Game Di Indonesia |
- Kumpulan YouTuber Wanita di Indonesia Paling Populer
- Final Fantasy IX Akan Dirilis di PC, Android, dan iOS!
- 10 Game dengan Grafis Terbaik Selama 2015 Versi Tech in Asia Indonesia
- Tahun 2015 Segera Berakhir, Bagaimana Kelanjutan Teknologi Virtual Reality?
- William Tanuwijaya: Tidak Ada Mimpi yang Terlalu Besar untuk Dicapai
Kumpulan YouTuber Wanita di Indonesia Paling Populer Posted: 31 Dec 2015 06:00 PM PST Salah satu cara menarik perhatian di dunia maya adalah menjadi "artis" di YouTube. Sudah bukan rahasia lagi bila layanan ini banyak melejitkan nama-nama netizen. Terlebih bagi kaum hawa, dengan modal wajah yang enak dipandang, akan semakin mempermudah mendongkrak popularitas di dunia maya. Tech in Asia kali ini menampilkan beberapa nama yang aktif membuat konten lalu di-posting ke YouTube dan memiliki banyak subscriber. Siapa saja kah mereka? Urutan nama di bawah ini berdasarkan banyaknya subscriber yang dimiliki. Sacha Stevenson
Wanita asal Kanada ini telah 9 tahun tinggal di Indonesia. Kemampuan dia berbahasa Indonesia (termasuk dialek tradisonal dan bahasa alay) tidak perlu diragukan. Sacha Stevenson aktif sejak akhir tahun 2009 di Youtube dan membuat video blog (vlog), sketsa komedi dan lagu ciptaan sendiri. Dari sekian banyak konten yang diciptakan, ia mulai banyak mendapat perhatian sejak merilis serial komedi How to act Indonesian yang berkisah tentang hidup di Indonesia bagi seorang bule atau orang yang berasal dari luar negeri. Subscriber: 227.070 Natasha Farani
Ia merupakan wanita yang aktif berbagi tips dan tutorial dalam berhijab, termasuk make-up dan padu padan busana. Natasha Farani juga beberapa kali berkolaborasi dengan beberapa brand hijab ternama, salah satunya adalah e-commerce hijab, HijUp. Subscriber: 107.985 Rani Ramadhany
Kebanyakan wanita tertarik pada olah vokal saja, namun berbeda dengan Rani Ramadhany. Wanita ini aktif memainkan cover drum dari berbagai lagu. Tak hanya piawai menggebuk drum, cewek manis ini juga bisa memainkan berbagai alat musik lainnya seperti gitar, piano, dan keyboard. Selain hobi bermain drum, Rani dikenal juga sebagai penari dan model. Subscriber: 77.427 Wita Wanita
Wita Wanita terbilang berani dengan konten video blog buatannya. Ia membahas tentang seks, sosial, kesehatan, dan isu politik terbaru di Indonesia. Cara penyampaian yang dilakukan juga termasuk ringan dan dengan bahasa kasual, tak jarang ia memberikan sentuhan humor di tiap videonya. Subscriber: 42.180 Ashilla
Ashilla yang bernama lengkap Zahranti Arashilla ini masih berusia belia. Ia melakukan beberapa hal dalam videonya, seperti bernyanyi dengan beberapa musisi lainnya, berbagi resep masakan sederhana, dan melakukan tanya jawab dengan penonton. Subscriber: 22.960 Dhana Xaviera
Dhana Xaviera selalu menampilkan tutorial make-up sehari-hari dan momen spesial dalam format video blog. Ia juga tak jarang digandeng dengan vendor tertentu untuk memberikan giveaway mulai dari peralatan kosmetik hingga smartphone terbaru. Subscriber: 21.949 NadyaCooking
Wanita kerap dikaitkan dengan memasak, karenanya NadyaCooking menampilkan seorang ibu muda yang memberikan resep langsung dalam memasak. Dengan peralatan sederhana, ia biasanya membuat masakan mulai dari makanan ringan hingga menu spesial di momen tertentu. Subscriber: 20.913 Selain tujuh nama YouTuber di atas yang telah disebutkan, sebenarnya masih banyak wanita Indonesia lainnya yang aktif di ranah video blogging. Sayangnya, kebanyakan dari mereka hanya menampilkan cover lagu yang sedang banyak diputar di dalam negeri. Baca juga: Kumpulan Channel YouTube Tentang Startup dan Entrepreneur yang Harus Kamu Tonton Beberapa nama YouTuber wanita dengan suara yang merdu adalah Isyana Sarasvati, Adriana Raisa, dan Yura Yunita. Kini mereka sukses menjadi selebriti yang namanya layak diperhitungkan di industri musik. (Diedit oleh Pradipta Nugrahanto) The post Kumpulan YouTuber Wanita di Indonesia Paling Populer appeared first on Tech in Asia Indonesia. |
Final Fantasy IX Akan Dirilis di PC, Android, dan iOS! Posted: 31 Dec 2015 10:23 AM PST Tidak peduli meskipun di luar tengah dipenuhi suara bising dari kembang api, jika ada berita tentang Final Fantasy IX, tentunya saya akan menyampaikannya untuk kamu semua. Berita luar biasa untuk menutup tahun 2015 dan membuka tahun 2016 ini hadir dalam wujud konfirmasi bahwa Final Fantasy IX, alias game terbaik sepanjang masa menurut Mohammad Fahmi, akan segera rilis di Android, iOS, dan PC. Versi baru ini akan memiliki model 3D karakter yang diperhalus layaknya Final Fantasy VII dan Final Fantasy VIII versi PC. Sayangnya dari apa yang saya lihat sepintas, kualitas background versi ini sepertinya masih cukup kasar jika dibandingkan dengan model karakter, tapi semoga saja saya salah. Belum ada konfirmasi tanggal rilis pasti untuk game ini selain fakta bahwa Final Fantasy IX akan tersedia di Jepang tahun 2016. Port ini merupakan port pertama Final Fantasy IX setelah dirilis di PlayStation lima belas tahun lalu, karena versi PS3, PSP, dan PS Vita yang bisa didapatkan di PlayStation Store hanya mengemulasikan versi orisinal saja. Semoga saja dengan hadirnya versi baru ini bisa membuat Final Fantasy IX mendapatkan perhatian lebih. Saya jelas tidak akan protes jika tiba-tiba Final Fantasy IX mendapatkan perlakuan remake dan spin-off seperti yang terjadi kepada Final Fantasy VII. Tentunya jangan lupa untuk membaca review nostalgia Final Fantasy IX di sini! Akankah kamu membeli versi port Final Fantasy IX? Versi mana yang akan kamu ambil? Kalau saya mungkin setiap bulan akan membeli Final Fantasy IX, hanya karena saya cinta game ini. Ya, saya serius.
The post Final Fantasy IX Akan Dirilis di PC, Android, dan iOS! appeared first on Tech in Asia Indonesia. |
10 Game dengan Grafis Terbaik Selama 2015 Versi Tech in Asia Indonesia Posted: 31 Dec 2015 02:26 AM PST Di era console game yang sudah semakin maju seperti sekarang ini, tentunya grafis sudah menjadi salah satu faktor penentu yang membuatmu berpikiran apakah game tersebut layak atau tidak untuk dibeli. Entah itu dari segi teknis yang cukup canggih atau dari sisi penggambaran seni yang membuatnya berkelas. Oleh karena itulah melalui artikel spesial akhir tahun kali ini, kami telah memilih sejumlah game dengan grafis terbaik, yang mewakili dua aspek yang saya sebutkan tadi. Check it out! The Order: 1886Developer: Ready at Dawn | Penerbit: Sony Computer Entertainment
Mohammad Fahmi – The Order: 1886 bisa dibilang merupakan salah satu game paling mengecewakan di tahun 2015. Mulai dari gameplay yang terlalu linear dan tidak memiliki hal spesial, sampai ke cerita penuh klise meskipun seharusnya narasi menjadi nilai jual utamanya. Tapi, tidak bisa dipungkiri bahwa The Order: 1886 merupakan sebuah game dengan kualitas visual yang luar biasa indah. Detail yang tinggi untuk menggambarkan ekspresi wajah dan objek-objek yang ada dalam game membuat pengalaman “melihat” The Order: 1886 tidak kalah dengan menonton animasi besutan Pixar tapi versi realistis. Hal ini semakin dibuat menyenangkan dengan adanya fitur Photo Mode untuk mengabadikan gambar-gambar yang keren dari The Order: 1886. Lebih hebatnya lagi, tidak hanya memiliki kualitas dari segi teknis, The Order: 1886 juga memiliki arahan visual yang menarik. London ala steampunk yang disajikan di game ini dijamin betul-betul bisa menghibur secara visual. Review The Order: 1886 – Dongeng Singkat dari London Grand Theft Auto V |
Tahun 2015 Segera Berakhir, Bagaimana Kelanjutan Teknologi Virtual Reality? Posted: 30 Dec 2015 11:00 PM PST Sebagian pemerhati teknologi memprediksi virtual reality (VR) akan menjadi sebuah fenomena. Uang yang jumlahnya tidak sedikit juga telah dikucurkan untuk mengembangkan ranah digital baru ini, tempat yang (mungkin) dalam beberapa tahun ke depan kita akan menghabiskan sebagian besar waktu online kita. Namun, apakah antusiasme para investor ini beralasan? Kabar paling menarik perhatian tentu saja datang dari Facebook yang mengakuisisi startup VR dan pionir teknologi ini, Oculus VR, dengan mahar senilai $2 miliar (sekitar Rp27,6 triliun) pada tahun 2014 lalu. Facebook tertarik untuk mengubah tren teknologi VR ini dari yang tadinya sekadar teknologi asing menjadi industri yang nyata dengan potensi yang luar biasa. Baca juga: Oculus VR Dibeli oleh Facebook dengan Harga 22 Triliun! Namun jejaring sosial tersebut bukanlah satu-satunya yang berani menggelontorkan modal melimpah untuk teknologi VR. Pada awal tahun ini, sebuah pabrikan gaming mobile asal negeri sakura, DeNa, ikut terlibat dalam tahap pendanaan awal dan juga tahap lanjutan bagi perusahaan-perusahaan VR. Kabar paling baru, Colopl, sesama developer mobile game asal Jepang, mengumumkan kalau mereka akan mulai menginvestasikan uang sebesar $50 juta (sekitar Rp690 miliar) untuk bantu mengembangkan aplikasi dan game berbasis VR. Kemudian ada juga Presence Capital, venture capital terkemuka yang dibentuk khusus untuk memberikan modal kepada perusahaan yang mengembangkan teknologi VR dan Augmented Reality (AR). Harapan virtualMasalahnya, semua investasi tersebut dimaksudkan sebagai langkah antisipasi jika teknologi VR ini nantinya akan booming dan dipakai oleh jutaan pengguna. Namun sejauh ini, kami belum melihat tanda-tanda kalau tren ini sedang mengarah ke sana. Kita sudah sampai pada lembaran akhir tahun 2015, namun proyek-proyek VR yang dicanangkan semisal Oculus Rift, Vive milik HTC dan Valve, serta Playstation VR-nya Sony belum terlihat akan dirilis dalam waktu dekat ini. Selain itu, meski sudah banyak prediksi berapa biaya yang akan mereka keluarkan untuk teknologi ini, namun di sisi lain belum jelas berapa yang akan mereka investasikan untuk aplikasi atau game di perangkat VR ini nantinya. Sudah ada beberapa demo yang bisa dicoba, beberapa judul aplikasi atau game yang akan mengadopsi teknologi ini, namun masih berhenti di sana. Baca juga: Kumpulan Perusahaan Besar yang Sedang Mengembangkan Teknologi VR Mustahil untuk melupakan teknologi istimewa terdahulu seperti 3D yang berakhir mengecewakan. Tidak ada produsen yang mampu menjual perangkat 3D dengan laris karena minimnya konten berkualitas untuk perangkat tersebut—dan juga karena peminatnya saat itu sangat sedikit. Dan ingat, ini merupakan teknologi VR generasi kedua—generasi pertama bahkan tak sempat mencicipi kesuksesan. Bukan hanya untuk gameJika teknologi VR digadang meraih kesuksesan luas, teknologi ini harus terjual lebih banyak dari konsol game. Saat Facebook mengumumkan akuisisi mereka terhadap Oculus, Mark Zuckerberg mengatakan bahwa bermain game menggunakan VR hanyalah awal permulaan.
Rencana tersebut memang bagus, namun perkembangan VR jarang terdengar lagi setelah pernyataan Mark tersebut—selain soal urusan game, hanya sedikit informasi yang sampai ke telinga publik mengenai pengalaman berkomunikasi yang nantinya akan menjadikan VR sebagai platform yang menjanjikan, ketimbang menjadi sensasi sesaat. Dana segar dari Colopl mungkin menjadi kabar yang menggembirakan bari para pengembang game. Sang CEO, Naruatsu Baba, menegaskan, dengan cara seperti ini perusahaannya "dapat mendukung VR merambah ranah lain selain video game, dan yang paling penting mampu menyuguhkan pengalaman baru yang belum pernah dirasakan oleh umat manusia sebelumnya." Namun mereka masih meminta para pengembang untuk membangun pengalaman tersebut, mengingat potensi audiensnya belum kelihatan dan platform dasarnya yang masih sangat fragmented. Baca juga: 4 Alasan Virtual Reality Masih Akan Jauh dari Realita Sehari-Hari Para developer game juga menemukan tantangan berat dalam menciptakan konten khusus VR. Keunikan media ini memerlukan pemikiran ulang yang tak main-main dalam tata cara pengembangan dan desainnya. Kita ambil contoh, desainer game yang biasa menyampaikan narasi lewat cut scene film sadar kalau sekarang mereka tak dapat mengambil alih kontrol kamera dari sang pemain, dikarenakan kamera tersebut adalah mata sang pemain yang digunakan untuk melihat dunia virtual. Sementara desainer yang bergerak di ranah lain kemungkinan juga menghadapi kendala yang sama. Dan seperti yang terjadi pada teknologi yang sudah-sudah, satu-satunya cara untuk meningkatkan pengalaman ini adalah membiarkan para audiens mencobanya sembari terus meningkatkan teknologi dari masukan para pengguna. Yang pada akhirnya kembali lagi ke tantangan semula: membuat orang-orang menggunakan perangkat VR. Pasangkan ke smartphone kamuMungkin berlebihan jika meminta konsumen awam untuk membeli perangkat VR premium yang (barangkali) ditawarkan oleh Oculus, Sony, dan HTC. Beruntung, ada cara yang lebih terjangkau bagi masyarakat untuk mencoba teknologi ini, yaitu dengan cara memanfaatkan teknologi yang telah banyak dipakai masyarakat: smartphone. Penggunaan serta jangkauan perangkat mobile begitu luas , khususnya di wilayah Asia. Makanya tak heran jika bermunculan nama-nama seperti Gear VR milik Samsung hingga perusahaan streaming video asal Cina, Letv, yang baru saja mengumumkan headset LeVR COOL1. Dengan produk ini, kamu sudah punya sebagian perangkat untuk menikmati perjalanan virtual yang bisa dibawa-bawa dalam saku. Baca juga: Virtual Reality sebagai Metode Marketing, Ampuhkah? Langkah seperti investasi Colopl ini mungkin akan berdampak baik untuk menghadirkan pengalaman VR yang menyasar smartphone terlebih dahulu, dengan harapan membuat mereka bermigrasi menggunakan perangkat VR sungguhan. CEO dari Colopl mengatakan bahwa pada tahun 2020 nanti, pasar VR diperkirakan akan menyentuh angka $30 miliar (sekitar Rp414 triliun). Jika terbukti benar, mungkin saat itu sudah terjadi sinergi antara perangkat keras yang terjangkau dengan perangkat lunak yang mumpuni. VR tak boleh hanya menjadi teknologi baru yang keren saja. Teknologi ini harus memiliki sesuatu yang diinginkan orang-orang. (Diterjemahkan olah Faisal Bosnia dan diedit oleh Fadly Yanuar Iriansyah)
The post Tahun 2015 Segera Berakhir, Bagaimana Kelanjutan Teknologi Virtual Reality? appeared first on Tech in Asia Indonesia. |
William Tanuwijaya: Tidak Ada Mimpi yang Terlalu Besar untuk Dicapai Posted: 30 Dec 2015 08:00 PM PST Siapa yang tidak tahu Tokopedia? Salah satu pemain e-commerce besar di Indonesia dengan visinya "Ciptakan Peluangmu". Saya bertemu dengan Co-Founder sekaligus CEO Tokopedia, William Tanuwijaya, di acara Binus Journalist Gathering beberapa waktu lalu. Lulusan Teknik Informatika Universitas Binus tahun 2003 ini, berbagi pengalamannya dalam membangun dan mengembangkan Tokopedia. William yang lahir dan besar di Pemantang Siantar, Sumatera Utara, menyebut dirinya sebagai "entrepreneur by necessity" atau wirausaha karena kepepet. Ceritanya, ketika lulus SMA, orang tuanya ingin William memiliki kehidupan yang lebih baik. Dan untuk hal itu, mereka paham bahwa tiketnya adalah pedidikan yang baik. Ayah dan paman William membelikan tiket kapal sekali jalan ke Jakarta sebagai jalan William melanjutkan pendidikan ke tingkat universitas. Namun ketika kuliah semester awal, ayahnya jatuh sakit dan ia harus berusaha menghidupi diri sendiri tanpa bantuan keluarga. Saat itu, William mencoba bekerja menjadi penjaga warnet di sekitar Binus.
Dari sana, William yang suka membaca buku dari sampul ke sampul dulunya, mengaku jatuh cinta dengan internet yang bisa memberikan beragam informasi dengan mudah dan cepat hanya dari genggaman tangan atau sentuhan jemari keyboard. "Saya percaya internet suatu saat akan mengubah dunia," katanya. Ketika lulus kuliah, seperti kebanyakan anak IT yang ingin bekerja di perusahaan teknologi ternama di dunia seperti Google, namun sayangnya perusahaan tersebut belum memiliki kantor di Indonesia. William bekerja di beberapa perusahaan di Jakarta sampai tahun 2007. "Karena situasi keluarga saya harus mencari tambahan sebagai software engineer di malam hari setelah pulang kerja. Saya banyak diminta untuk membangun situs bagi para UKM. Mereka ingin memiliki website layaknya Bhinneka.com. Perjalanan menuju marketplacePada masa awal William bekerja, media sosial sedang berkembang dan banyak yang menggunakan kesempatan itu untuk berjualan online. Hal tersebut memberikan pandangan baru bagi William, bahwa banyak orang yang sudah melihat kesempatan dan kebutuhan belanja online tapi belum ada platform yang bisa secara aman melayani kebutuhan tersebut. Menurutnya, ada 3 model bisnis internet pada saat itu: * Iklan baris, seperti yang banyak ada di surat kabar, di Indonesia saat itu sudah banyak website yang menyediakan jasa iklan baris. Dalam hal ini, transaksi melalui telepon, lalu bertemu antara penjual dan pembeli, cek barang, bayar, baru barang diterima oleh si pembeli. * Ritel, yang modelnya seperti supermarket. Mereka menjual produk secara online langsung ke konsumen. Contoh pelaku bisnis ini adalah Bhineka.com. * Marketplace, seperti sebuah mall atau kota dimana banyak yang jualan dan banyak yang berbelanja namun ada aturannya. Konsumen bayar dahulu ke pengelola marketplace, lalu pengelola marketplace konfirmasi ke penjual. Jika barang sudah diterima oleh konsumen, pengelola marketplace akan meneruskan pembayaran ke penjual. Hal ini, menyelesaikan masalah kepercayaan tadi. Pada saat itu belum ada model bisnis marketplace yang sukses di Indonesia. Dari sana, William termotivasi untuk membangun bisnis marketplace online di Indonesia. Tapi, ia sadar bahwa membangun bisnis marketplace tersebut membutuhkan modal yang tidak sedikit dan ia juga dalam posisi yang tidak memungkinkan menjalankan startup secara bootstrap karena ia harus membantu keluarga dan pengobatan ayahnya. Terinspirasi oleh para entrepreneur muda dari Sillicon Valley yang menggandeng pemberi modal atau investor yang dapat membantu mengembangkan bisnis mereka, William berusaha untuk mencari dukungan modal. Karena pada saat itu William tidak kenal investor manapun, satu-satunya orang yang ia kenal punya modal, yaitu atasannya di tempat ia bekerja. William mencoba menceritakan ide bisnisnya. Beliau cukup berbaik hati dan memperkenalkan dengan teman-teman yang juga punya modal. Sayang, selama 2 tahun dia menjajakan ide bisnisnya, tidak ada yang mau membantu. Alasannya karena mereka tidak yakin dengan ide bisnis marketplace tersebut. Pasalnya, belum ada satu pun orang Indonesia yang berhasil, sukses dan kaya dari bisnis internet. Investor tidak pernah melihat uangnya atau untungnya dimana. Dan bagaimana ia bisa bersaing dengan raksasa dari luar negeri seperti eBay. Bahkan suatu hari, ada seseorang yang mencoba mengatakan bila sosok yang kini menjadi CEO ini "hanya" sebagai pemimpi.
Mendapat opini seperti itu tentu terasa pahit, tapi hal ini justru tidak membuat William menyerah dan menyadari bahwa bisnis ini tidak mudah dijalankan di Indonesia. William justru tertantang untuk mengubah hal itu. Tantangan sebagai kesempatan untuk berkembangDi tahun 2010, sebenarnya banyak investor yang datang ke Indonesia untuk memberi modal, tapi William gagal untuk meyakinkan mereka karena tidak mahir berbahasa Inggris. Tapi ia tidak menyerah untuk mencari dukungan, sampai akhirnya bertemu dengan investor dari Jepang yang ternyata kemampuan bahasa Inggris-nya juga pasif.
Ketika awal membuka Tokopedia, William kembali ke Binus dan membuka booth di sana untuk mengembangkan tim. 2 hari di sana, ia berdiri tapi tidak ada yang mau mendaftar ke Tokopedia. Sementara, di depan booth Tokopedia ada booth salah satu bank terbesar di Indonesia dengan SPG(sales person girl) ramai dikunjungi mahasiswa yang ingin bergabung dengan bank tersebut dan William sebagai seorang pendiri perusahaan berusaha menjual mimpi namun tidak satupun yang mau bergabung di Tokopedia. Belajar dari pengalaman itu, William mencoba untuk mengalahkan diri sendiri. William yang introvert, belajar untuk lebih baik berkomunikasi. "Saya percaya bahwa produk buatan saya adalah sebagus dirinya dan sebagus orang-orang yang bergabung dengan perusahaannya," tuturnya. Oleh karena itu, setiap ada kesempatan, William menceritakan mimpi dan idenya. Dan itu membuka jalan bagi orang-orang yang percaya akan mimpi dan idenya untuk bergabung dengan Tokopedia."Mereka kinig menjadi pemimpin di Tokopedia saat ini. Mereka bergabung karena mereka percaya akan misi Tokopedia," lanjut William. Analogi Bambu RuncingWilliam menganalogikan Tokopedia seperti bambu runcing. Seperti pejuang Indonesia yang membawa bambu runcing untuk merebut kemerdekaan yang melambangkan 3 hal. Keberanian William merasa beruntung karena memilih untuk berani percaya kepada diri sendiri ketika tidak ada orang yang percaya padanya. Percaya pada mimpinya, ketika tidak ada orang lain yang percaya akan mimpinya. Ia tahu bahwa masa lalu sudah tidak bisa diubah namun, ia percaya masa depan ada di tangannya. Kegigihan Seluruh perjalanan Tokopedia dari awal hingga saat ini adalah tentang kegigihan. William membutuhkan waktu 2 tahun untuk meyakinkan investor pertama untuk menanamkan modal ke Tokopedia. Dalam perjalanannya ternyata tidak mudah karena 6 bulan setelah itu, eBay datang ke Indonesia dan menggandeng Telkom, perusahaan telekomunikasi raksasa Indonesia. Dan beberapa perusahaan besar luar lainnya pun masuk ke pasar Indonesia. Secara kasat mata, Tokopedia tidak memiliki kemampuan untuk menandingi perusahaan-perusahaan tersebut, tapi dengan kegigihan, Tokopedia berhasil menjadi bisnis e-commerce pertama di ASEAN yang mendapat investasi 100 juta USD(setara 1,4 Triliyun Rupiah). Baca Juga: Berusia 6 Tahun, Apa Saja Pencapaian Tokopedia?Harapan Bayangkan pejuang Indonesia yang melawan penjajah dengan senjata canggih diadu dengan bambu runcing. Kalau tidak dengan harapan yang besar atas kemerdekaan, mereka tidak akan berjuang mati-matian. Begitu juga dengan Tokopedia, harapan untuk menciptakan peluang bisnis bagi masyarakat Indonesia secara mudah dan aman yang membuat William tidak menyerah terhadap keadaan. Jika William dan seluruh tim Tokopedia butuh waktu dua tahun untuk membangun Tokopedia, sekarang semua orang bisa memiliki toko online sendiri hanya dalam 2 menit. Bermimpi dengan mata terbukaWilliam merasa beruntung karena lahir di generasi internet. Berbeda dengan generasi ayah dan kakeknya yang sulit untuk memiliki kesempatan bersaing dengan para pemain besar. Tapi di generasi internet, siapa saja punya kesempatan yang sama.
Tokopedia yang saat ini sudah memiliki 400 pegawai, tidak hanya mengubah hidup William tapi juga mengubah hidup para penjual di Tokopedia. Ada lebih dari 500.0000 penjual di Tokopedia yang berasal dari berbagai kalangan. Mulai dari ibu rumah tangga, mahasiswa sampai cleaning service. Terakhir William mengutip kata-kata dari Bung Karno
Pendiri bangsa Indonesia adalah seorang visioner. Jika negara ini dibangun oleh visioner yang mengajak kita untuk bermimpi besar, ini adalah tanggung jawab generasi kita untuk berani menyemangati teman-teman, adik-adik kita yang memiliki mimpi yang lebih besar dari diri mereka. Bagi William, bermimpi yang besar itu adalah bermimpi dengan mata terbuka. Sangat sederhana, apa yang kamu mimpikan, pikirkan, ucapkan, dan lakukan itu selalu konsisten. (Diedit oleh Pradipta Nugrahanto ) The post William Tanuwijaya: Tidak Ada Mimpi yang Terlalu Besar untuk Dicapai appeared first on Tech in Asia Indonesia. |
You are subscribed to email updates from Tech in Asia Indonesia. To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
Google Inc., 1600 Amphitheatre Parkway, Mountain View, CA 94043, United States |
No comments:
Post a Comment