Ads

Sunday, September 20, 2015

Game Di Indonesia

Game Di Indonesia


[Designertalk] Wawancara dengan Studio Lead Game Designer Gameloft Indonesia, Oscar Paskaruniawan

Posted: 20 Sep 2015 07:47 AM PDT

Setelah dua minggu lalu kita semua memperoleh berbagai macam ilmu tentang desain game dari Fandry Indrayadi yang merupakan pengarah kreatif di MINTSPHERE, maka minggu ini kita kedatangan tamu baru yang hendak berbagi ilmu tentang desain game.

Orang yang bersedia untuk meluangkan waktu demi berbagi pengetahuannya adalah Oscar Paskaruniawan. Oscar berprofesi sebagai studio lead game designer alias pemimpin dari seluruh desainer game yang bekerja di Gameloft Indonesia. Kira-kira apa saja hal yang bisa Oscar ceritakan pada kita? Tanpa basa-basi lagi langsung saja kita masuk ke obrolan saya dengan Oscar.


Halo, bisa perkenalkan siapa kamu ke pembaca?

Oscar Paskaruniawan | Photo

Hola, nama saya Oscar Paskaruniawan, sekarang saya adalah studio lead game designer untuk Gameloft Studio 2 (JO2) Yogyakarta. Hobi saya main Dota sampai bodoh, install dan uninstall game di Play Store, cari-cari giveaway game, cari diskon di Steam, dan mengobrol sama banyak orang … hahaha. Kalau yang hobi musiman sekarang lagi senang belajar bikin low poly scene dengan Blender.

Bisa cerita bagaimana kamu bisa memiliki profesimu yang sekarang ini?

Sebenarnya dulu saya ingin jadi programmer game, tapi karena kurang banyak riset, saya masuk ke Teknik Informatika yang di kampus saya itu tidak ada penjurusan ke arah video game sama sekali ataupun multimedia. Kebanyakan diarahkan menjadi system analyst untuk aplikasi bisnis besar seperti bank, medis, dan sebagainya.

Ditambah lagi saya malas sekali otodidak sendiri saat itu dan gaung developer game lokal juga tidak sekuat sekarang (atau mungkin sayanya saja yang kurang gaul … hahaha). Alhasil, saya sempat sebentar melupakan mimpi saya untuk masuk ke dunia game.

Oscar Paskaruniawan | Photo

Contoh hasil hobi berkarya low-poly

Di tahun 2006, saya sempat membuat startup software house dengan teman, dan sudah punya satu produk tentang digital signage. Tapi ternyata, membuat startup itu tidak semudah yang saya bayangkan. Banyak hal yang baru saya ketahui setelah di lapangan. Dari situ saya sadar keinginan mempunyai produk sendiri tidak sama dengan keinginan mempunyai startup itu sendiri.

Setelah itu, sekitar tahun 2009 saya sempat terlunta-lunta di Yogyakarta karena saya sok idealis tidak mau keluar dari Yogyakarta. Hal ini semakin diperparah dengan fakta bahwa kebanyakan lowongan kerja sebagai programmer lebih banyak di Jakarta.

Jadi, apapun kerjaannya selama menghasilkan dan tidak harus bikin saya keluar dari Yogyakarta, pasti saya lakoni. Mulai dari happening art, team leader SPG, sampai jadi sales bank pun sudah pernah saya lakoni. Hahaha.

Oscar Paskaruniawan | Batman Control Scheme

Klik gambar untuk memperbesar

Sekitar tahun 2010, Gameloft masuk ke Indonesia. Saya pikir ini salah satu jalan untuk saya kembali mengejar impian saya masuk ke industri game. Pertama saya melamar jadi programmer … dan seperti yang sudah diduga, saya gagal. Hahaha.

Dengan hanya modal pengalaman saya menjadi system analyst dan sedikit analisa yang saya ingat saat bermain banyak game, akhirnya saya nekat melamar kembali tapi sebagai desainer game. Setelah melalui tes yang cukup lama (dulu tesnya desainer game di Gameloft berlangsung selama tujuh hari), akhirnya saya diterima dan bisa masuk ke dunia game.

Dari situlah perjalanan saya sebagai desainer game dimulai.

Game apa aja yang pernah (atau sedang) kamu kerjakan?

Oscar Paskaruniawan | AC3 Level Design

Klik gambar untuk memperbesar

Kalau di Gameloft:

  • 2011: Diamond Twister 2, Wordcrafter, Where's Waldo Now?
  • 2012: Wonder Zoo, Batman Dark Knight Rises, Assassin's Creed III
  • 2013: Gangstar City, Dragon Mania
  • 2014 – sekarang : Banyak, tapi saya lebih ke manajemen proyek dan berbagai hal yang meliputinya.

Kalau di luar Gameloft:

Sekarang saya sedang meneruskan GoGaple untuk Facebook dan Android. Bisa dibilang masih tahap beta. Lumayan buat tambah-tambah uang beli game di Steam. Hahaha. Untuk versi Facebook sendiri sudah bisa dimainkan tapi masih tahap pengembangan dan butuh banyak caci maki (baca: feedback). Selain itu ada beberapa game yang bisa dibilang lagi stuck, frozen, abandoned, dan lain sebagainya.

Apa saja yang kamu kerjakan sebagai lead game designer di tempatmu?

Sehari-harinya saya melayani teman-teman desainer game dalam menyelesaikan semua proyek yang sedang digarap oleh JO2 studio (studio kedua Gameloft di Yogyakarta). Bantuan yang saya berikan lebih ke arah supervisi dan mengkoordinir workflow antara desainer game dengan desainer game yang lainnya ataupun dengan departemen lain.

Terkadang saya juga yang memvalidasi semua hal yang berhubungan dengan desain game sebelum semua materi dikirim ke headquarter (HQ) kami di Perancis.

Oscar Paskaruniawan | Low Poly

Kantor Gameloft Indonesia dalam wujud low-poly buatan Oscar

Karena perubahan dan kecepatan kerja yang sangat cepat di Gameloft, saya juga harus membantu teman-teman desainer game dalam persiapan menghadapi perubahan tersebut. Misalnya ketika kami beranjak dari porting Java ke Creation, atau dari Java ke Android. Tentunya ada banyak perubahan-perubahan yang harus dipersiapkan, mulai dari tool untuk bekerja, alur kerja, dan lain-lain. Biasanya, saya selalu dibantu pelatih desainer game untuk hal ini.

Selain itu saya bertanggung jawab dengan alokasi anggota untuk semua proyek yang ada di Gameloft. Dan pastinya harus sekuat tenaga mencari bagaimana caranya semua desainer game di tempat saya bahagia selalu. Hahaha.

Singkat cerita, apa pun yang terjadi di departemen desainer game, saya yang pertama kali dikejar. :p

Menurut kamu hal paling penting apa yang harus ada dalam sebuah game?

Beberapa hal yang menurut saya paling penting di dalam sebuah game antara lain adalah:

Goal (tujuan)

Goal dari sebuah game itu harus jelas. Player harus tahu apa yang mau mereka capai sebagai goal mereka.

Rules (aturan)

Semua aturan atau mekanisme dari setiap hal yang ada di dalam sebuah game harus jelas. Contohnya, bagaimana player memainkan game? Bagaimana untuk menang? Bagaimana kalahnya? Bagaimana menyerang? Bagaimana bertahan? Dan lain sebagainya.

Advancement atau Challenge (tantangan)

Oscar Paskaruniawan | Wonder Zoo Quest

Daftar misi dalam game Wonder Zoo

Game harus bisa memberikan tempat atau cara untuk player berkembang secara lebih lanjut. Contohnya seperti Training Mission, kemudian melawan AI, kemudian melawan player lain di multiplayer, dan masih banyak lagi contoh lainnya.

Menurut kamu hal apa sih yang paling penting dalam mendesain sebuah game?

Checklist awal yang nantinya akan menjadi dasar saat mengambil keputusan tentang desain game tersebut.

Goal

Interaksi semacam apa yang kita harapkan dari pemain? Pesan atau cerita apa yang mau kita sampaikan kepada pemain? Perasaan apa yang kita harapkan dari pemain?

Target Audience

Siapa yang akan memainkan game kita? Hal ini bisa dibagi dari usia, gender, region, ataupun tipe gamer.

Kapan pemain akan memainkan game kita? Selagi menunggu, selagi banyak waktu senggang, atau mereka perlu meluangkan waktu untuk bermain?

Di mana dan bagaimana pemain akan bermain? Apakah mobile, console, atau tabletop? Single atau multiplayer?

Semakin luas target audience, berarti semakin tinggi juga kemungkinan untuk mendapatkan profit. Akan tetapi, perlu diingat saat kita menentukan audience yang lebih luas, berarti kita harus bisa membuat sesuatu yang bisa diterima oleh orang banyak.

Loop Gameplay

Berhubungan dengan goal yang sudah kita bahas di atas. Kita harus bisa mendesain sebuah loop yang dapat digunakan oleh pemain sebagai tool untuk mencapai tujuan mereka. Contoh sederhana dari sebuah game tower defense:

Oscar Paskaruniawan | Loop Diagram

Platform

Dengan menentukan platform apa yang akan kita jadikan target, kita akan mudah menentukan skema kontrol, limitasi, bagaimana pemain akan berinteraksi, dan sebagainya.

Kenapa penting dan berhubungan dengan desain game? Karena setiap pemain dari masing-masing platform mempunyai behavior yang berbeda-beda. Ha itu akan menentukan keputusan desain seperti apa yang mau kita buat.

Oscar Paskaruniawan | Candy Crush

Contohnya seperti peletakan in-game ads (iklan) pada gambar di samping. Posisi in-game ads di kotak merah tersebut tidak akan efektif dan maksimal untuk pemain yang menggunakan iPhone. Kenapa? Karena tombol untuk menutup aplikasi di iPhone itu letaknya di tengah dan ads akan lebih banyak dilewatkan dibanding Android yang mempunyai letak tombol menutup di kanan bawah.

Dan tentunya kita juga tidak mau dapat rating jelek di App Store akibat banyak user yang mengalami crash hanya karena saat game dibuat developer menggunakan perangkat yang di atas rata-rata kemampuannya. Hal ini bisa membuat developer lupa akan adanya limitasi dan ternyata kebanyakan yang mencoba game mereka hanya menggunakan perangkat menengah ke bawah.

Punya tip dan trik desain game khusus yang jadi favorit kamu atau jadi senjata andalan?

Motivation

Pertama adalah motivasi. Sebenarnya ini lebih ke ilmu psikologi, tapi sangat bisa diterapkan dalam mendesain sebuah game.  Konsepnya di sini adalah manusia tidak akan pernah termotivasi untuk mencapai level yang lebih tinggi kalau semua kebutuhan dasarnya belum terpenuhi.

Oscar Paskaruniawan | Motivation

Contohnya kalau manusia masih kelaparan, dia tidak akan terlalu perduli tentang kestabilan atau keamanan hidupnya, yang penting bisa makan. Atau kalo mereka belum merasa stabil kehidupannya, mereka akan takut untuk berfikir menjalin rumah tangga, dan masih banyak contoh lainnya.

Jika kita mengaplikasikannya ke dalam game, kita ambil contoh saja di game real-time strategy. Jika pemain belum bisa memenuhi kebutuhan dasar seperti koin, kayu, besi, dan lain-lain, mereka tidak akan tertarik membuat sebuah tower untuk bertahan.

Tetapi, saat mereka sudah punya cukup materi, pemain akan berpikiran untuk membuat sebuah tower untuk keamanan markas mereka. Begitu seterusnya sampai mereka dapat memenuhi semua kebutuhan di masing-masing level dan akhirnya mereka butuh self-actualization seperti mencapai peringkat atas di leaderboard, turnamen, dan sebagainya.

Fail Faster

Sama seperti yang dibilang Fandry di edisi Designertalk sebelumnya dan juga diterangkan di salah satu episode Extra Credit yang bisa kamu tonton di atas.

Tidak ada game yang bagus saat pertama kali dibuat, dan tanpa mengetahui semua kekurangan dari game yang akan kita buat dan bisa menerima kenyataan buruk tersebut, kita tidak akan pernah bisa mengeluarkan hasil yang maksimal. Lagi pula gagal di awal lebih baik daripada gagal di akhir, karena akan berpengaruh besar dengan biaya produksi dan waktu.

Ada desainer game (atau tokoh di industri game) favorit?

Saya biasanya lebih suka ke desain dari game itu sendiri tanpa peduli ke si pembuatnya, hahaha. Soalnya saya cukup takut kalau mengidolakan seseorang, nantinya semua referensi saya malah mengacu ke idola saya tadi, dan saya takut jadi terkotak-kotak karena hal tersebut. Tapi kalau nama-nama yang benar-benar membuat saya terkesan antara lain adalah:

  • IceFrog (Dota)
  • Hironobu Sakaguchi (Final Fantasy, Chrono Trigger, Terra Battle)
  • Goichi Suda alias Suda51 (Killer is Dead, No More Heroes, Killer7)

Punya saran untuk teman-teman di luar sana yang ingin menggeluti industri game, terutama sebagai desainer?

Tidak ada pengetahuan yang tidak berguna dan tidak ada seorang pun yang tak berguna untuk diajak berbicara.

Sebagai desainer game kita harus mempunyai pengetahuan yang luas. Itu kenapa saya suka mengobrol dengan banyak orang, karena seringnya dari obrolan yang ringan saya dapat banyak ide atau pengetahuan yang terkadang bisa diaplikasikan ke dalam game.

Oscar Paskaruniawan | Low Poly Batman

Karya Oscar lainnya

Sebagai contoh misalnya, kalau kita terlalu memilih untuk tidak belajar tentang sejarah Perang Salib misalnya. Kita tidak akan pernah bisa membuat sebuah game tentang Perang Salib itu sendiri. Atau kalau kita tidak suka berbicara dengan mahasiswa yang suka demo, mungkin suatu hari kalau kita ingin membuat sebuah game tentang demo (seperti Riot Games), maka kita akan kesulitan untuk membuatnya.

You don’t need anyone permission to make games. You don’t have to wait for “an assignment” to learn something. Go learn something now.

Dan yang terakhir, mulailah bermain game sebagai desainer. Tidak hanya bermain game sebagai gamer yang mungkin lebih cenderung berpikir bagaimana menyelesaikan sebuah game, tapi mulailah melatih menganalisa sebuah game. “Kenapa saya merasa senang memainkan game ini?”, “kenapa saya tidak suka?”, “kenapa saya mau mengeluarkan uang untuk game ini”, dan lain sebagainya.


Demikian obrolan saya dengan Oscar dari Gameloft. Semoga saja apa yang ada di atas bisa membantu kamu semua yang berprofesi sebagai developer game atau bisa memotivasi kamu yang ingin menjadi seorang desainer game. Minggu depan saya akan kembali lagi dengan segmen Artistalk, dan baru dua minggu lagi saya membahas tentang desain game dengan orang yang berbeda. Sampai jumpa.

The post [Designertalk] Wawancara dengan Studio Lead Game Designer Gameloft Indonesia, Oscar Paskaruniawan appeared first on Tech in Asia Indonesia.

[Kenal Komunitas] PES-ID – Belum Fan Sejati Bila Tak Bergabung di Sini

Posted: 20 Sep 2015 07:21 AM PDT

Siapa yang tidak kenal dengan game sepak bola yang satu ini? Pro Evolution Soccer (PES) atau yang dulu dikenal dengan nama Winning Eleven adalah sebuah game legendaris di akhir tahun 90-an dan awal 2000-an. Bisa dibilang melalui inilah game sepak bola mulai merajalela di Indonesia dan muncul di berbagai rental PlayStation.

Seiring berjalannya waktu dan teknologi gaming yang semakin maju, maka game simulasi sepak bola pun juga semakin berevolusi. PES tetap menjadi salah satu seri teratas dalam persaingan game sepak bola, dengan pasang dan surut dalam kualitas.

Dengan begitu banyak orang yang mengenal dan masih setia terhadap seri buatan Konami ini, tak pelak lagi sebuah komunitas akan terbentuk. Di Indonesia sendiri komunitas itu hadir dalam wadah PES-ID. Bagaimana sejarah PES-ID dan kegiatan mereka? Mari simak hasil wawancara saya dengan pendirinya di sini!

Kecintaan Terhadap Game Bertemu Media Sosial

PES-ID | Screenshot 1

Berawal dari media sosial Twitter, PES-ID terbentuk dan membangun komunitasnya. Tujuannya adalah untuk menjadi wadah bagi para pemain PES di media sosial. PES-ID memang adalah sebuah komunitas yang berbasis online, di mana pada normalnya mereka berdiskusi di dunia maya, tidak secara langsung.

Esa Dicky, pendiri dari PES-ID, berbagi ceritanya tentang awal mula komunitas tersebut, “PES-ID ini merupakan sekumpulan orang-orang yang hobi bermain game Pro Evolution Soccer. Kita tidak hanya memandang PES dari sudut pandang ‘gaming', tetapi juga ke arah passion kami yaitu sepak bola.”

“Pada awalnya, PES-ID mulai terbentuk melalui media sosial Twitter pada pertengahan tahun 2012. Kala itu masih PES 2012, dan antusiasme penggemar sepak bola terhadap simulasi game sepak bola sangat luar biasa, mulai dari anak-anak, remaja, hingga orang dewasa. Di jam-jam senggang, rental PS pasti penuh dengan gemuruh suara Jon Champion & Jim Beglin. Selain itu, pada tahun tersebut Twitter memang sedang tren,” lanjut Esa.

“Melihat antusiasme yang tinggi itu, tiba-tiba muncullah ide untuk membuat suatu akun Twitter di mana para pemain PES bisa saling berdiskusi dan berbagi informasi kapan pun dan di mana pun, maka lahirlah PES-ID. Tujuannya jelas, menjadi wadah bagi para pemain PES di media sosial. Karena dengan media sosial mereka bisa mengaksesnya secara mobile, kapan saja dan di mana saja,” jelasnya.

Ditanya mengapa mereka lebih memilih Pro Evolution Soccer dibandingkan game lainnya seperti FIFA, Esa mengatakan loyalitas adalah alasan utama.

“Untuk yang satu ini, saya juga tidak bisa menjawab secara pasti. Jika dibandingkan dengan game sebelah, mereka juga merilis game sepak bola yang sama bagusnya. Akan tetapi salah satu alasan kuat yang membuat kami memilih PES adalah soal loyalitas. Kita semua tahu era baru gaming sepak bola di Indonesia dipelopori oleh Konami dengan Winning Eleven-nya, dan kesetiaan tersebut sepertinya terus berlanjut hingga saat ini,” ujarnya.

Pernah bermain Winning Eleven di masa kecilmu? Review yang satu ini pasti akan mengundang nostalgia.

Ya, saya pun tidak bisa memungkiri sebagai game yang menemani saya sejak kecil, PES memiliki nilai sentimental sendiri dibandingkan game lain.

Berkompetisi dan Berdiskusi Secara Online

PES-ID | Screenshot 2

Sebagai sebuah komunitas online, PES-ID memiliki kegiatan yang berbasis di dunia maya. Komunitas ini aktif berdiskusi soal modding, patching, dan membuat beberapa acara online (seperti #showyourskill; yaitu lomba screenshot PES, turnamen, dan lain-lain).

“Para anggota di grup diskusi Facebook biasanya membagikan impresi mereka terhadap patch baru misalnya, atau pengaturan grafis, hardware, apapun yang bisa membuat mereka semakin nyaman dengan PES. Kita dari pihak PES-ID sendiri juga selalu membagikan informasi terakhir soal perkembangan game dari Konami, seperti fitur baru, engine, info turnamen resmi, dan informasi lain seperti yang saat ini sedang kita lakukan untuk PES 2016,” ungkap Esa.

“Tidak hanya itu, kita juga turut andil dalam berbagai umpan balik serta wishlist yang tentu saja sangat dibutuhkan developer untuk perkembangan game ke depan. Jadi, kita tidak sekadar bermain saja,” demikian tambahan Esa yang membuktikan bahwa komunitas ini diakui oleh developernya, Konami.

“Beberapa bulan lalu, PES-ID diajak bekerja sama dengan salah satu partner dalam menggelar PES League di Indonesia (turnamen resmi di bawah naungan Konami). Salah satu pemain dari Indonesia, Mardira, berhasil mencapai babak Asia-National Final,” jelas Esa.

Esa melanjutkan,”Sayangnya, ia harus gugur padahal selangkah lagi ia bisa mewakili Indonesia di PES World Finals di Berlin. Akan tetapi dengan ikut sertanya Indonesia di PES League juga sudah merupakan suatu kebanggaan bagi kita karena tahun-tahun sebelumnya Indonesia tidak pernah diikutsertakan.”

Dari sekian banyak kegiatan PES-ID, yang paling berkesan menurut Esa adalah ketika sedang berdiskusi tentang PES edisi terbaru (contohnya tentu saja PES 2016).

“Sebagai salah satu admin, saya merasakan kebersamaan yang begitu kuat antar pemain. Antusiasme, hype, komentar-komentar gokil, dan semua perdebatannya merupakan sebuah pencapaian yang tentu saja sangat berkesan bagi seorang administrator. Meskipun kita berbasis online, akan tetapi loyalitas itu tetap terasa dengan terus meningkatnya member request serta follower di media sosial,” ujarnya.

Simak preview PES 2016 dan FIFA 16 serta video memalukan dari saya yang dibantai komputer berikut ini!

“Terlepas dari suka, pasti ada duka yang menyertai. Tidak jarang kericuhan dan perdebatan tak terelakkan akibat salah paham dan perbedaan pendapat. Ketika kita salah sedikit saja dalam menyampaikan informasi, selalu ada respons negatif yang terkadang membuat kita merasa ‘down‘. Tetapi hal tersebut merupakan warna dan bagian dari perjalanan panjang PES-ID sampai saat ini,” tutup Esa mengenai sepak terjangnya di PES-ID.

Harapan untuk PES 2016 dan Industri Game Indonesia

PES-ID | Screenshot 3

Untuk PES 2016 yang baru saja rilis ini, Esa pun memiliki harapan besar, “Sebagai fan PES yang sudah bertahun-tahun memainkan seri ini, harapan saya semoga Konami bisa menjadikan PES 2016 sebuah game sepak bola yang bukan cuma soal menendang bola dan mencetak gol, tetapi juga menjadikan PES 2016 sebuah game yang bisa kita nikmati. We want to enjoy the game. Semoga PES 2016 bisa menjadi penerus yang lebih mantap dari PES 2015 dan menjadi teman dalam mengarungi musim baru 2015/2016.”

Akhirnya, saya pun menanyakan bagaimana pendapat sang pendiri PES-ID ini tentang industri game Indonesia secara keseluruhan. Menurutnya, saat ini industri game di Indonesia sudah mulai menapaki level yang lebih jauh. Para developer tidak menjadikan game yang mereka buat sebagai sekadar game yang bisa dimainkan, akan tetapi juga dinikmati oleh berbagai kalangan.

“Kalau (dari) apa yang saya lihat, Indonesia kini lebih aktif dalam mengembangkan game berbasis mobile. Sebut saja Touchten lah, yang berbagai game miliknya merupakan hasil gandengan dari beberapa partner, baik lokal maupun internasional,” tuturnya.

“Hal ini tentu saja merupakan prestasi membanggakan untuk Indonesia di mata dunia. Intinya ya be creative, negara kita punya banyak programmer dan desainer handal, saatnya berkarya sesuai passion yang kita pilih,” ucapnya menutupi wawancara Kenal Komunitas kali ini.

Jangan bilang kamu fan PES jika kamu belum tahu tujuh fakta tentang PES 2016 berikut ini!

Jadi, bagi kamu para penggemar Pro Evolution Soccer di luar sana yang masih belum bergabung, langsung saja ikuti tautan yang ada di bawah ini. Informasi terkini dan diskusi hangat mengenai PES akan menanti kamu di sana!

Situs Resmi: PES-ID

Facebook Group: PES-ID

Twitter: @PES_ID

Sumber Gambar: PES-ID

The post [Kenal Komunitas] PES-ID – Belum Fan Sejati Bila Tak Bergabung di Sini appeared first on Tech in Asia Indonesia.

Apa yang Baru di Konferensi Tech in Asia Jakarta 2015? 6 Stage Keren yang Bisa Kamu Kunjungi!

Posted: 20 Sep 2015 01:54 AM PDT

Konferensi Tech in Asia Jakarta 2015 (sebelumnya dikenal dengan nama Startup Asia Jakarta) selalu menghadirkan hal baru setiap tahunnya. Tapi, di tahun 2015 ini, kami menghadirkan sesuatu yang spesial!

Jika di tahun-tahun sebelumnya Tech in Asia Jakarta menghadirkan dua stage yang diisi dengan pembicara-pembicara berpengalaman di dunia teknologi dan startup, kali ini kami ingin memberikan lebih banyak lagi variasi konten bagi para pengunjung Tech in Asia Jakarta 2015.

6 stage dengan berbagai kategori akan dihadirkan dalam gelaran ini! Lalu stage apa saja yang yang akan hadir di Tech in Asia Jakarta 2015? Yuk kita lihat!

Main Stage
Ini panggungnya para pembicara all star yang tidak boleh kamu lewatkan! Dari mulai CEO, founder startup, sampai venture capitalist, semuanya siap membagikan pengalamannya dalam mendirikan bisnis yang mengubah dunia. Jangan sampai ketinggalan sesi panel discussion dan fireside chat di stage ini yang akan memberikan kamu berbagai informasi terbaru seputar tren startup dan teknologi, bahkan menginspirasi kamu dengan kisah sukses mereka.

FinTech Stage
Saat ini, financial technology (fintech) sedang marak dibicarakan dan mulai hadir dalam berbagai bentuk. Banyak startup yang mencoba mengisi pasar fintech dan ini membuat industri ini berkembang pesat. Seperti apa tren fintech ke depannya? Di sini, para key person di berbagai perusahaan fintech akan menceritakan tentang dinamika di dunia fintech dan bagaimana cara mereka menyikapi perubahan yang ada.

Mobile Stage
Indonesia, sebuah negara dengan industri mobile bertumbuh dengan sangat cepat. Industri mobile juga menjadi salah satu industri favorit untuk diisi oleh startup, dari mulai mobile ads, mobile commerce, dan banyak lagi. Seperti apa masa depan industri mobile terutama di Indonesia? Temukan jawabannya di sini!

Marketing Stage
Kali ini, Tech in Asia Jakarta tidak hanya menjadi "surga" bagi para tech savvy. Kamu yang tertarik dengan dunia marketing juga dapat mengambil ilmu dari sini. Untuk pertama kalinya, kami menghadirkan panggung yang akan membahas segala hal dari A sampai Z mengenai marketing di industri teknologi dan startup. Come and see!

Students Stage
Fresh grads, persaingan di dunia karir saat ini semakin ketat. Tidak jarang, hal ini membuat kamu bingung mau melangkah ke mana setelah lulus. Kenapa tidak mencoba sesuatu yang anti-mainstream? Startup bisa jadi alternatif! Di sini, kami menghadirkan pembicara-pembicara yang akan berbagi banyak hal seputar dunia startup. Kamu ingin tahu seperti apa rasanya bekerja di perusahaan startup atau menjadi founder startup? Di sini tempatnya!

Developer Stage
Tingkatkan skill dan pengetahuanmu, cari tau praktik-praktik terbaik dari para developer berkualitas. Dapatkan juga insight eksklusif penggunaan teknologi terbaru dari berbagai platform, tool, sampai framework yang sedang populer saat ini. Di sini juga, saatnya kamu memanfaatkan peluang untuk berkenalan dan memperluas jaringan dengan ratusan developer lainnya.

Tidak cuma menghadirkan 6 stage saja, Tech in Asia Jakarta 2015 juga akan hadir dengan konsep baru yang lebih menarik! Penasaran? Kamu harus datang dan menjadi bagian dari serunya konferensi Tech in Asia Jakarta 2015 yang akan digelar pada tanggal 11 dan 12 November nanti di Balai Kartini!

Dapatkan tiket kamu di tautan berikut:
Eventbrite - Tech in Asia Jakarta 2015 (For Indonesian only)
Satu hal yang perlu dicatat, kamu bisa mendapatkan diskon 20 persen untuk pembelian tiket dengan memasukkan kode tiajkt20 di form pembelian tiket. Diskon ini akan berakhir besok! Jadi pastikan kamu segera mendapatkan tiket dengan harga spesial ini sebelum kehabisan.

See you in Tech in Asia Jakarta 2015!

(Diedit oleh Pradipta Nugrahanto)

The post Apa yang Baru di Konferensi Tech in Asia Jakarta 2015? 6 Stage Keren yang Bisa Kamu Kunjungi! appeared first on Tech in Asia Indonesia.

Startup dengan Ide Menarik Minggu ini – 20 September 2015

Posted: 19 Sep 2015 10:15 PM PDT

Jejaring sosial bisa dibilang merupakan platform internet yang paling populer. Meski hegemoni Facebook atau Twitter seperti tak terkalahkan, banyak jejaring sosial lain yang terus bermunculan berebut "kue". Banyak di antara mereka menargetkan pengguna yang lebih spesifik atau memberikan insentif lebih bagi pengguna, seperti yang dilakukan Woofyz dan Gaption.

Dua jejaring sosial tersebut merupakan startup dengan ide menarik yang kami temukan minggu ini. Penasaran dengan ide startup lainnya? Simak daftar berikut.

Gaption

Ide: Jejaring sosial yang "membayar" penggunanya.
gaption jejaring sosial yang bayar pengguna

Pada umumnya, media sosial memperlakukan penggunanya sebagai target iklan. Banyak iklan yang ditampilkan di media sosial tanpa memberi kompensasi apapun kepada pengguna. Gaption ingin mengubah hal tersebut.

Startup asal Malaysia ini memungkinkan penggunanya menghasilkan uang dari konten yang mereka tampilkan di jejaring sosial tersebut. Gaption menggunakan teknologi khusus yang bisa melacak konten pengguna yang berkontribusi pada klik iklan.

Campless

Ide: Situs panduan jual beli sneaker online.
Campless situs panduan jual beli sneaker
Sneaker bisa dibilang merupakan produk fashion yang tak murah. Kisaran harganya bisa mencapai jutaan rupiah. Tak heran, banyak orang yang melakukan jual beli sneaker secondhand. Dan startup asal Amerika Campless ingin menjadi pemandu mereka.

Campless menampilkan data lengkap dari sebuah produk sneaker, mulai dari profil produk, nilai beli & jual, dan sebagainya. Startup ini sendiri mengambil data dari situs lelang eBay. Pengguna yang tertarik juga bisa langsung membeli sneaker yang mereka inginkan melalui situs ini, yang nanti akan diarahkan ke situs eBay.

Woofyz

Ide: Jejaring sosial dan marketplace untuk anjing.
Woofyz jejaring sosial anjing
Ya, bukan manusia saja yang butuh bersosialisasi. Startup asal India Woofyz menunjukkan bahwa anjing juga membutuhkannnya. Sebagai jejaring sosial, Woofyz memungkinkan seekor anjing mempunyai akun mereka sendiri (tentu saja yang membuatkan akun adalah sang pemilik). Pengguna bisa membagikan foto atau video anjing mereka, menulis status (tentu saja yang berhubungan dengan anjing mereka), berinteraksi dengan pengguna lain, dan sebagainya.

Pengguna juga bisa membeli berbagai kebutuhan untuk anjingnya, seperti makanan dan aksesori, melalui aplikasi ini. Woofyz juga memungkinkan penggunanya terhubung dengan dokter hewan untuk mengkonsultasikan kesehatan si anjing.

Servy

Ide: Aplikasi yang memungkinkan pengguna mendapat diskon makanan dengan memberi feedback.
Servy aplikasi feedback restoran
Malas menulis review untuk restoran? Bagaimana jika kamu mendapat diskon sebagai upah. Itulah ide di balik Servy. Melalui aplikasi ini, pengguna bisa mendapat diskon makanan dengan memberi feedback pada restoran yang mereka kunjungi. Besaran diskon yang restoran tawarkan bervariasi, mulai dari 5 persen hingga 75 persen.

The post Startup dengan Ide Menarik Minggu ini – 20 September 2015 appeared first on Tech in Asia Indonesia.

[Hands-On] Mirrors Crossing – Action RPG Seru untuk Asia Timur

Posted: 19 Sep 2015 08:38 PM PDT

Perkenalan saya dengan Mirrors Crossing tidak lepas dari campur tangan seorang SPG yang dengan suara manisnya (dan juga kecantikannya … ehem) mengajak saya mampir ke booth milik Magnolia Factory, developer yang sama sekali asing di telinga saya. Namun, ternyata hal itu pula yang membawa saya menemukan salah satu permata di Tokyo Game Show 2015.

Mirrors Crossing merupakan game hibrida yang menggabungkan unsur role-playing, action, serta strategi ke dalam satu gameplay. Saya diajak mengendalikan tiga karakter menyusuri dungeon sambil mengalahkan seluruh musuh yang menghadang selama beberapa menit memainkannya.

Mekanisme action di Mirrors Crossing terasa sangat pas dimainkan di perangkat mobile. Saya diminta untuk menentukan posisi para hero di bidang tile berukuran 3×3 secara terus-menerus. Posisi ini akan menentukan hero mana yang akan terhindar dari serangan musuh dan hero mana yang harus menerima damage.

Mirrors Crossing | Characters

Tempo permainan berjalan cepat dan dinamis. Berbagai tipe monster dan serangan datang silih berganti dengan jeda yang singkat membuat saya harus mengambil keputusan cepat. Hal ini membuat keputusan yang saya ambil terkadang bukan merupakan keputusan terbaik untuk menyelamatkan hero.

Tidak ketinggalan aksi hero melawan karakter bos yang berlangsung seru. Natur bos yang jauh lebih kuat dibandingkan musuh biasa membuat saya harus menyesuaikan setiap serangan dan mengeluarkan seluruh kemampuan yang dimiliki hero. Benar-benar seru!

Dari segi visual, Mirrors Crossing sama sekali tidak mengecawakan saya. Game dikemas dengan grafis bergaya anime yang indah dalam animasi yang terlihat halus. Animasi ini tidak terbatas pada karakter hero saja, tapi termasuk juga monster-monster musuh serta latar belakang.

Mirrors Crossing | Artwork

Saya juga tidak mengalami kendala dengan skema pengendalian game. Cukup dengan swipe dan tap simpel, saya bisa menikmati pertarungan dan petualangan di Mirrors Crossing.

Sebenarnya banyak hal yang bisa dieksplorasi di sini, mulai dari peningkatan kemampuan hero, pemilahan item, dan masih banyak lagi. Namun, karena keterbatasan kemampuan berbahasa Jepang saya, maka yang saya mengerti hanyalah gameplay inti ketika sisi action menjadi hal yang utama.

Rencananya Mirrors Crossing akan dirilis secara resmi di Jepang tahun 2016 mendatang. Sayangnya Magnolia Factory saat ini baru berencana melakukan lokalisasi ke bahasa Mandarin dan Korea saja.

The post [Hands-On] Mirrors Crossing – Action RPG Seru untuk Asia Timur appeared first on Tech in Asia Indonesia.

[Hands-On] Renegade Death – Platformer Bullet-Hell dari Enthrean Guadrian yang Cukup Menjanjikan

Posted: 19 Sep 2015 08:31 PM PDT

Pada kunjungan saya di booth Indonesia Game Studios, saya berkesempatan mencoba salah satu game PC karya developer lokal Enthrean Guardian berjudul Renegade Death. Ini adalah pertama kali saya memainkan Renegade Death, dan harus saya akui kalau saya cukup terkesan dengan game platformer yang satu ini.

Renegade Death memiliki karakter utama seorang gadis berambut perak bernama Leina. Saya tertipu oleh tampilannya yang imut dan lucu, karena ternyata ia memiliki kemampuan yang cukup maut dengan senjata sabit yang ia pegang.

Walau aksi platformer di sini terbilang cukup standar, namun saya sangat menyukai tampilan latar yang kaya dan sangat terpoles, serta animasi sprite dari Leina yang terlihat mulus. Latar yang menampilkan hutan dengan pepohonan rindang tampak menyatu dengan aksi yang terdapat di bagian depan permainan.

Renegade Death | Screenshot

Leina juga memiliki segudang kemampuan untuk menghajar musuh-musuhnya. Ia dapat melakukan serangan kombinasi yang menghasilkan damage berlipat kepada musuh-musuh yang malang. Ia juga cekatan melompat hingga terbang untuk bernavigasi di dunia Renegade Death yang dipenuhi monster.

Walau Enthrean Guardian telah membuat proyek Renegade Death sejak tahun 2014 lalu, hingga saat ini game tersebut belum juga kunjung dirilis. Namun, setidaknya versi yang ditampilkan di Tokyo Game Show terlihat sangat menjanjikan. Saya pasti akan memainkannya lagi saat Enthrean Guardian merilis game ini kelak

The post [Hands-On] Renegade Death – Platformer Bullet-Hell dari Enthrean Guadrian yang Cukup Menjanjikan appeared first on Tech in Asia Indonesia.

[Hands-On] Qubot – Karambol dengan Robot

Posted: 19 Sep 2015 08:21 PM PDT

Clash of Clans bukanlah game pertama yang menggunakan mekanisme base building, Candy Crush Saga tidak menciptakan genre puzzle match-3. Mereka hanya berhasil menyajikan genre lama dengan formula baru yang mampu merebut hati para penggemar game saat ini.

Hal ini juga yang coba dilakukan oleh Qubit Games, sekelompok developer dari Taiwan, dengan game berjudul Qubot. Mereka merancang sebuah game yang mengingatkan saya dengan permainan tradisional biliar atau karambol, namun menggunakan robot.

Saya diajak mengendalikan beberapa robot secara bersamaan untuk mengalahkan para musuh. Robot-robot ini bisa meluncur dan memantul layaknya biji karambol setelah saya menarik ke belakang dari arah yang dimaksud.

Qubot | Artwork

Tidak hanya sekadar meluncur, setiap robot yang saya kendalikan bisa berubah wujud dan memiliki karakteristik unik. Hal ini semakin membuat gameplay Qubot semakin menantang dan bervariasi.

Grafis voxel yang digunakan di sini terbilang cukup menarik. Setiap karakter robot, musuh, hingga latar ditampilkan dalam grafis poligon sederhana ala Minecraft. Namun, hal itu sama sekali tidak mengurangi nilai estetika dari Qubot.

Tentunya game ini masih memiliki segudang fitur lain yang tidak sempat saya coba. Sayangnya, entah kapan saya bisa menikmati game ini secara keseluruhan karena Qubit Games baru berencana untuk melakukan perilisan Qubot di pasar Asia Timur saja.

The post [Hands-On] Qubot – Karambol dengan Robot appeared first on Tech in Asia Indonesia.

[Hands-On] Last City Dome Defense Force – Game Berkualitas Console yang Masih Perlu Dioptimisasi

Posted: 19 Sep 2015 08:16 PM PDT

Berkeliling di area smartphone pada gelaran Tokyo Game Show 2015 sering kali membawa saya ke kejutan menyenangkan. Salah satunya adalah ketika melihat sebuah game yang memiliki kualitas grafis setara dengan console, tapi dipamerkan di antara booth developer game mobile.

Game yang berjudul Last City Dome Defense Force dan mengusung genre action ini bercerita tentang sekelompok penjaga kota futuristis yang berjuang melawan invasi alien. Para jagoan tersebut memiliki kemampuan untuk meluncur pada sebuah alat yang menyerupai sepatu roda serta menggunakan berbagai jurus untuk menghajar alien.

Walau memiliki grafis yang tajam dan detail, sayangnya performa dari prototipe Last City Dome Defense Force yang saya mainkan masih mengalami banyak kendala, terutama dari sisi stabilitas frame rate. Sering kali frame rate game menurun di saat sedang terjadi aksi baku hantam yang intens. Selain itu, skema pengendalian game juga kurang user-friendly serta cukup membingungkan di awal-awal permainan.

Perwakilan Gameforce tidak menjanjikan akan merilis Last City Dome Defense Force di tahun ini. Mengingat yang mereka bawa masih merupakan prototipe, bisa saja semua kendala yang saya rasakan di sini dapat diperbaiki pada versi penuhnya nanti.

The post [Hands-On] Last City Dome Defense Force – Game Berkualitas Console yang Masih Perlu Dioptimisasi appeared first on Tech in Asia Indonesia.

No comments:

Post a Comment

Sponsor

Latest Game News

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Sponsor

pasang iklan baris gratis