Game Di Indonesia |
- Efek Internet of Things pada Rumah Kaca Tanibox
- Dota Weekly: 5 Hal yang Wajib Kamu Lakukan Ketika Menjadi Seorang Support
- [Update] 10 Game Tiruan Clash of Clans yang Tidak Kalah Seru
Efek Internet of Things pada Rumah Kaca Tanibox Posted: 10 Apr 2016 07:00 PM PDT Seperti kebanyakan masyarakat perkotaan, Asep Bagja Priandana dan Retno Ika Safitri terbiasa membeli sayuran di supermarket. Pasangan suami istri ini sering menemukan kalau sayuran yang mereka beli kurang segar. Harganya pun mahal, terutama untuk sayuran hidroponik. Mereka akhirnya memutuskan untuk menanamnya sendiri pada rumah kaca yang telah dilengkapi teknologi Internet of Things (IoT). Asep dan istri mendirikan Tanibox pada pertengahan 2015, startup asal Tangerang Selatan yang menjual perlengkapan bertanam hidroponik. Namun perlengkapan yang ditawarkan belum mendapat sentuhan teknologi, karena memang lebih diperuntukan sebagai hiasan di rumah. Dalam blognya, developer perangkat lunak ini mengatakan kalau sistem hidroponik ternyata sangat tepat untuk implementasi sensor dan machine learning IoT, karena ada banyak data yang dihasilkan seperti temperatur udara dan air, kelembapan, EC (electric conductivity) air, dan pH (derajat keasaman). Hal ini mendorong munculnya ide untuk membuat proyek indoor and automated farming, yaitu pertanian vertikal dalam ruangan yang terotomatisasi. Proyek tersebut sedang dalam tahap penggalangan dana di situs crowdfunding Indiegogo. Dari target dana sebesar US$10.000 (sekitar Rp131 juta) yang diharapkan, Asep berencana membangun sistem rumah kaca hidroponik berbasis IoT yang efisien. Teknologi IoT tersebut nantinya akan direplikasi dan dijual kepada publik, khususnya mereka yang tinggal di perkotaan. Asep mengatakan, jika sistem pertanian ini berhasil direalisasikan, dampaknya akan sangat bermanfaat. Tidak hanya bagi orang-orang yang menggunakannya, tetapi juga masyarakat sekitar. Lewat proyek ini, Tanibox ingin membuktikan pada masyarakat bahwa memproduksi bahan pangan segar seperti sayuran bisa dilakukan di dalam ruangan yang terkontrol oleh sistem. Selain itu, startup ini juga ingin memecahkan masalah distribusi pangan yang terlalu jauh—sehingga menurunkan nutrisi yang terkandung dalam bahan pangan, serta memanfaatkan lahan-lahan kosong yang ada di perkotaan. Asep mencontohkan jika ada pertanian dalam ruangan di area SCBD atau Mega Kuningan, Jakarta, pelaku bisnis F&B di sekitar wilayah itu bisa mendapatkan suplai produk segar dengan kandungan gizi yang masih tinggi, sambil memangkas biaya distribusi.
Mengatasi tantangan biayaPenerapan teknologi IoT pada sistem hidroponik bukan tanpa kendala. Asep sendiri telah menyadari isu utamanya, yaitu biaya. Salah satu tujuan bercocok tanam sendiri adalah memutus rantai distribusi yang membuat harga sayuran menjadi mahal. Ketika sistem pertaniannya menggunakan automated technology, tentunya di awal pengguna perlu mengeluarkan investasi yang besar. Di laman Indegogo proyek Tanibox, pelengkapan yang diperlukan memang beragam. Selain rumah kaca dan perlengkapan bercocok tanamnya sendiri, peralatan dasarnya antara lain sensor dan komponen untuk mengukur EC dan pH, temperatur dan kelembapan, CO2, cahaya, lampu LED, solenoid valve (katup yang digerakkan oleh energi listrik), saklar, serta microcontroller. Selama setahun belakangan, Asep dan Retno menggunakan dana pribadi dan keuntungan penjualan produk Tanibox untuk dipakai membeli peralatan penelitian. Namun, jika mengandalkan dana yang terbatas, pengembangan sistem indoor and automated farming bisa memakan waktu bertahun-tahun. Itulah alasan kenapa Tanibox membawa proyek ini ke Indiegogo. Selain itu, sangat mungkin jika harga produk akhirnya nanti akan menjadi hambatan bagi masyarakat yang ingin menggunakan sistem indoor and automated farming ini. Asep menuturkan, masalah biaya dan modal awal yang besar untuk berhidroponik secara serius memang tidak bisa dihindari. Akan tetapi ini bisa diminimalkan dengan metode tanam atau sistem hidroponik yang tepat, sehingga benar-benar bisa menghemat listrik dan air. Lalu, Asep menambahkan, memang sebaiknya menanam sayuran-sayuran yang memiliki nilai jual tinggi, atau berusaha menaikkan standar kualitas hasil panennya.
Jika kamu ingin mendukung proyek indoor and automated farming Tanibox, kamu dapat mengunjungi laman Indiegogo berikut ini: The post Efek Internet of Things pada Rumah Kaca Tanibox appeared first on Tech in Asia Indonesia. |
Dota Weekly: 5 Hal yang Wajib Kamu Lakukan Ketika Menjadi Seorang Support Posted: 10 Apr 2016 12:17 AM PDT Peran support terkadang dipandang sebelah mata oleh pemain lainnya. Ada yang beranggapan bahwa support di dalam game MOBA, khususnya Dota 2, hanya memiliki dua tanggung jawab saja, yaitu membeli Observer dan Sentry Wards serta kurir. Padahal, support memiliki tugas yang jauh lebih besar dan bahkan mampu menjadi penentu kemenangan sebuah tim. Apabila kamu mendapatkan peran ini,berikut adalah lima hal yang perlu kamu lakukan supaya anggota tim lainnya bisa mengakuimu sebagai seorang support yang hebat. Membeli Kurir dan MenerbangkannyaDi awal permainan, membeli kurir adalah tugas seorang support. Kamu harus membelinya segera seketika permainan dimulai. Kehadiran kurir sangat penting, terutama untuk memudahkan midlaner kamu mengontrol lane tengah (menggunakan Bottle dan rune) dan mendapatkan barang-barangnya dengan cepat. Tentu kamu bisa membayangkan apabila tidak ada kurir yang bisa digunakan dalam suatu tim, midlaner harus membuang waktu farm untuk berjalan kembali ke markas guna mengambil barang dan meregenerasi HP. Apabila hal ini terjadi, sudah pasti midlaner tim kamu akan tertinggal cukup jauh dengan musuh. Setelah waktu permainan memasuki menit ketiga, terbangkan kurir yang kamu beli untuk mobilitas yang lebih cepat. Memasuki tengah permainan, progres barang akan semakin sering terjadi, baik itu Observer Ward, Smoke of Deceit, atau barang utama sang carry. Supaya mampu mendapatkan barang tersebut dengan cepat sekaligus mengurangi risiko kurir terbunuh, lakukanlah upgrade sehingga kurir dapat mengantarkan barang lebih cepat dan terbang melewati lanskap yang ada. Kehadiran kurir mampu memberikan efisiensi kepada seluruh anggota tim. Sedia Observer Ward dan Sentry Ward Sebelum KalahDalam permainan Dota 2, mengetahui keberadaan musuh adalah hal yang sangat penting. Pada pertandingan kompetitif, beberapa tim mengalami kekalahan hanya karena tidak memiliki kontrol peta yang bagus. Karena "buta" akan di mana kondisi musuh berada, mereka tidak mampu mengantisipasi gank penting yang datang. Sebagai seorang support, sudah tugasmu untuk memberikan vision kepada tim dengan menaruh Observer Ward di tempat yang strategis. Kamu dapat memasangnya secara defensif di area sendiri untuk membuat sang carry bisa farm dengan aman, atau secara ofensif di area musuh untuk merencanakan gank. Kehadiran Sentry Ward juga tidak kalah pentingnya dengan Observer Ward. Apalagi jika kamu sedang menghadapi musuh dengan skill menghilang seperti Riki, Bounty Hunter, atau Weaver, Sentry Ward dapat membatasi pergerakan mereka. Selain itu, Sentry Ward juga berguna untuk menghancurkan Observer Ward milik musuh dan membuat mereka kehilangan kontrol peta. Ingat, jangan pernah membiarkan Observer Ward menumpuk sebanyak empat buah (jumlah maksimal) di markas! Apabila kamu membutuhkan uang untuk membelinya, cukup bertahan hidup selama 60 detik dan 75 Gold (seharga Observer Ward) akan secara otomatis kamu dapatkan. Jangan Pasif, Harus KreatifMeskipun tugas support adalah membantu carry untuk bisa farm dengan aman di lane, namun bukan berarti kamu harus selalu di sana dan membiarkan lane lain kesulitan. Setelah melakukan harass yang cukup untuk memastikan keamanan sang carry untuk farm di safelane, lakukan gank ke lane tengah. Gunakan Smoke of Deceit untuk mendapatkan hasil yang lebih baik. Selain itu daripada hanya mondar-mandir saja, gunakanlah waktumu untuk melakukan stack di hutan. Apabila kamu belum mengerti caranya, pukul creep netral di sekitar detik ke 53 tiap menitnya. Kemudian, giring mereka ke luar kotak spawn yang kini bisa kamu lihat berkat update Spring Cleaning. Stack inilah yang nantinya digunakan oleh carry kamu untuk mendapatkan lebih banyak Gold dan membuatmu selangkah lebih dekat menuju kemenangan. Jangan Pernah Mengambil Farm CarryKetika bermain, saya sering menjumpai support yang mungkin secara tidak sadar sudah mengambil farm milik carry dengan cara melakukan last hit pada creep atau sekadar menyerangnya di lane. Hal ini jelas tidak boleh kamu lakukan ketika bermain sebagai seorang support. Selain memperlambat carry kamu untuk mendapatkan barang utamanya, kamu juga akan mempersulitnya melakukan farm karena lambat laun posisi lane akan maju mendekati Tower musuh. Ya, saya tahu kalau seorang support dalam satu titik juga memerlukan Gold untuk membeli barang, namun mengambil jatah farm carry bukanlah solusi yang tepat. Apabila kamu membutuhkan Gold, inisiasi gank yang berhasil atau lakukan farm di hutan. Nyawa Support Sama Pentingnya dengan CarryBanyak yang beranggapan kalau tidak mengapa support mati akan tetapi carry tetap hidup. Well, pernyataan tersebut memang tidak salah. Namun, pasti akan lebih baik lagi apabila tidak ada yang mati. Pola pikir ini perlu kamu tanamkan, karena siapa pun yang mati, baik itu carry maupun support, akan membuat musuh lebih kaya. Untuk meminimalisir risiko kematian, kamu harus benar-benar memerhatikan pemosisian dalam permainan. Ketika melakukan gank, hati-hati dalam melangkah. Jangan sampai kamu berkelana terlalu jauh hingga memasuki wilayah musuh yang sudah dipasangi Observer Ward. Supaya lebih aman, ajaklah rekan support yang lain untuk menemanimu melakukan gank. Ketika clash terjadi, kamu harus paham akan peranmu di situ. Apabila kamu adalah seorang inisiator, maka lakukan serangan pertama dengan hati-hati. Setelah tim kamu mengikuti, mundur apabila diperlukan. Oleh karena itu, biasanya support yang melakukan inisiasi seperti Ogre Magi dan Crystal Maiden memerlukan Force Staff untuk mobilitas. Jika tugasmu lebih defensif seperti Dazzle atau Omniknight, jangan sampai kamu maju terlalu depan. Ingat, tugasmu adalah melindungi carry untuk tetap hidup. Apabila kamu mati dengan cepat, lantas siapa yang akan melindungi rekan satu timmu yang lain? Menjadi seorang support bukanlah peran yang sepele, bahkan menguasainya bisa lebih rumit dari yang kamu bayangkan. Semoga lima hal di atas dapat membuatmu bermain menjadi seorang support yang lebih baik. Apabila kamu memiliki tip lainnya, jangan pernah sungkan untuk membagikannya pada kolom komentar di bawah ini ya. Selamat menjadi support dan bersiaplah untuk (mungkin) mendapatkan pujian yang berlimpah dari timmu! The post Dota Weekly: 5 Hal yang Wajib Kamu Lakukan Ketika Menjadi Seorang Support appeared first on Tech in Asia Indonesia. |
[Update] 10 Game Tiruan Clash of Clans yang Tidak Kalah Seru Posted: 09 Apr 2016 09:50 PM PDT Update: Nikmati juga daftar di bawah ini dalam format audio visual melalui video di atas! Siapa pun pastinya pernah memainkan atau setidaknya mendengar nama Clash of Clans. Game strategi yang berulang kali menghiasi deretan sepuluh besar game terlaris di App Store dan Google Play ini memang masih belum ada yang bisa mengalahkan. Wajar jika kemudian ada beberapa developer tertarik untuk membuat tandingan Clash of Clans dengan grafis dan gameplay yang kadang tampil lebih baik, demi mengejar popularitas game buatan Supercell tersebut. Walaupun terkadang kesamaan gameplay meninggalkan kesan “meniru” yang konotasinya negatif, namun beberapa di antara game tersebut sebetulnya tidaklah terlalu jelek untuk dimainkan. Bahkan tak sedikit pula di antaranya yang memiliki gameplay sangat seru, sehingga sayang sekali untuk dilewatkan keberadaannya. Oke, tanpa perlu panjang lebar lagi, berikut adalah beberapa alternatif game Clans of Clash yang menarik untuk kamu mainkan. Enjoy! Kami telah memperbarui daftar ini mengeluarkan beberapa game lama yang sudah kurang begitu populer seperti Call of Duty Heroes, Total Conquest, Second Earth, Cloud Riders, dan lainnya. Castle Clash
Hingga saat ini Castle Clash masih menjadi salah satu game strategi terlaris yang bisa kamu temukan di Android. Bahkan saking larisnya, Castle Clash saat ini telah dibuat ke dalam lima belas versi dengan bahasa yang berbeda-beda (termasuk juga edisi bahasa Indonesia). Besarnya jumlah unduhan Castle Clash sendiri tak lepas dari keberhasilannya mencuri start beberapa bulan sebelum Supercell merilis Clash of Clans di Android. Walaupun mirip dengan Clash of Clans, namun setidaknya Castle Clash unggul dari segi inovasi kecil yang membolehkan kamu untuk menyimpan unit perang yang tersisa dari perang sebelumnya. Dengan ini kamu jadi tak perlu repot memproduksi banyak pasukan untuk kebutuhan perang berikutnya. SiegefallSiegefall adalah game RTS dari Gameloft yang hadir untuk meramaikan kerasnya persaingan game strategi ala Clash of Clans di mobile. Beruntung lewat Siegefall, Gameloft saya anggap telah berhasil menghadirkan beberapa inovasi menarik yang menjadikannya salah satu game hibrida RTS dengan game kartu paling unik di iOS dan Android. Siegefall memiliki mekanisme penerjunan pasukan yang jauh lebih simpel dibandingkan Clash of Clans. Di tengah-tengah pertempuran, kamu bahkan juga bisa mendatangkan cadangan pasukan baru dengan cara membayarkan sejumlah "daging" yang diperlukan. Tak hanya itu saja, di sini kamu juga diberikan beragam kartu sihir yang bisa digunakan untuk meratakan gerbang depan istana musuhmu. Aksi pengepungan kastil tak pernah seseru permainan Siegefall. Star Wars Commander
Semenjak Star Wars jatuh ke tangan Disney, serial film sains fiksi ini telah diadaptasi ke berbagai jenis game mobile, salah satunya adalah game strategi ala Clash of Clans yang membolehkanmu berpihak kepada faksi pemberontak maupun Empire. Star Wars Commander sendiri adalah gambaran yang menarik tentang bagaimana seandainya game Clash of Clans diadaptasikan ke dalam pertempuran galaksi Star Wars yang fenomenal. Meski sebagian besar gameplay yang game ini tidak terlalu orisinal, namun hal tersebut tidak menyurutkan animo para penggemar Star Wars untuk bergegas memihak kubu mana yang mereka sukai. Samurai SiegeMenulis daftar game strategi ala Clash of Clans belum lengkap rasanya jika saya tidak menyertakan game penantang Clash of Clans yang satu ini. Dengan mengusung tema samurai dan ninja, Samurai Siege menghadirkan nuansa pertempuran oriental yang cukup berbeda namun sangat familier bagi para pemain Clash of Clans. Yang menarik, pembuatan Samurai Siege juga melibatkan mantan pemain terbaik Clash of Clans bernama Jorge Yao yang kini menjadi salah satu bagian dari Space Ape Games. Tak ingin berpuas diri dengan keberhasilan Samurai Siege, kini Space Ape Games juga mengembangkan sebuah game RTS baru yang melibatkan karakter dari animasi Transformers. Rival Kingdoms: Age of Ruin
Persaingan game strategi ala Clash of Clans di daftar ini menjadi semakin seru dengan kedatangan Rival Kingdoms: Age of Ruin yang dibawakan oleh developer Space Ape Games, kreator dari game Samurai Siege. Tidak seperti Samurai Siege, Rival Kingdoms mengambil tema fantasi dengan latar belakang abad pertengahan yang terinspirasi dunia Middle Earth dari film The Lord of the Ring. Yang menarik, dalam Rival Kingdoms: Age of Ruin kamu juga bisa mengeluarkan kemampuan khusus dari para dewa dan monster legendaris dikenal dengan sebutan Ancients. Dengan banyaknya jumlah Ancients yang tersebar di berbagai belahan negeri Estara (dunia Rival Kingdoms), kamu juga diberikan mode single player campaign, di mana kamu akan bertualang memerangi musuh-musuhmu demi mendapatkan Ancients yang penting untuk pertempuran multiplayer dalam Rival Kingdoms: Age of Ruin. Review Rival Kingdoms: Age of Ruin – Clash of Clans Versi Lebih Dewasa DomiNationsDomiNations merupakan salah satu dari sekian game RTS mobile yang paling saya favoritkan dalam daftar ini. DomiNations sendiri mengadopsi gaya permainan Clash of Clans dan menggabungkannya dengan elemen historis layaknya Rise of Nations, game strategi bernuansa peradaban bangsa yang begitu terkenal di PC sekitar satu dekade silam. Lewat DomiNations kamu akan bertempur sambil membangun kota pertahananmu lewat pemilihan satu dari sekian perkembangan era peradaban yang ada. Mulai dari zaman batu, hingga era teknologi penjelajahan luar angkasa. Tak hanya itu saja, kamu bahkan juga bisa memakai tokoh berpengaruh seperti Cleopatra, Alexander Agung, Nobunaga, dan Napoleon untuk memimpin pasukan kamu di medan perang. Review DomiNations – Kuasai Peradaban Dunia Dari Masa Ke Masa Age of Empire: Castle ClashSekilas dari membaca namanya saja, kamu mungkin sudah bisa menebak bahwa game buatan Smoking Gun Interactive ini menjual nama Age of Empire sebagai daya tarik utamanya. Lewat pemilihan bangsa yang menjadi ciri khas Age of Empire sebelumnya, Age of Empire Castle Clash hadir menjadi lawan yang setimpal untuk disandingkan bersama DomiNations. Kamu bisa memilih karakter sejarah perang salib seperti Saladin, raja Richard the Lionheart, bahkan Joan of Arc untuk menggempur markas lawanmu di sini. Bagian terbaiknya lagi, kamu juga bisa melanjutkan permainanmu dari perangkat Windows Phone ke komputer berbasis Windows 8. Windows Phone Link: Age of Empire: Castle Clash, Gratis Warhammer: The Horus Heresy – Drop Assault
Menyebut The Horus Heresy: Drop Assault sebagai game yang menghadirkan fan-service saya rasa bukanlah hal yang salah. Meskipun menjadi sebuah game RTS bergaya Clash of Clans, namun saat itu The Horus Heresy: Drop Assault adalah game mobile Warhammer 40K pertama yang mengangkat konflik The Horus Heresy, dan hasilnya sama sekali tidak mengecewakan. Drop Assault sendiri mengambil cerita tentang perang yang terjadi di galaksi Istvaan System antara dua faksi Space Marines dari kelompok pasukan Warhammer. Di sini kamu bisa memilih sebagai Loyalist yang masih setia kepada sang Emperor atau bergabung dengan pembelot pimpinan Warmaster Horus yang menjadi cikal bakal faksi Chaos Marines di Warhammer 40K. Empire and AlliesEmpires & Allies dulu merupakan salah satu dari sekian game keluaran Zynga yang begitu populer di Facebook. Setelah sempat hilang beberapa tahun dari peredaran, Zynga lalu menghidupkan game tersebut dengan gameplay RTS bertema modern yang sekilas sepertinya terinspirasi dengan Command & Conquer: Generals. Seperti game Command & Conquer, di sini kamu memimpin sepasukan tentara modern lengkap dengan berbagai senjata mutakhir seperti tank, roket, bom nuklir, hingga satelit penghancur. Tak hanya itu saja, Empires & Allies juga memiliki beberapa fitur sosial yang biasa ditemukan pada game strategi dengan mekanisme Clash of Clans, sehingga kamu yang familer dengan game semacam ini pasti dengan mudah menikmati permainannya. Plunder PirateSeolah tak ingin ketinggalan mengarungi arus persaingan game RTS ala Clash of Clans di mobile, Rovio kali ini bertindak sebagai penerbit dari game indie berjudul Plunder Pirate bikinan Midoki. Lewat Plunder Pirate, developer Midoki mengajakmu untuk menyisihkan lengan baju dan beranjak menjadi kapten bajak laut yang tak gentar merompak bajak laut lainnya. Plunder Pirates sendiri memiliki grafis yang sangat terpoles dan begitu menawan. Dengan kombinasi penampilan serta tema bajak lautnya yang begitu unik dan berbeda, kamu juga diajak untuk mengarungi lautan untuk menemukan harta karun melalui pilihan mode single player dan merampok pemain lain dalam mode multiplayer. The post [Update] 10 Game Tiruan Clash of Clans yang Tidak Kalah Seru appeared first on Tech in Asia Indonesia. |
You are subscribed to email updates from Tech in Asia Indonesia. To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
Google Inc., 1600 Amphitheatre Parkway, Mountain View, CA 94043, United States |
No comments:
Post a Comment