurus untuk menghajar alien. Walau memiliki grafis yang tajam dan detail, sayangnya performa dari prototipe Last City Dome Defense Force yang saya mainkan masih mengalami banyak kendala, terutama dari sisi stabilitas frame rate. Sering kali frame rate game menurun di saat sedang terjadi aksi baku hantam yang intens. Selain itu, skema pengendalian game juga kurang user-friendly serta cukup membingungkan di awal-awal permainan. Perwakilan Gameforce tidak menjanjikan akan merilis Last City Dome Defense Force di tahun ini. Mengingat yang mereka bawa masih merupakan prototipe, bisa saja semua kendala yang saya rasakan di sini dapat diperbaiki pada versi penuhnya nanti. The post [Hands-On] Last City Dome Defense Force – Game Berkualitas Console yang Masih Perlu Dioptimisasi appeared first on Tech in Asia Indonesia. |
| You are subscribed to email updates from Tech in Asia Indonesia. To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
| Google Inc., 1600 Amphitheatre Parkway, Mountain View, CA 94043, United States | |






















No comments:
Post a Comment