Game Di Indonesia |
- Video Game dan Perempuan – Mematahkan Stigma Hiburan “Khusus” Laki-Laki
- Nostalgia Review Theme Hospital – Ubah Penyakit Jadi Profit
- 9 Game Roguelike untuk Orang Sibuk Terbaik Versi Tech in Asia Indonesia
- Riset Membuktikan Video Game Mampu “Meremajakan” Otak Manula
- Android dan iOS Akan Kebagian Game Survival ala Rust dengan Grafis Menawan
Video Game dan Perempuan – Mematahkan Stigma Hiburan “Khusus” Laki-Laki Posted: 07 May 2016 07:00 PM PDT Entah mengapa bermain game masih identik dengan kegiatan yang dilakukan kaum Adam. Namun, bagi seorang gamer perempuan seperti saya, bermain game sama pentingnya dengan berkumpul bersama teman di sela-sela kesibukan. Bermain game adalah kegiatan yang membuat saya tetap ‘waras’ di tengah gilanya tugas dan drama perempuan. Sedari kecil, saya sudah merasakan perbedaan perempuan dan laki-laki dalam urusan gaming. Dulu sambil menunggu ibu selesai mengajar di kampusnya, saya seru sendiri di depan komputer sambil bermain Chip's Challenge atau SkiFree. Saya ingat betapa seringnya rekan kerja ibu bertanya keheranan mengapa anak perempuan suka main game. Di rumah, ketika kakak dan sepupu laki-laki saya bermain SNES atau Nintendo, saya cuma bisa ikut menonton. Hingga PlayStation, console pertama dan satu-satunya yang menjadi hadiah dari orang tua saya, ada di rumah. Saya baru ikut bermain Metal Slug, Time Crisis, Virtua Cop 2, Metal Gear Solid, dan lainnya. Game online dan anak perempuanSetelah masa PlayStation, saya menemukan keseruan bermain Ragnarok Online. Saat itu, saya bersama sepupu laki-laki yang sama-sama masih SD sering pergi ke warung internet (warnet), rajin mengambil paket enam jam dan rela menghabiskan entah berapa rupiah untuk membeli voucer Ragnarok Online. Walaupun lama-lama mulai merasakan keanehan karena di beberapa warnet yang saya kunjungi tidak ada perempuan lainnya, saya tetap bermain Ragnarok Online hingga awal SMP. Gaming online pun berhenti total semenjak melihat ibu sedih karena saya, anak gadis bungsunya, selalu pulang sore karena terus bermain game di warnet. Di sisi lain, ada rasa tidak diperlakukan adil karena sepupu laki-laki saya tidak dimarahi sama sekali. Mungkin saya masih terlalu kecil atau orang tua saya masih berpikiran konvensional. Namun, sejak saat itu, saya jadi selalu bertanya-tanya: "Apa anak laki-laki tidak dicap negatif dan lebih leluasa bermain game? Atau semua orang tua punya stigma buruk tentang gaming dan anak perempuan?" Di tengah para lelakiSeiring bertambah usia, kegiatan gaming mulai saya lakukan di rumah saja, itu pun secara diam-diam. Saya jarang sekali menemukan perempuan yang suka bermain game juga. Seperti yang dikatakan Nixia dari NXA Ladies di TalkShow Tech in Asia Indonesia, masih banyak gamer perempuan yang malu dan tidak berani menunjukkan kemampuan gaming mereka di luar karena mungkin pernah diledek oleh gamer lelaki. Setelah masuk dunia perkuliahan, saya mulai membuka diri tentang hobi gaming ini. Ternyata menjadi gamer perempuan tidak seaneh yang saya takutkan. Bahkan, ada keuntungan tersendiri karena jumlah teman laki-laki saya bertambah sejak mereka tahu saya suka game juga. Saya seringkali berada di tengah para lelaki. Kehadiran saya membuat heboh seisi rumah kontrakan teman-teman lelaki ketika ikut nimbrung main game. Entah saat itu mereka sedang bermain FIFA, Pro Evolution Soccer, Street Fighter, atau game lainnya. Mereka selalu membagi controller dan tidak pernah mengejek cara bermain saya. Sedangkan, untuk bermain bersama teman-teman perempuan, saya lebih memilih permainan kooperatif yang kocak dan tidak ribet. Misalnya Rayman Legends, LEGO Marvel Superheroes, atau Keep Talking and Nobody Explodes. Tiga permainan ini bisa menguji pertemanan dan vokal para perempuan. Ya, uji vokal, karena tawa, teriakan, dan sumpah serapah kami ternyata lebih heboh dari para lelaki. Ketika gaming didukungKetika mulai bekerja sebagai penulis game untuk Tech in Asia Indonesia, orang tua saya bingung dan hingga kini masih suka melontarkan dua pertanyaan: "Memang bisa modal suka bermain game dan menulis jadi sebuah pekerjaan?" dan "Teman kantormu laki semua dong?" Itulah pekerjaan saya dan dengan membuktikan bahwa kegiatan gaming tidak selamanya negatif, saya berhasil membuat orang tua dan keluarga mulai mendukung kegiatan gaming ini. Bahkan orang tua saya ikut menonton saya dan cucunya bermain game untuk bahan tulisan game yang cocok dimainkan bersama anak-anak.
Di sisi kehidupan sosial, menghilang beberapa hari untuk bermain game bukanlah hal yang biasa dilakukan di lingkungan perempuan. Untungnya, teman-teman saya pengertian dan punya jawaban candaan yang berbeda tiap kali orang lain bertanya kemana saya menghilang. "Lagi jadi sipir," muncul ketika saya mengatur para napi di Prison Architect, "Lagi jadi walikota," ketika sedang mengatur kota di Cities Skyline, "Lagi antar barang ke Belanda,"saat lupa waktu main Euro Truck Simulator 2, hingga "Lagi jadi penjahat," ketika saya ketahuan iseng menembaki orang di GTA V. Sebagai gamer perempuan, saya juga sering jadi sasaran utama curahan hati teman-teman yang punya pacar seorang gamer. Sudah tak terhitung berapa jumlah perempuan yang merasa sedih karena merasa dinomorduakan dengan Dota 2 atau game lainnya. Di sini, saya harus menjadi 'penjinak' kesedihan mereka dengan menceritakan kehidupan seorang gamer. Intinya, saya berpesan untuk para gamer perempuan di luar sana. Janganlah malu untuk terus bermain game dan menunjukkan pada lingkungan sekitar apa yang kamu suka. Apapun itu pilihan game kamu, mulai dari seri The Sims, Dota 2, atau Metal Gear Solid. Karena siapa tahu masa depanmu, termasuk pekerjaan ada di dunia gaming, kan? (Diedit oleh Mohammad Fahmi; Sumber gambar: Vincent Milum Jr) The post Video Game dan Perempuan – Mematahkan Stigma Hiburan “Khusus” Laki-Laki appeared first on Tech in Asia Indonesia. |
Nostalgia Review Theme Hospital – Ubah Penyakit Jadi Profit Posted: 07 May 2016 03:00 AM PDT Game simulasi selalu saya tunggu kehadirannya di akhir tahun 90-an. Setelah sukses membuat game simulasi membangun taman hiburan di Theme Park, Bullfrog kembali menghadirkan game simulasi yang unik berlatar di rumah sakit, Theme Hospital. Theme Hospital dirilis tahun 1997 oleh Electronic Arts untuk PC. Theme Hospital merupakan game dengan humor kelam yang tampaknya wajib dimainkan para pecinta game simulasi pada masa itu. Misi utamanya adalah pengelola rumah sakit, tugasmu adalah membangun rumah sakit terbaik dengan fasilitas lengkap. Mengingat kini sudah tidak ada lagi game simulasi manajemen rumah sakit, mari kita lihat kembali bagaimana cara bermain Theme Hospital. Masih serukah jika Theme Hospital dimainkan sekarang? Simak ulasan selengkapnya di bawah ini. Bangun fasilitas pertamamuAwal bermain Theme Hospital, pemain akan disuguhi dengan tutorial singkat tentang apa yang dibutuhkan di sebuah rumah sakit baru. Cukup letakkan meja resepsionis, bangun ruangan untuk praktik dokter umum, dan sediakan farmasi untuk mengolah obat-obatan pasien. Setelah itu, pemain akan dibebaskan berkreasi membangun rumah sakitnya. Menentukan letak ruangan, fasilitas penunjang kebutuhan pasien selama menunggu, dan memilih pekerja untuk tiap ruangan di rumah sakit. Tidak lupa, kamu juga harus mengambil keputusan di saat genting. Sewaktu kecil saya masih bingung harus berbuat apa, karena tidak ada layar yang menunjukkan misi saya saat itu. Di awal setiap level hanya ada sebuah tulisan panjang tentang berapa profit yang harus kamu dapatkan, pasien yang harus disembuhkan, atau reputasi baik yang menjadi targetmu. Jika kriteria ini tidak dibaca baik-baik misimu bisa gagal. Jika dimainkan lagi sekarang, saya sudah bisa membayangkan ruangan apa yang harus saya bangun pertama kali, kemana saja tujuan pasien ketika masuk rumah sakit, serta apa yang diperlukan pasien dan karyawan saya. Intinya, bagaimana mengubah penyakit jadi profit. Desain grafis mendetailSaya yang saat memainkannya masih SD terkagum-kagum dengan grafis yang disajikan Theme Hospital. Begitu detail Bullfrog menggambarkan setiap objek dan orang yang ada. Bentuk pasien pun mendetail, mulai dari perempuan, laki-laki, kulit hitam, putih, kuning, dan pakaian serta aksesoris yang dikenakan mereka. Sayangnya bentuk pasien, dokter, penjaga gedung, dan resepsionis di rumah sakit ini tidak banyak variasinya, semua terlihat hampir sama. Terkadang kemiripan para dokter membuat saya bingung, siapa dokter yang bertugas di ruang praktik, diagnosis, dan psikiatri. Dengan sudut pandang kamera isometrik yang tidak bisa diputar, saya sempat kebingungan meletakkan berbagai objek di balik tembok. Namun untungnya antar muka yang baik di dalam game menjadikan hal ini bukan masalah berarti. Jika kamu mengarahkan kursor, akan terlihat berbagai informasi tentang objek tersebut. Jadi, pemain juga bisa melihat detail pekerjaan dan aktivitas yang akan dilakukan orang-orang di rumah sakit. Seperti game simulasi lainnya, di Theme Hospital kamu juga bisa mengikuti satu orang dan menentukan pergerakannya. Ledakkan kepala pasienPenyakit yang kamu temui pada pasien di Theme Hospital bukanlah penyakit biasa. Ada yang seluruh badannya menghilang hanya terlihat pakaiannya saja, kepalanya membesar, lidahnya bengkak dan terjulur keluar, sindrom Elvis Presley, serta beragam penyakit absurd lainnya. Awalnya mungkin kamu akan merasa aneh, penyakit apa yang diderita orang-orang ini? Lalu, kamu akan mendapatkan faksimile yang berisi detail penyakit baru yang berhasil dianalisis oleh doktermu. Setelah mendapatkan pesan tersebut rumah sakit akan mengambil tindakan atas penyakit yang didierita pasien. Cara penyembuhannya juga unik. Tidak hanya disuntik atau minum obat saja, pasien di rumah sakitmu juga meminta kepalanya diledakkan atau kakinya dipatahkan agar kembali sehat. Memang terdengar tidak masuk akal, tapi di sinilah unsur kocak Theme Hospital yang membuat saya rindu ingin memainkannya kembali. Suara-suara khas di tengah bencanaSelama bermain, kamu akan mendengar suara panggilan resepsionis yang sangat khas dan kocak. Pengumuman seperti "Patient are asked not to die in the corridor" dan "Patients, please keep your germs to yourself" berhasil membuat saya tertawa sepanjang permainan. Jangan harap rumah sakitmu akan berjalan mulus tanpa kendala. Selayaknya rumah sakit di dunia nyata, akan ada berbagai kejadian gawat darurat yang membawa banyak pasien berdatangan dalam satu waktu. Kamu harus menangani mereka secara cepat. Selain itu, ada juga momen acak dalam game yang membuat suatu penyakit menyebar di rumah sakitmu. Semua orang mulai mual dan muntah di koridor dan membuatnya tak sedap dipandang mata. Bencana alam seperti gempa bumi pun bisa mengguncang rumah sakitmu dan membuat alat-alat rusak. Suatu waktu kamu juga akan mendapat pengunjung spesial, seperti wali kota, artis, atau presiden. Mereka akan berjalan memantau keadaan rumah sakitmu dan menilainya. Semakin baik kondisi rumah sakit, maka semakin banyak pula hadiah yang kamu dapatkan dari mereka. Semua kejadian tak terduga itu yang membuat Theme Hospital semakin menantang. Membuat saya memutar otak untuk memperbaiki alat kedokteran, menyembuhkan pasien, dan mempekerjakan pegawai tambahan. Namun, ingat awasi pengeluaranmu dan jangan sampai bangkrut. Paket manajemen komplitSelain mengurus letak ruangan, interior, dan peralatan yang ada dalam rumah sakit, sebagai pengelola kamu jelas harus mengamati unsur manajemen rumah sakitmu yang cukup mendetail. Di sinilah sistem manajemenmu diuji. Pantau gaji karyawan, prioritas riset, dan kondisi finansial rumah sakit. Setiap level permainan, kamu bisa meminjam uang dari bank dan membeli bangunan kosong baru untuk melebarkan rumah sakitmu. Harganya pun cukup mahal, jadi pastikan rumah sakitmu sudah berjalan dengan surplus yang cukup untuk membeli bangunan baru. Riset juga harus diatur, karena jika kamu tidak memiliki alat yang mumpuni untuk mendeteksi penyakit pasien, maka pasien tersebut bisa-bisa meninggal di koridor rumah sakitmu tanpa penanganan lebih lanjut. Perhatikan juga tingkat kelelahan pegawai, sediakan ruangan yang cukup besar untuk tempat beristirahat para staf. Theme Hospital menyajikan manajemen simulasi yang cukup kompleks dan mendalam. Walaupun setelah berhasil melewati satu level pemain akan dipindahkan ke rumah sakit lainnya yang lebih menantang, saya rela menghabiskan waktu berjam-jam membuat rumah sakit dengan manajemen sempurna. KesimpulanBullfrog berhasil menyajikan simulasi mengelola rumah sakit dalam balutan humor yang menyegarkan dalam Theme Hospital. Tidak heran, saya masih mengingat betapa menyenangkannya bermain game ini lima belas tahun yang lalu. Meskipun grafisnya tidak sempurna dan animasinya tampak biasa saja. Sisi simulasi manajemen Theme Hospital patut dipuji dan dikenang. Mengingat hampir tidak ada game simulasi jaman sekarang yang berlatar rumah sakit, Theme Hospital masih menyenangkan untuk dimainkan sekarang. Jika tertarik memainkannya kembali, kamu bisa mendapatkan Theme Hospital di situs Origin atau GOG.com dengan harga mulai dari sekitar Rp66.000 hingga Rp78.000. Untuk memainkannya dengan balutan grafis yang lebih dan resolusi tinggi, kamu cukup menjalankannya lewat aplikasi CorsixTH yang bisa didapatkan secara gratis. GOG.com: Theme Hospital, US$5 (sekitar Rp66.712) Origin: Theme Hospital, US$5,9 (sekitar Rp78.720) Situs GitHub: CorsixTH, Gratis (Diedit oleh Pradipta Nugrahanto) The post Nostalgia Review Theme Hospital – Ubah Penyakit Jadi Profit appeared first on Tech in Asia Indonesia. |
9 Game Roguelike untuk Orang Sibuk Terbaik Versi Tech in Asia Indonesia Posted: 06 May 2016 11:00 PM PDT Sebagai penggemar game yang juga memiliki kehidupan di luar gaming, saya kadang susah mencari waktu untuk bisa duduk dengan santai dan bermain. Dalam sehari, saya mungkin hanya bisa bermain selama sejam di waktu luang, sedangkan sekarang ada banyak game besar yang menyombongkan waktu bermain yang lama dan dunia yang luas. Ada pula game kasual yang bisa dimainkan lima menit saja, tetapi permainan seperti itu terasa kurang memuaskan. Saya juga ingin memainkan game serius dengan permainan yang dalam walaupun tidak memiliki banyak waktu. Genre roguelike ternyata memiliki banyak pilihan untuk mengatasi dilema ini. Mengambil nama dari game dungeon-crawling tahun 1980-an yang berjudul Rogue, istilah roguelike telah digunakan untuk menjelaskan berbagai macam game dengan permainan yang berbeda-beda. Yang pasti, elemen yang selalu ada dalam sebuah roguelike di antaranya adalah level yang dibuat secara acak atau prosedural oleh komputer, kematian dalam game yang bersifat permanen, dan tingkat kesulitan yang cukup tinggi. Karena levelnya dibuat acak, game jenis ini bisa dimainkan berkali-kali tanpa merasa bosan. Kematian permanen, yang menyebabkan pemain harus mengulang lagi dari awal jika kalah juga dapat memberikan ruang untuk berhenti bermain. Karena itu saya menganggapnya cocok untuk dimainkan oleh mereka yang ingin bermain game menantang, tetapi tidak bisa bermain selama berjam-jam dalam satu sesi. Berikut adalah beberapa game dengan elemen roguelike yang saya rasa wajib untuk dicoba. FTL: Faster Than LightPlatform: PC, Mac, Linux, iOS Sejak dirilis pada tahun 2012, FTL telah menjadi salah satu game indie berelemen roguelike yang paling terkenal. Dalam game simulasi ala Star Trek ini, kamu mengontrol sebuah kapal antariksa dalam misinya mengirimkan sebuah pesan penting ke pusat federasi. Selama perjalanan, kapalmu akan diserang oleh alien dan bahaya dari luar angkasa. Untuk bisa selamat sampai tujuan, kamu harus bisa menjaga kapalmu agar cukup kuat melawan rintangan yang makin sulit. Kemampuan mengendalikan risiko dan melancarkan strategi yang baik dalam setiap pertarungan menjadi kunci untuk bisa bertahan hidup. Satu sesi permainan bisa berlangsung hanya selama satu atau dua jam. Dalam waktu itu kamu sudah bisa memenangkan level terakhir … atau mati sebelum bisa mencapainya. Ada begitu banyak cara untuk mati dalam FTL. Kapalmu bisa hancur karena serangan lawan, awakmu terkepung oleh tentara alien, atau pasokan oksigenmu bisa dirusak hingga semua awakmu mati sesak. Tetapi dengan setiap kematian, kamu akan belajar cara baru untuk bisa bertahan hidup yang akan membantumu dalam percobaan selanjutnya. Review FTL: Advanced Edition – Saat Kehancuran Menjadi Bagian dari Kesenangan Steam Link: FTL: Faster Than Light, Rp. 89.999 Invisible Inc.Platform: PC, Mac, Linux, PS4 Dalam game strategi ini, kamu merupakan seorang operator dari sebuah instansi espionase bernama Invisible Inc. Tugasmu adalah mengontrol gerak-gerik para mata-mata ketika menyusup ke dalam gedung-gedung korporasi. Setiap korporasi memiliki sistem keamanan yang ketat, seperti armada satpam yang terlatih, berbagai robot-robot canggih, dan tentu saja, kamera CCTV. Kamu harus berhati-hati saat menggerakkan mata-matamu, karena satu kesalahan gerak bisa berakibat fatal. Semua level pada Invisible Inc. terjadi di suatu lantai gedung yang dibuat secara acak. Untuk bisa selamat, kamu tidak bisa menghafal apa pun, hanya pelajari taktik terbaik untuk melewati rintangan tertentu. Level-level pertama mungkin bisa dilewati dengan mudah, tetapi ketika permainan mulai sulit, keamanan makin ketat, dan risiko makin tinggi, kamu harus lebih berhati-hati. Satu level yang sulit bisa membutuhkan sampai satu jam, dan setelah sukses melewatinya, kemungkinan besar kamu akan merasa sudah cukup puas bermain pada sesi itu. Review Invisible, Inc. – Aksi Mata-Mata Penuh Bahaya Steam Link: Invisible, Inc., Rp. 135.999 PlayStation Store (US): Invisible Inc., US$19,99 (sekitar Rp267.000) DownwellPlatform: PC, PS4, Android, iOS Downwell bisa disebut kombinasi platformer, shooter, dan arcade. Kamu melompat masuk ke dalam suatu lubang yang dipenuhi monster serta rintangan, dan dengan bantuan sepatu bot yang juga berfungsi sebagai pistol, berusaha mencapai hingga sedalam-dalamnya. Berbeda dengan FTL maupun Invinsible Inc. yang membutuhkan banyak strategi, Downwell bisa dimainkan dengan cepat dan tanpa harus banyak berbasa-basi. Lompat, lompat, tembak, jangan sampai mati. Bagi mereka yang ingin menyusun strategi, Downwell juga memiliki berbagai macam upgrade yang bisa dikombinasikan dengan bebas. Pemain yang baik juga pasti akan mengenali berbagai taktik untuk melewati rintangan tertentu. Kebebasan dalam cara melewati rintangan, aksi yang cepat, dan, tentu saja, level yang dibuat secara acak, menyebabkan Downwell bisa dimainkan berkali-kali walaupun cakupannya tidak terlalu besar. Review Downwell – Pantang Pulang Sebelum Menyentuh Dasar Jurang! Steam Link: Downwell, Rp. 12.999 Nuclear ThronePlatform: PC, Mac, Linux, PS4, PS Vita, Xbox One Nuclear Throne merupakan shoot-em-up yang berlatar dunia pascakiamat. Dalam game ini kamu memilih menjadi salah satu dari sekian banyak jenis monster mutan, lalu dengan menggunakan berbagai macam pistol dan senapan, kamu harus menembak, mendobrak, dan membawa kehancuran level demi level untuk akhirnya bisa mencapai singgasana nuklir. Tapi tentunya tidak semudah itu, karena setiap level juga diisi dengan berbagai mutan yang siap menembakmu balik. Mati itu mudah, hidup itu tantangan. Aksi dalam Nuclear Throne cepat dan dipenuhi dengan hujan peluru, tetapi ada banyak taktik yang bisa digunakan di sini. Mutan yang bisa dimainkan bermacam-macam dan tiap jenisnya memiliki kemampuan yang berbeda-beda. Keragaman senjata juga hadir dengan tipe amunisi yang berbeda. Belum lagi jika ditambahkan dengan berbagai upgrade, atau mutasi yang bisa diambil. Mengombinasikan semua elemen ini penting, tetapi begitu juga kemahiranmu bergerak. Tantangan besar, adrenalin tinggi, dan kematian berulang-ulang. Cocok dimainkan sedikit demi sedikit, tapi Nuclear Throne akan menarikmu untuk terus mencoba. Review Nuclear Throne – Kiamat Sudah Lewat Steam Link: Nuclear Throne, Rp. 99.999 PlayStation Store (US): Nuclear Throne, $11,99 (sekitar Rp170.000) Sunless SeaPlatform: PC, Mac, Linux Beberapa tahun sebelum ceritamu dimulai di Sunless Sea, pada era kekuasaan Victoria, London dijatuhkan ke bawah tanah. Kota yang tadinya menjadi pusat dunia sekarang hidup dalam kegelapan dan ditemani oleh setan, orang mati, dan berbagai makhluk yang sebelumya tidak pernah dianggap ada. Sungai Thames sekarang mengalir ke lautan gelap misterius yang bernama Unterzee. Dalam Sunless Sea, kamu merupakan seorang nakhoda dari London yang menjelajahi lautan bawah tanah ini. Pada awal perjalananmu, petamu kosong dan Unterzee diisi dengan makhluk dan pulau-pulau misterius yang posisinya ditentukan secara hampir acak. Untuk bisa tumbuh, kamu harus berani mengambil risiko dan menjelajahi lautan ini. Tidak ada banyak pertarungan di Sunless Sea dan hampir seluruh game diceritakan melalui tulisan dan pilihan, tetapi ada berbagai macam cara untuk mati. Di antara berbagai bahaya Unterzee, London merupakan dermaga teraman, pusat perdagangan, sekaligus awal dan akhir dari semua perjalananmu. Kamu bisa membatasi satu sesi permainan dengan dimulai dari situ, dan selesai saat kamu kembali sampai ke rumah. Tergantung dari seberapa banyak yang bisa kemu jelajahi, ini hanya akan membutuhkan sekitar satu sampai dua jam. Review Sunless Sea – Romansa Seorang Penjelajah di Lautan Gelap yang Mematikan Steam Link: SUNLESS SEA, Rp. 129.999 The Flame in the FloodPlatform: PC, Mac, Xbox One The Flame in the Flood merupakan game survival dengan grafis menawan. Dalam game ini kamu berperan sebagai seorang gadis cilik yang berusaha bertahan hidup di bantaran sungai liar Amerika. Walaupun terlihat indah dan tenang, alam liar ini bisa berbahaya bagi seorang anak. Untuk bisa bertahan, kamu harus mampu mengumpulkan sumber daya dan mengatur pemakaiannya agar bisa hidup lebih lama. Berbeda dengan game survival kebanyakan, kamu tidak bisa hanya berdiam diri di suatu tempat. Kamu harus terus mengarungi sungai untuk mencari suaka dan sumber daya yang baru. Setiap area dalam The Flame in the Flood tidak terlalu besar, tetapi isinya berbeda-beda dan dibuat secara acak. Penyelesaian suatu area bisa dijadikan titik pembatas antara satu sesi bermain dengan yang lainnya. Review The Flame in the Flood – Angin Segar untuk Genre Survival Steam Link: The Flame in the Flood, Rp. 135.999 Xbox Store: The Flame in the Flood, US$19,99 (sekitar Rp267.000) Crypt of the NecrodancerPlatform: PC, Mac, Linux, PS4, PS Vita Crypt of the Necrodancer mungkin adalah game dengan kesan Rogue paling klasik dalam daftar ini, dengan satu elemen yang unik. Kamu menjelajahi sebuah dungeon dengan gerakan bergilir antara kamu dan berbagai musuh yang menghuni tempat ini. Tetapi berbeda dengan game turn-based sejenisnya, kamu harus bergerak seirama dengan musik! Musik dalam Crypt of the Necrodancer sangat asyik untuk didengar dan diikuti. Jika kamu ingin sensasi yang baru, tersedia juga soundtrack dalam versi EDM, metal, retro, dan synthwave. Kamu juga bisa menggunakan musikmu sendiri dan game akan berusaha mendeteksi iramanya secara otomatis. Level dalam Crypt of the Necrodancer terbagi menjadi beberapa zona yang makin lama menjadi semakin sulit. Ketika kamu masuk ke dalam satu zona, pintu untuk langsung melompat ke situ dari menu awal akan dibuka. Fitur ini mempermudah pemain yang kewalahan jika harus langsung berpacu dari awal hingga akhir tanpa mengurangi tingkat kesulitan. Steam Link: Crypt of the NecroDancer, Rp. 115.999 PlayStation Store (US): Crypt of the Necrodancer, US$14,99 (sekitar Rp200.000) The Binding of IsaacPlatform: PC, Mac, Linux, PS4, PS Vita, New 3DS, Wii U, Xbox One Mohammad Fahmi – The Binding of Isaac adalah sebuah game gila yang diciptakan oleh Edmund McMillen, salah satu kreator Super Meat Boy. Layaknya game roguelike pada umumnya, The Binding of Isaac memiliki tingkat kesulitan tinggi dengan waktu main relatif seberapa ahli kamu bertahan hidup. Dan layaknya game dari Edmund McMillen, banyak visual cukup menjijikan dan mengerikan di sini, terlebih tema yang diusung game ini sangat kental dengan unsur religi dan kekerasan pada anak. Kamu akan berperan sebagai Isaac, seorang bocah bugil yang melarikan diri ke bawah tanah rumahnya sampai menuju neraka demi melarikan diri dari ibunya sendiri yang ingin membunuhnya. Senjata utama Isaac hanyalah air mata yang dia keluarkan, tapi jangan khawatir, karena berbagai power-up bisa membuat air mata Isaac menjadi bom dengan ledakan tinggi dan penuh racun. Dengan konsep yang simpel, The Binding of Isaac menawarkan pengalaman bermain yang begitu menyenangkan dan penuh tantangan. Selain itu game ini juga memiliki banyak sekali konten yang membuat hampir tiap sesi permainan diisi hal baru. Versi orisinal dari The Binding of Isaac tersedia untuk PC dan Mac dengan grafis bergaya vektor. Ada juga versi Rebirth yang berjalan lebih lancar dan memiliki konten jauh lebih banyak untuk berbagai macam platform dengan grafis piksel. Satu kekurangan Rebirth dibanding versi asli, di Rebirth tidak ada musik dari Danny Baranowsky. Review The Binding of Isaac: Rebirth – Kebangkitan Kembali Steam Link: The Binding of Isaac, Rp. 45.999 Steam Link: The Binding of Isaac: Rebirth, Rp. 76.559 PlayStation Store (Asia): The Binding of Isaac: Rebirth, Rp189.000 Enter the GungeonPlatform: PC, Mac, Linux, PS4 Risky Maulana – Sebagai penyuka game roguelike, saya akui Enter the Gungeon merupakan salah satu “candu” favorit saya yang sanggup membuat jari dan mata sibuk memandangi layar selama berjam-jam. Enter the Gungeon merupakan game roguelike shooter yang menggabungkan penampilan dunia yang acak serta riuhnya game bullet-hell shooter yang dahsyat. Secara garis besar, permainan Enter the Gungeon sebetulnya mirip dengan Nuclear Throne, hanya saja penyajian level game ini lebih condong ke dalam wujud koridor, lengkap dengan warna-warni musuh serta bos yang terlihat ganjil dan absurd. Kekonyolan Enter the Gungeon sendiri berlanjut hingga penampilan bentuk senjata pemain yang lumayan banyak jumlahnya. Mulai dari pistol yang bisa menembakkan buncis, gatling gun berisi bola salju, dan banyak lagi lainnya. Dengan ratusan senjata aneh yang siap melengkapi koleksi kamus senjatamu, Enter the Gungeon adalah game roguelike yang masuk ke dalam daftar wajib main dari saya! Steam Link: Crypt of the NecroDancer, Rp. 115.999 PlayStation Store (US): Enter the Gungeon, US$14,99 (sekitar Rp200.000) Itulah sembilan game berelemen roguelike yang saya rasa cocok untuk para gamer sibuk. Roguelike tentu saja jauh lebih bervariasi daripada yang ditunjukkan di sini. Apa kamu punnya rekomendasi lain? Atau kamu pernah memainkan game di atas dan malah ketagihan hingga main berjam-jam? Silakan beri komentar di bawah. (Diedit oleh Mohammad Fahmi) The post 9 Game Roguelike untuk Orang Sibuk Terbaik Versi Tech in Asia Indonesia appeared first on Tech in Asia Indonesia. |
Riset Membuktikan Video Game Mampu “Meremajakan” Otak Manula Posted: 06 May 2016 09:00 PM PDT Bagi kamu yang lahir sekitar tahun 80 atau 90-an mungkin sudah tidak asing dengan nasihat “Jangan main game terus kamu!” atau “Main game terus nanti jadi bodoh kamu!” Bagi sebagian besar orang, video game masih dipandang sebagai sebuah hal yang berdampak negatif pada fisik atau psikis seseorang yang duduk di depan layar selama berjam-jam. Walaupun video game sering kali dikaitkan dengan kekerasan dan hiburan belaka, ternyata ada beberapa temuan yang bermanfaat untuk mereka yang bermain game, terutama kalangan orang tua. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa beberapa tipe video game dapat meningkatkan kinerja memori, kemampuan multitasking, dan refleks pada manula. Faktanya, suatu penelitian bahkan telah membuktikan bahwa video game dapat meningkatkan kemampuan kognitif dari beberapa manula secara drastis, bahkan dapat dibandingkan dengan kemampuan otak dari seseorang yang berusia 20-an tahun. Hal ini sulit dipercaya, melihat asumsi kebanyakan orang bahwa bermain video game adalah “hobi pemalas.” Power-up!
Pada sebuah artikel yang dipublikasikan tahun 2013 di jurnal kesehatan Nature, para peneliti menguji sejumlah partisipan berumur 60 hingga 85 tahun untuk bermain sebuah game berjudul Neuroracer. Neuroracer dirancang khusus untuk melawan Alzheimer, baik untuk mencegah penyakit tersebut atau untuk melawan dampak yang dihasilkannya. Game ini akan mengajak pemain untuk mengendalikan sebuah mobil yang sedang menyusuri jalan, sambil menekan tombol-tombol yang akan muncul di layar. Apabila mereka berhasil menyelesaikan tugas ini, mereka diberikan poin, dan mereka akan berlanjut ke level selanjutnya. Neuroracer dimainkan satu jam per hari, tiga kali seminggu, selama satu bulan (yang ditotal menjadi 12 jam), dengan partisipan yang dibagi menjadi tiga kategori: Pemain yang mengendalikan mobil dan menekan tombol di layar, pemain yang hanya mengendalikan mobil tanpa menekan tombol di layar, dan pemain yang hanya menekan tombol di layar tanpa mengendalikan mobil. Hasilnya, pemain yang mengendalikan mobil sambil menekan tombol-tombol di layar terbukti lebih baik dalam multitasking dibandingkan dua kategori pemain yang lain. Lebih lanjut, para partisipan yang berhasil mengendalikan mobil mereka sambil menekan tombol-tombol di layar memiliki skor yang lebih baik, bahkan jika dibandingkan dengan orang-orang berusia 20 tahun yang belum pernah memainkan Neuroracer sebelumnya. Yang juga cukup mengejutkan, mereka juga mampu untuk mengingat informasi yang berkaitan dengan game ini, seperti nama, tanggal, waktu, dan nomor telepon. Hasil ini tidak hanya bertahan selama beberapa hari, tetapi masih dapat mengingat hingga enam bulan setelah penelitian ini. Whoa! Bermain apik hingga otak tergelitikSebuah penelitian dilakukan oleh Laura Whitlock, Anne McLaughlin, dan Jason Allaire, profesor psikologi dari North Carolina State University. Penelitian ini melibatkan manula berusia 60 hingga 77 tahun untuk melihat adanya dampak yang dihasilkan ketika para manula tersebut memainkan World of Warcraft, salah satu game yang cukup populer di kalangan gamer. World of Warcraft dipilih peneliti karena dianggap cukup menarik dan membutuhkan kemampuan spasial dan fokus yang baik dari pemain. Para partisipan sebelumnya melewati tes awal untuk menguji sejauh mana kemampuan bermain game, kemampuan motorik, waktu reaksi, dan kemampuan kognitif mereka. Ini menentukan kelayakan kondisi mereka untuk diminta bermain game. Kemudian para manula diminta untuk bermain game dua jam tiap malam selama dua minggu. Mereka mulai terbiasa dengan World of Warcraft ketika memainkan level training. Setelah dua minggu memainkan game tersebut, sekelompok manula ini diuji kembali. Hasilnya menunjukkan bahwa mereka yang sebelumnya hanya mencetak skor rendah, kini mengalami peningkatan skor dari kemampuan spasial dan kognitif mereka. Beberapa dari mereka bahkan memiliki skor yang lebih tinggi dari yang lainnya. Para partisipan yang telah mencetak skor cukup tinggi pada pengujian sebelumnya kali ini juga mengalami peningkatan, walaupun tidak pada tingkatan yang sama. Para peneliti kemudian menyimpulkan bahwa game seperti World of Warcraft dapat meningkatkan tingkat fleksibilitas otak pada manula. Menolak tuaKita semua tahu bahwa melatih otak adalah hal yang sangat penting, karena otak adalah syaraf dan membutuhkan rangsangan. World of Warcraft secara umum adalah game yang sangat menarik dan dianggap layak untuk dijadikan bahan penelitian karena kompleksitasnya. Game ini dianggap dapat memicu otak serta merangsang syaraf-syaraf di dalamnya untuk kembali aktif. Faktanya, Allaire dan McLaughlin memang sangat selektif ketika akan memilih game untuk dijadikan bahan penelitian. “World of Warcraft berhasil memenuhi kriteria yang kami butuhkan,” ujar Allaire. “Alasan utama kami adalah karena game ini sangatlah menarik dan cukup kompleks, yang sangat berpotensi untuk melatih kemampuan kognitif dari para manula dan meningkatkannya.” Sebagian besar manula yang mengikuti pengujian ini mengaku bahwa mereka sangat menikmati pengalaman ini dan mengaku telah menjadi fan dari World of Warcraft. Bahkan setelah pengujian ini selesai, mereka terus melanjutkan permainan mereka, sebuah hobi yang kini telah diketahui “menyehatkan” bagi IQ dan mentalitas mereka. (Diedit oleh Fadly Yanuar Iriansyah dan Mohammad Fahmi; sumber gambar: psfk.com) The post Riset Membuktikan Video Game Mampu "Meremajakan" Otak Manula appeared first on Tech in Asia Indonesia. |
Android dan iOS Akan Kebagian Game Survival ala Rust dengan Grafis Menawan Posted: 06 May 2016 08:00 PM PDT Jika kamu menggemari game survival semacam Rust atau DayZ di PC dan berharap bisa memainkan game semacam itu di perangkat mobile, maka kamu patut menunggu kehadiran game terbaru besutan developer HooDoo Games yang dalam waktu dekat akan tersedia untuk Android dan iOS. Untuk saat ini, game yang oleh developernya diakui terinspirasi dari game Rust yang ada di PC ini masih dalam tahap pengembangan, mereka bahkan belum memberikan nama resmi untuk game ini. Namun sebuah jajak pendapat telah diadakan untuk menentukan nama yang kelak akan disematkan pada game ini. Dua nama yang menjadi kandidatnya adalah Dusk dan Vast. Seperti kebanyakan game yang berorientasi pada usaha bertahan hidup, dalam game ini musuh utama kamu adalah ganasnya alam liar. Permainan kamu akan berkutat pada kegiatan mencari makanan, merakit senjata untuk mempertahankan diri, mencari tempat berlindung dari cuaca dingin, hingga berburu hewan liar untuk dijadikan peliharaan atau alat transportasi. Nantinya game ini juga akan dilengkapi dengan fitur multiplayer, jadi kamu dapat berinteraksi dengan pemain lain dari seluruh dunia dalam peta permainan seluas 100 km2. Tak hanya itu, game ini juga akan terasa semakin kompleks dengan adanya fitur first person camera serta third person camera. Melalui akun Twitter mereka, HooDoo Games telah merilis beberapa screenshot yang berasal dari gameplay game ini. Dari beberapa screenshot tersebut terlihat bahwa game yang tengah mereka kerjakan ini dipoles dengan cukup apik. Tampilan lingkungan dengan pencahayaan serta ambient lembut tampak memesona untuk ukuran game yang akan dirilis pada perangkat mobile. Sang developer juga menambahkan bahwa untuk memainkan game ini dengan kualitas grafis optimal, setidaknya kamu harus memiliki perangkat Android setara Samsung Galaxy S3 atau Nexus 4. Satu lagi informasi yang tak kalah penting adalah bahwa game ini nantinya akan dirilis sebagai game free-to-play. HooDoo Games menjanjikan bahwa tahap beta tertutup akan segera tersedia dalam waktu dekat, serta versi final dari game ini diharapkan akan segera rampung di tahun 2016 juga. Sumber: Droidgamers, Twitter HooDoo Games (Diedit oleh Mohammad Fahmi) The post Android dan iOS Akan Kebagian Game Survival ala Rust dengan Grafis Menawan appeared first on Tech in Asia Indonesia. |
You are subscribed to email updates from Tech in Asia Indonesia. To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
Google Inc., 1600 Amphitheatre Parkway, Mountain View, CA 94043, United States |
No comments:
Post a Comment